Tuesday, 6 June 2017

MENGGANTI PALANG PINTU

Adalah Abdullah bin Umar memiliki seorang istri. Abdullah mencintai istrinya itu. Namun Umar bin Khattab, sang ayahanda memintanya menceraikan istrinya tersebut. Tentulah Abdullah  enggan memenuhi perintah ayahandanya tersebut. Lalu Umar bin Khattab pun menjumpai Rasulullah mengadukan perkara tersebut. Kemudian Rasulullah memerintahkan kepada Abdullah untuk menceraikan istrinya tersebut .... 

Seseorang menjumpai Adu Darda. Ia berkisah bahwa ibundanya memintanya menceraikan istrinya. Maka Abu Darda pun mengatakan, "Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, bahwa orang tua adalah sebaik-baiknya pintu surga. Maka bila engkau tak ingin menyia-nyiakan itu, maka jagalah pintu surga ..."

Jauh sebelum peristiwa ini, Nabi Ibrahim pernah mengunjungi kediaman putranya, Ismail. Saat itu, sang putra sedang bekerja, yang ada hanyalah istrinya. Saat beliau menanyakan bagaimana keadaan kehidupan keduanya, istri Ismail mengatakan bahwa kehidupan mereka kesusahan. Maka saat Nabi Ibrahim hendak meninggalkan rumah Ismail, beliau berpesan kepada istri Ismail, "Katakan pada suamimu untuk mengganti palang pintu ..."

Sekembalinya Ismail dari bekerja, sang istri mengisahkan bahwa seorang kakek telah mendatangi rumah mereka. Ia pun menyampaikan pesan kepada Ismail untuk mengganti palang pintu. Saat istrinya menerangkan seperti apa sosok kakek tersebut, maka  Ismail pun mengatakan, "Ketahuilah, sesungguhnya yang telah datang itu adalah ayahku Ibrahim. Dan ia memintaku menceraikanmu."

Saat Ismail telah menikah lagi, Nabi Ibrahim kembali mengunjungi rumah putra kesayangannya itu. Lagi-lagi Ibrahim sedang tidak ada di rumah dan Nabi Ibrahim hanya menjumpai istri Ismail. Beliau pun menanyakan tentang kehidupan mereka. Sang istri menjawab bahwa kehidupan mereka baik-baik saja dan mereka berbahagia. Maka saat Nabi Ibrahim hendak meninggalkan rumah Ismail, beliau berpesan kepada istri Ismail untuk memperkokoh palang pintunya.

Maka saat Ismail kembali dari bekerja dan menemui istrinya, sang istri menceritakan tentang kedatangan seorang kakek. Saat hendak meninggalkan kediaman mereka sang kakek berpesan agar Ismail memperkokoh palang pintunya. Maka Ismail pun menjelaskan bahwa yang telah datang sesungguhnya adalah ayahandanya, Ibrahim dan ia memintaku untuk mempertahankanmu.

Demikianlah, bahwa orang tua boleh menyarankan anak-anaknya untuk menceraikan istri-istrinya. Namun, hal ini dapat dipenuhi bila terdapat alasa-alasan yang syar'i. Bilamana istri-istri itu menutup aurat, taat beribadah, menurut kepada suaminya, dan tidak ada alas an yang syar'i untuk menceraikannya, maka perintah orang tua tersebut tidak dapat dipenuhi.

Demikian halnya yang terjadi dengan sahabat Umar. Tentulah Rasulullah mempercayai Umar, karena Umar adalah sosok yang taat beribadah. Tidak mungkin Umar menyarankan putranya Abdullah untuk menceraikan istrinya, bila Umar tidak melihat hal-hal tidak sesuai dengan tuntunan Islam.

Pun yang terjadi dengan Abu Darda saat dimintai nasihat perihal seseorang yang diperintahkan untuk menceraikan istrinya oleh ibunya. Karena masa itu, umat hidup berdasarkan dalil, bukan berdasarkan hawa nafsu. Maka bilamana tidak terdapat alas an yang syar'i untuk menceraikan namun orang tua memerintahkan anaknya untuk menceraikan istri-istrinya, maka sesungguhnya orang tua itu telah melakukan kezaliman.

Hal tersebut berbeda dengan kondisi saat ini. Saat seorang suami yang tidak menafkahi istrinya, berbicara buruk kepada istrinya, perihal orang tua istrinya, dan bilamana terjadi pertikaian sang suami memukul istrinya itu, lalu orang tua sang suami memerintahkan anaknya untuk menceraikan istrinya itu, maka sesungguhnya orang tua itu telah melakukan hal yang zalim.

Maka jadilah seorang yang berilmu. Tak cukuplah menjadi seorang muslim, atau mukmin, tapi mukhsin. tak cukuplah sekedar memiliki iman, atau Islam, tapi ihsan ....

Maka berilmulah atau engkau akan melakukan kerusakan di muka bumi. Maka bacalah Quranmu, karena Islam adalah agama yang sempurna. Islam mengatur semua perkara dan hiduplah sesuai tuntunan ....

#liveStreamingTausiah060617

Thursday, 8 December 2016

Why Do We Need PR ?

Kamis, 8 Desember 2016, paska Aksi Damai 212 menyisakan banyak pelajaran bagi semua pihak. Aksi Bela Islam yang digelar hari Jumat 2 Desember 2012 itu telah memberikan hikmah tidak saja bagi umat Islam Indonesia untuk semakin meningkatkan iman dan ketakwaannya, menyelaraskan hati, lisan dan perbuatannya tentang keimanannya serta meyakini secara kaffah tentang Rukun Iman dan Rukun Islam.

Aksi Bela Islam juga memberikan pelajaran berharga bagi kehidupan politik Indonesia bahwa betapa ada kekuatan yang jauh lebih besar dari sekedar kekuatan politis yang mampu menggerakan massa tanpa iming-iming imbal balik materi atau cenderamata yang selama ini menjadi "daya tarik" dunia politik Indonesia. Alih-alih cara yang demikian itu menghantarkan tingkat kematangan politik bangsa ini melalui cara-cara yang tidak patut dan menjadikan kehidupan politik sebagai hal yang sangat transaksional secara ekonomi.

Aksi Bela Islam pun mengajarkan kedisiplinan yang maha dasyat yang mampu dilakukan oleh massa. Aksi Bela Islam 212 lalu itu mampu menggerakan umat muslim untuk hadir dan memenuhi wilayah lapangan silang monas hingga cempaka putih, kawasan medan merdeka hingga jalan MH. Thamrin Jakarta, berdiam sejak subuh hingga lepas tengah hari. Hebatnya lagi, mereka semua  patuh dalam menjaga kebersihan, tertib dalam shalat, teduh dalam sikap serta komitmen secara masif tentang pengendalian diri dan emosi sehingga tidak terpancing pada gerakan agresif yang potensi akan terjadinya kerusuhan. Ya, mereka sungguh belajar dari Aksi Bela Islam sebelumnya, Aksi Damai 411 ....

Aksi Bela Islam tak urung membingungkan pelaku usaha, betapa begitu banyak logistic yang tersedia secara sukarela, tanpa banderol serupiah pun yang dikenakan kepada seluruh peserta Aksi Damai 212. Aksi Bela Islam ini justru menghadirkan sebaliknya, perkalian dari sedikit rupiah yang terbalas bertubi-tubi sebagai bayaran atas keikhlasan dan nawaitu yang tulus bagi siapapun yang rela membela agamanya, lila'hitala demi Allah ta'alla.

Dan kesemua hal yang sangat kompleks itu sungguh tidak mudah dilakukan dalam kondisi biasa, bilamana digerakkan oleh seorang manusia biasa. Memobilisasi manusia sedemikan banyaknya dengan persiapan begitu singkat, mengarahkan dengan tertib, mengendalikan perilaku, yang tentu bila dilakukan oleh sebuah event organizer, akan butuh extra effort untuk mewujudkan ini semua sebagaimana yang terjadi di hari Jumat 2 Desember 2016 lalu itu. Bayangkan, menghadirkan, menggerakkan dan mengendalikan jutaan orang dalam wilayah yang sangat luas, dalam kurun waktu kegiatan sangat lama, berjam-jam, diguyur hujan dan panas, tanpa protes dan putus asa sedikit pun.

LATAH SARI ROTI

Dari semua hal yang terjadi pada Aksi Damai 212 itu ada hal menarik menyoal pengadaan logistik yang dilakukan oleh banyak pihak secara suka rela alias gratis selama Aksi Bela Islam itu berlangsung. Banyak pihak juga peserta aksi itu sendiri yang sengaja menyempatkan diri untuk menyediakan makanan dan minuman bagi para peserta aksi yang telah mulai berdatangan dan berada di area aksi sejak sehari sebelum hari Jumat. Tak sedikit pula para pedagang kaki lima, bayangkan saja, pedagang kaki lima yang turut menyumbangkan barang dagangannya dan menyuguhkannya bagi para peserta aksi secara cuma-cuma, demi kecintaannya kepada Allah dan begitu besar keinginnya untuk dapat berjuang di jalan Allah sesuai dengan kemampuannya.

Maka di hari itu, konon ada seorang yang baik hati dengan niat yang sama, memborong sebuah gerobak roti (hawker tricycle) merek terkenal, dan berniat menyedekahkannya kepada para peserta aksi secara gratis. Maka dimintalah pedagang roti itu oleh si pembeli untuk memarkirkan gerobaknya di sekitar silang Monas dan memasang tulisan gratis agar para peserta aksi dapat menikmati roti tersebut secara cuma-cuma.

Namun apakah yang dilakukan oleh perusahaan roti dalam merespon kejadian tersebut ? PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk, produsen roti bermerek SARI ROTI yang diborong tersebut, justru merespon peristiwa itu dengan cara yang kontra produktif. Jadi pada hari Kamis, 8 Desember 2016, PT. Nippom Indosari Corpindo Tbk menerbitkan pengumuman melalui website resminya www.sariroti.com/post/berita-pers/pengumuman-1 mengklarifikasi kejadian tersebut. Pengumuman tersebut juga dikomunikasikan secara viral melalui aplikasi whatsapp yang  tersebar secara cepat dan meluas dalam waktu singkat di masyarakat. 

WHY DID THEY RESPONSE THAT WAY ?

Dari gejala yang berkembang, masyarakat telah menanggaapi secara negative, terkait bagaimana cara SR dalam menyikapi peristiwa ini. Upaya klarifikasi yang dilakukan SR meninggalkan kesan bahwa SR telah mereponnya secara berlebihan. Hal ini terbukti dengan respon yang ditunjukkan masyarakat luas yang cenderung apriori terhadap isi pesan yang disampaikan dalam pengumuman. Masyarakat bahkan telah tiba pada keputusan untuk melakukan boikot dan enggan membeli produk mereka lagi. Yang lebih buruk lagi adalah masyarakat saling memberikan himbauan untuk melakukan boikot ini secara massive.

Ada beberapa hal yang mungkin melatarbelakangi mengapa SR menyikapi peristiwa tersebut dengan cara yang begitu kering. Mungkin, PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk merasa perlu menyikapi hal ini karena didorong oleh rasa khawatir akan dituduh berpihak pada Aksi Bela Islam oleh komunitasnya. Mengapa khawatir, mungkin PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk dimiliki oleh pengusaha non muslim. Bagaimanapun tentu para pengusaha ini memiliki komunitas usaha tersendiri untuk kelancaran bisnisnya. Nah, bisa jadi hal inilah yang mendasari kekhawatiran PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk dalam memutuskan untuk merespon kejadian ini. Bila hal ini alasannya, bagaimanapun kekhawatiran yang dirasakan PT. Nippon Indosari Corpindo pun sungguh sangat bisa dimengerti tho ?

Tapi  persoalannya, mengapa PT. Nippon Indosari Corpindo merespon dengan cara seperti itu ? Mengapa merespon dengan bahasa yang begitu kering ? Nah, bila ini perkaranya, mungkin PT. Nippon Indosari Corpindo tidak mempunyai Public Relations atau fungsi manajemen komunikasi yang melembaga (state of being) dalam struktur organisasinya. Besar kemungkin mereka memiliki fungsi pamasaran dan penjualan atau bahkan periklanan. Namun fungsi komunikasi adalah fungsi manajemen yang berbeda dengan pemasaran dan penjualan. Keberadaan fungsi PR yang melembaga menjadi salah satu parameter tingkat kematangan organisasi mengenai betapa pentingnya fungsi PR bagi organisasi, terlebih bagi perusahaan retail seperti produsen SR ini.

Iya, Public Relations atau PR itu salah satu fungsi manajemen yang melakukan komunikasi kepada publik internal dan eksternal secara timbal balik atau 2 (dua) arah (two ways communication) agar terbentuk hubungan yang saling menguntungkan dan terwujudnya reputasi yang terpercaya.

Mengamati pesan yang dikomunikasikan SR melalui pengumuman resminya terkait dengan terdistribusinya produk SR pada Aksi Bela Islam 212 lalu memang terasa adanya ketegangan pada pesan yang disampaikan. Pesan yang tertulis begitu tegas, lugas, dengan "suhu" yang relatif tinggi. Padahal, kejadian tersebut sama sekali tidak berpotensi merugikan secara material bagi SR. Justru sebaliknya berpeluangkan meningkatkan dan menguatkan reputasi SR, seandainya mereka memahami ....

Sayangnya, SR justeru lebih mengkhawatirkan hal lain yang mungkin tidak terlihat jelas di mata pelanggan. Terkesan, SR kurang memahami konteks kegiatan usahanya di Indonesia. Bagaimana SR merespon kejadian ini memperlihatkan betapa SR seperti tidak menyadari bahwa sesungguhnya SR telah berhasil membangun kesadaran akan merek (brand awareness) di mata publik. Terbukti, donator yang memborong segerobak tersebut memilih SR bukan merek lain.

Padahal sebut saja merek "L" adalah pemain lama dalam bisnis roti yang juga memiliki model jualan menggunakan gerobak. Kompetitor SR ini juga berlabel halal serta memiliki tekstur roti ala roti jadul yang bisa jadi lebih sehat karena batas waktu kadaluwarsa yang relatif lebih cepat ketimbang roti produk SR. Tapi lihatlah betapa sang donator memilih SR, karena SR sudah berhasil membangun brand awareness itu tadi ....

Bilamana SR memahami konteks usahanya di Indonesia yang mayoritas masyarakatnya adalah Islam, maka SR akan jauh lebih memahami bagaimana merespon kejadian terdistribusinya produk SR pada Aksi Bela Islam 212 lalu. Artinya, bila SR memahami konteks, maka SR akan mengemas pengumumannya dengan bahasa yang lebih lembut, tidak dengan ketegangan, emosional serta suhu tinggi yang begitu terasa pada kalimat demi kalimat yang tersusun dalam pengumuman yang disampaikan.

Seandainya SR memahami konteks, seharusnya SR sangat diuntungkan dengan kejadian ini. Karena seandainya SR memahami konteks, tentu SR telah mengerti dan mempunyai social mapping tentang pemangku kepentingan (stakeholder)nya. Seandainya SR memahami konteks, SR bisa "memanfaatkan" kejadian ini sebagai iklan gratis untuk semakin memperkuat reputasinya, mengantarkannya sebagai dominant player, leader market yang reputable. Sayang SR tidak memahami hal itu, maka SR pun menuai akibatnya. Publik memboikot dari belanja produk SR dan beralih ke merek lain. Sayangnya ....

KENAPA HARUS PR

Karena PR berbeda dengan pemasaran (marketing) dan penjualan (sales). Karena PR adalah fungsi strategis yang memikirkan urusan komunikasi dan interaksi organisasi atau perusahaan dengan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder). Karena PR akan mempertimbangkan kapan bicara, bagaimana bicara, siapa bicara, melalaui apa bicara, di mana bicara, dst. dengan memperhatikan banyak aspek.

Karena PR bekerja berdasarkan data dan riset. Artinya berdasarkan data dan hasil riset itulah PR dapat memutuskan, berinteraksi dengan tetap berorientasi dengan publik yang dihadapinya, sesuai kharakternya. 

Sayangnya kini SR menghadapi krisis akibat kecerobohannya. Lambatnya SR dalam menyikapi kasus ini semakin memperburuk situasi yang dihadapi SR saat ini. Mungkin isu di permukaan tidak lagi terlalu sepanas di hari-hari sebelumnya. Namun di tingkat penjualan, SR bisa jadi mengalami penurunan drastis dengan himbauan yang telah beredar begitu luas di masyarakat untuk memboikot produk SR.

That's why we do need PR. Let PR handle it. Don't underestimate PR function. Legal approach always impact worse instead solve any crisis that is happened within the organization. Remember Prita's case with Omni Hospital couple years ago that is tried to be solved by legal approach ? They didn't make it at all.

Because PR shouldn't be lie. PR should be honest. PR works base on human relations. That's the thing that PR makes different with other function. Hence, better SR response the crisis and ask the expert to recover the reputation immediately. Better SR not fight to the netizen. Better SR say sorry for its inconvenience response before and admit it as a miscommunication instead stay defend and keep the distance with its valuable customer. What do you think ?

Have a nice weekend everyone ... !!!










        

Saturday, 3 December 2016

Al Maidah ku ....

Dua malam berturut-turut menjelang 2 Desember 2016, saya selalu terbangun di sepertiga malam. Dan persis di hari Jumat, 2 Desember 2016 itu, sejak pukul 01.00 dini hari saya sudah terbangun, dan tidak bisa kembali tidur. Mashaa Allah ....

Persis pukul 02.00 wib saya pun beranjak dari tempat tidur. Menyiapkan baju putih dan perlengkapan berjihad, mengisi back pack dengan sejumlah kebutuhan, jas hujan, payung, topi, pel2an, sarung tangan sholat, kaos kaki cadangan, baju putih cadangan, 4 buah agar2, vitamin, kamera saku, 3 buah telepon genggam (saya tidak punya dan bukan pengguna power bank), sandal japit, vitamin, dompet, uang, serta charger ....

Bersama sahabat-sahabat sesama jamaah Masjid As Shaf Emerald Bintaro yang juga mendaftar melalui Daarut Tauhid, saya pun berangkat pukul 04.00 pagi berniat mengejar shalat subuh di Masjid Istiqlal. Setelah memarkirkan kendaraan di Stasiun Besar Gambir, kami berjalan kaki menuju Istiqlal. Tentu situasi seputar stasiun menuju Istiqlal sudah mirip dengan suasana Masjidil Nabawi, Madinah Al Munawarah ... penuh dengan bus parkir dan jamaah berpakaian putih berjalan kaki di antara sela-sela bis ....

Setelah menunaikan sholat subuh, kami mulai beringsut mencari posko Daarut Tauhid. Jangan tanya bagaimana suasana masjid saat itu. Ramai bukan main. Kami menyimak khotbah subuh sembari menyaksikan ribuan jamaah lalu lalang dan menunaikan sholat subuh tiada henti hingga menjelang terbit matahari.

Akhirnya kami bertemu dengan rombongan Daarut Tauhid. Kami didata, diberi syal, diberi makan nasi, diberi roti, diberi air minum dan diberi arahan. Santri-santri muda itu, mungkin separuh umur saya. Tapi ilmu mereka jauuuuuh ... lebih banyak dari saya. Luar biasa ....

Usai melaksanakan Sholat Dhuha dan sarapan, kami mulai beranjak menuju Lapangan Silang Monas. Suasana silang Monas, sudah ramai, penuh orang. Tiba di Monas kami para akhwat mulai berpisah dengan para ikhwan. Kami menuju sisi utara persis di sebelah kanan Tugu Monas. Sementara para ikhwan berada di depan, mungkin mendekati panggung.

DAN ALAM PUN TUNDUK ....

Sekitar pukul 09.00 acara pun dimulai, dibuka oleh senandung istighar oleh Opik. Lalu Ustadz Arifin Ilham, pun memulai dengan mengajak seluruh kami semua untuk menyebutkan asma Allah, Allah, Allah, Allah, teruuuus ... dan mata kami pun mulai basaaaaah ... air mata mengalir tak terbendung.

Aduh, duh, duh, duh ... Yaa Allah ... saat kami mulai beristighfar, maka sesenggukan kami semua mulai bersahut-sahutan, keheningan yang amat sangat teramat menggetarkan kalbu. Dan langit terik yang sempat singgah di atas kepala kami, tiba-tiba berubah menjadi teduh, angin berhembus sangat lembut menyejukan hingga relung hati ... Yaa Allah ... alam pun tak berdaya, alam pun tunduk ... mendengar asmaMu disebut. Dan demikianlah seterusnya alam bersikap manakala doa tengah dipanjatkan. Subhanallah ....



Lalu berturut-turut ustadz Hidayat Nur Wahid, memberikan tausiah. Disusul Syekh Ali Jaber, membacakan 12 ayat pertama Surat Al Kafh. Berikutnya Habib Abdurrahman Segaf, memimpin doa dan mengingatkan betapa kejadian ini adalah cara Allah menegur kita, yang selama ini mungkin mengabaikan Al Quran. Maka kami para jamaah pun kembali menangis sedih, malu, menyesal ....

Lalu Ustadz Bactiar Nasir menyampaikan orasi singkatnya yang sangat membara, dilanjutkan dengan tausiah KH. Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym yang mengajak seluruh jamaah untuk memahami indahnya makna perbedaan, bahwa sebuah kekokohan yang terbangun dalam hidup ini bisa jadi terbangun justru oleh sebuah kelembutan ....

Saat beliau menutup tausiah dengan mengajak kami semua berandai-andai, bilamana Rasusullah ada di antara kita saat itu, maka apa yang akan kita lakukan ... ? Mashaa Allah ... kami pun kembali berurai air mata. Yaa Allah Yaa Rabb ... membaca shalawat untuk kekasihMu saja, kerongkongan ini tercekat, terlebih saat di depan raudah, "Assalamualaika Yaa Rasulullah ... !" kalimat itu sungguh mampu mengkoyak-koyak hati, apalagi berandai-andai begini ....

TERIK, MENDUNG, TERIK, GERIMIS, TERIK, HUJAN ....

Cuaca hari Jumat itu agak tidak menentu. Saya lebih dari 3 kali mengunakan jas hujan, copot lagi, pakai lagi, copot lagi, pakai lagi. Payung ? Demi menghalau panas terik, payung dipasang lagi, lipat lagi, pasang lagi, lipat lagi, entah tidak terhitung sudah berapa kali, hingga rusak terlepas satu kaitannya ...

Mengapa bisa begitu ? Karena panas terik selalu terhalau oleh setiap doa yang dipanjatkan. Karena setiap kali kami bermunajat, tiba-tiba lagit begitu teduh. Namun manakala doa terhenti, langit kembali menghadirkan teriknya. Subhanallah ....

Dan saat Ustadz Arifin Ilham mengajak kami bermunajat dan memohon "Turunkanlah hujan, yaa Allah sebagai petunjuk dan jawaban atas turunnya rahmatMu kepada kami semua ..." maka Allah pun mulai menurunkan rahmatNya, sedikit, demi sedikit ... Allahu Akbar !!!

SHALAT JUMAT TERINDAH ....

Seingat saya ini kali kedua bagi saya sholat Jumat di tanah air. Menjelang waktu sholat, gerimis sudah beberapa kali turun. Namun sesaat menjelang khotbah sebelum sholat Jumat berakhir, hujan benar-benar sudah turun, walaupun tidak terlalu deras, tapi cukup membuat kami basah kuyup. Alhamdulillah nikmatnya ....

Sesaat kami dipersilakan sholat sunnah, kami sudah sholat dalam keadaan kehujanan, bersujud dalam genangan air yang membasahi dahi dan wajah.

Alhamdulillah. Dan kala sholat Jumat dilaksanakan, doa yang dibacakan di antara ruku dan sujud di rakaat kedua, sungguh sangat panjang, nyaris sama lamanya seperti sholat gerhana, yang dianjurkan untuk membaca surat dan doa-doa yang panjang. Maka kami pun ada sekitar lebih dari 15 menit berdiri dan berdoa di antara ruku dan sujud.

Sungguh, inilah salah satu sholat berjamaah terindah yang pernah saya lakukan sepanjang hidup saya. Shalat dalam keadaan kehujanan, basah kuyup, berlinang air mata, kelelahan, terluka hati, penuh cinta, kesedihan membuncah, penyesalan tiada tara, kerelaan dan semangat berjihad demikian membara, campur aduk jadi satu. Masha Allah ... Alhamdulillah ....

BERSIH-BERSIH BERSAMA AA

Saat aksi damai berakhir, saya dan juga puluhan akhwat lainnya yang tergabung dalam santri dan santriwati Daarut Tauhid diminta pimpinan kelompok untuk tidak meninggalkan silang Monas. Tugas kami belum usai. Kami masih bertugas untuk membersihkan silang Monas.

Maka bersama Aa Gym yang memimpin dan turut membersihkan dan memunguti sampah, kami pun para akhwat mulai membuat lingkaran pagar manusia yang berisi para akhwat pemungut sampah yang membawa kantong sampah, sapu lidi dan pengki. Kami berjalan menyusuri lapangan Silang Monas di sepanjang sisi utara hingga barat persis di depan panggung.

Saya sempat berujar kepada teman sekantor yang kebetulan juga mengikuti aksi damai, dan berjumpa di lapangan saat aksi berakhir, "Rasanya seperti sedang pramuka ..." sambil tak bisa menahan tertawa, antara senang dan takjub luar biasa. Sementara teman saya tak henti-hentinya berkomentar, "Lucu ya ... lucu yaa ..." menyadari apa yang kami lakukan merupakan hal yang sangat indah dan menyenangkan ....

Begitu kelar bersih-bersih, Aa mengumpulkan kami persis di bawah panggung. Beliau mengulangi lagi khotbahnya atas permintaan kami semua. Dan kami pun kembali tertawa-tawa menyimak tausiahnya. Aa membubarkan majlis dengan doa, lalu menutupnya dengan mengajak kami semua untuk bertakbir sambil menunjukkan jari telunjuk ke arah langit. Sangat menggetarkan hati dan relung jiwa ! Mashaa Allah !

PULANG JALAN KAKI

Ini diaaaaaa ... !!! Karena terpisah dengan rombongan berangkat, saya pun akhirnya pulang bersama Siti Kamila, teman sekantor saya itu. Aplikasi gojek mental semua. Baiklah ... mungkin sudah waktunya bagi saya belajar jalan yang sebenarnya. Belajar mengalahkan jalanan yang basah licin berlumpur hancuran kardus air mineral yang lumat oleh air hujan di sepanjang jalan budi kemuliaan. Berjibaku dengan genangan air dan minimnya jalan yang tersisa karena harus berbagi dengan ribuan jamaah di jalanan dan ratusan kendaraan yang terparkir di sepanjang jalan.

Bagaimana pun setelah 17 bulan therapy belajar jalan lagi dan menjalani 2 operasi besar dalam kurun waktu 7 (tujuh) bulan, post op meniscus dan Caesar myoma uterus, saya harus berbesar hati bahwa saya tidaklah orang yang sama seperti sebelumnya. Disabilitas menjadi bagian hidup saya kini. Namun, apapun yang Allah tetapkan untuk saya sudah barang tentu yang terbaik bagi diri saya.

Maka di hari itu, saya berjalan kaki sejak subuh dari Gambir, Istiqlal, Silang Monas sisi utara, berdiam hingga pukul 13.00 wib memungut sampah dan menyusuri sisi utara monas hingga sisi barat dan berakhir hingga mendekati pasar Tanah Abang ! Allahu Akbar !!! Saktinya sayaaaa ... hhahahaha ... Alhamdulillah .... :D

Beruntung saya menemui seorang ibu ojek, maka saya pun diantar menuju stasiun tanabang. Di sanapun masih harus mengantri tiket berdiri mengular. Hahaha ... saat akhirnya tiba kembali di rumah pukul 16.00 wib itu artinya saya sungguh telah meninggalkan rumah persis 12 jam, dan itu lelahnya sungguh melebihi saat umraa ataupun thawaf di Masjidil haram, Mekah Al Mukaramah, di siang hari bolong pukul 12.00 atau 14.00 waktu setempat.

Namun apalah arti kelelahan saya itu bila dibandingkan dengan para mujahidin dari ciamis yang hingga terluka berdarah-darah jari-jari kakinya ? Walaupun, sungguhpun ibu jari kaki kanan saya tengah bernanah menguning, sehingga akhirnya saya memutuskan mengenakan kaus kaki dan bersandal jepit saja sejak meninggalkan Masjid Istiqlal. Tapi itu pun sungguh tak terasa sakit dan berasa apa-apa lagi hingga saat ini, walaupun masih menguning dan bernanah .... :D

Semoga Allah meridhoi apa yang telah saya lakukan. Hal kecil yang tidak sebanding dengan para mujahidin dan mujahidah yang berperang dalam arti sesungguhnya demi agamaMu Yaa Allah, membela RasulMu, membela KitabMu. Aku sungguh bersyukur telah diberi kesempatan untuk hadir berjumpa dengan mereka orang-orang sholeh yang berdiri paling depan, bertakbir sepanjang waktu mengagungkan asmaMu yaa Allah ... Allahu Akbar !!! 

Sungguh kejadian ini, pengalaman ini memberi hikmah yang luar biasa bagi kami semua. Insya Allah ini semua menjadikan kami semakin bertakwa ... Aamiin ... aamiin ... aamiin ... yaa Rabbal alamiin ....





Tuesday, 20 September 2016

GA TAHU ADA DI MANA

Iya, seriusan, sayah lagi ga tahu ada di mana. Dibilang pusing, ga juga, kufur namanya. Dibilang ga pusing, juga ga, kenyataannya sih nyapein lahir batin yak. Ya sudah disyukuri sajah ....

KESEHATAN OK !
Alhamdulillah kalau soal kesehatan, sayah sehat sekali. Kondisi kaki, yaaah ... tampaknya inilah kondisi maksimal yang bisa saya raih post op meniscus. Berdasarkan pengalaman dari beberapa kasus sih, tampaknya saya tidak bisa pakai stiletto lagi. Mengenakan wedges pun hanya sanggup bertahan 3 (tiga) jam. Lewat dari itu, tukar flat shoes.


Post myoma op, alhamdulillah jauh lebih baik. Rasa baal sudah mulai menghilang memasuki bulan ke-12 ini. Cenut-cenut bererapa hari belakangan ini di sisi bawah kiri agak sering terasa saya kira gegara 3 minggu terakhir ini saya sedang fully in-charge di tim sesuatu-lah di kantor yang membuat saya bangun pagi sekali, pulang sore sekali, jadi kecapean. Tapi selebihnya sayah baik-baik saja. Alhamdulillah.

JERAWAT EKSIS !
Naaah ... salah satu indikator that there is something bothering me inside used to be sih ... jerawat. Kalau muka saya penuh jerawat, berarti ya gitu deh ... sayah lagi mikiiiiiriiiiiinn ... sesuatuuuuu ... yang ngesellin ... !!! Hahahaha :D


PENDING MATTERS 
Ini diaaaa ... keknya sayah punya pending matters bererot yang most of which di luar kemampuan dan kontrol saya untuk bisa mengeksekusinya. Akibatnya, pending matters yang sesungguhnya bisa saya eksekusi jadi terhambat karena sayanya sudah ogah ngurusin dan powerless getoooh ....

Pending matters sayah nih ....

  1. B
  2. PLM
  3. GLM
  4. M
  5. K
  6. BK

Dan masih banyak yang lainnya. Bererot kan ? Dan sayah modelnya, "ngelakoni sakuasane" alias menjalani semampunya. Jadi kalau mampu ya dijalani, kalau tidak mampu ya sudah, terima saja. Sayah tidak suka memaksakan diri, khususon untuk hal yang saya tahu ukuran kemampuan sayah. Jadi saya lebih banyak bernego dengan diri saya sendiri supaya lebih bersikap legowo, besar hati menerima segala keterbatasan.

Being disable itu sudah menajdikan saya semakin kompromi dengan hal-hal yang demikian. Selain memang, pada dasarnya saya bukan orang yang ambisius mengejar yang gitu-gitu ....

Begitu pun saat sekarang saat saya sedang dis-orientasi dan ga tahu lagi saya berada di mana. Saya tidak mampu lagi mencerna situasi ini. Waktu yang 24 jam yang berasa seperti tidak berpihak sama sekali dengan diri saya itu, kecuali saat tidur, saat saya bisa lupa semuanya. Hahahaha ...

Tapi itu kan menurut pemikiran saya .... Tapi Allah itu kan sebaik-baiknya perencana. Tugas saya hanya ibadah, berdoa sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya dengan ketakwaan yang saya punya, memupuknya lagi, lagi, dan lagi supaya Allah ikhlas ridho dengan hidup saya dan mati saya, dunia saya dan akhirat saya. Sudah itu saja. Lillahita'alla. Beres deh ... in shaa Allah .... 

Ya kaaaan ... ? Menurut kamu gimana ?

Sunday, 14 February 2016

TEMAN ITU ....

Untuk yang kesekian kalinya, daku takjub dengan kebaikan Allah padaku. Dan ketakjubanku biasanya selalu berakhir dengan respon yang sama, ala manusia biasa ... terbengong-bengong ... tapi tetap bersyukur, Alhamdulillah ... masya Allah ....

KEBAIKAN TEMAN-TEMANKU

Daku, tak mampu mencerna bagaimana Allah begitu menyayangi daku dan menghadiahkan kepadaku begitu banyak teman yang sangat baik. Sejujurnya daku bingung. Sebaliknya, daku begitu addicted pada keberadaan teman-temanku itu. Masya Allah ....

Saat daku drop out S2 dulu, adalah Rere, sahabatku yang fully support luar biasa, membacakan materi kuliah via telepon saat daku ujian masuk kerja, menjemput di stasiun Gambir dan memberi tumpangan menginap di rumahnya, memberi saya makan, duh, banyak lagi deh kebaikan hatinya yang tidak bisa daku ceritakan satu demi satu ....

Saat kontrakan rusun daku dikunci sama yang punya rumah gegara daku ga bisa bayar sewa, sahabat daku di DKN Garda Bangsa - PKB lah yang mengantar daku ke Bekasi, mencari rumah salah satu anak si ibu pemilik rumah, untuk mengambil sedikit dari barang-barang daku yang tersisa dan bisa daku ambil. Mereka juga yang memberi daku tumpangan menginap di kantor DKN saat kos-kosan daku kebakaran, dan daku trauma nyaris seminggu dan menangis meraung-raung setiap kali magrib datang, karena dakulah yang pertama kali tahu ada kebakaran di kos-kosan. Mereka pula yang meminjamkan daku kendaraan untuk daku pakai selama daku ujian tes masuk kerja yang berlangsung nyari sepanjang tahun 2001. Mereka juga memberi daku uang, setiap kali daku butuh membeli buku untuk belajar, gegara buku2 saya disita sama keluarga si ibu yang punya rusun ituuu ...

Saat daku benar-benar fakir tahun 1998, sahabat daku, Ardhi diam-diam datang, menyembunyikan selembar uang Rp. 100.000,- di rak dapur, jauh2 dari kali malang ke tebet, karena daku bilang daku tak punya lagi uang untuk hidup .... Masya Allah ....

Saat daku dihujam sakit yang bertubi-tubi, semua kawan dari berbagai penjuru arah mata angin, dengan kerelaan hati datang, membesuk daku. Teman sekolah SMA, teman kuliah S1, teman kuliah S2 dulu, teman kuliah S2 sekarang, teman social media, guru dan admin les piano, aduh, siapa lagi ya, ga kesebut ....

Teman kuliah S2 yang sekarang, si neng Lili dan bu Dyah, sampai2 nauin kalau daku butuh ngemall, jadilah daku diajak ngemall, berepot2 booking kursi roda di mall, telpon sana-sini, ngedorong thawafin mall PIM 1 dan PIM 2 mpe bintaro xChange, nyaris saban sabtu minggu, pulang kuliah. Kebayang ga, capenya dorong kursi roda muterin maaaaaalll ? Daku saja yang didorong sudah mpe panas ini kaki gegara nekkuk terlalu lama, gimana yang ngedorong yaaa ... ?

Mereka berdua juga jauh2 dari kampus di Menara Batavia datang ke Bintaro bawa serentengan makanan untuk daku dan mereka makan bersama-sama di rumah. Sembari besuk, sembari kasih daku makan, gegara daku belum bisa bergerak ke mana-mana. Masya Allah ....

Daku, juga sampai2 diomelin tetangga, gegara selama sakit ga mau minta tolong mereka untuk antar jemput dari rumah ke rumah sakit untuk control atau therapy. Secara ya, daku the one and only who can drive at home. Hahahaha ... Jadilah, tiap kali mo rumah sakit, daku telpon tetangga depan rumah, mba Erlina dan Mas Wawan untuk mengantar daku, timbang diomelin lagi, hahahaha ...

Urusan kuliah, adik2ku - teman kuliahku yang lebih pantas jadi anak2ku sih ya, sbb umurnya lebih dari separoh usiaku, jadi gimana dunk yaaah ... ? Ibad dan Hendra, dengan kebaikan dan ketulusan hatinya selalu mengabarkan daku perkembangan kuliah. Ibad membantu menjelaskan mata kuliah yang daku tidak bisa datang, ngajarin, sampai pukul 02.00 dini hari, pindah dari satu warung kopi ke warung kopi lainnya, dari mall hingga McD, 'cuma' untuk ngajarin daku ajaaaah ... mpe keujan2an, basah kuyup, mpe sakit muntah-muntah ... Duh, ga kebayang baik hatinya mereka ini ....

Ibad juga yang pesankan daku uber dengan kartu kreditnya untuk antar jemput daku kuliah, sementara daku bayar Ibad belakangan. Sementara Hendra, rela mengirim satu2nya flashdisk 32 giga bite nya via gojek demi daku bisa mengerjakan tugas tambahan yang diberikan dosen gegara daku absen kuliah karena dinas keluar kota. Daku ga kebayang, apakah daku akan melakukan hal yang sama demi para sahabat yaaa ... ?

Sementara teman kuliah yang jauh lebih senior, Pak Cholid, sesekali memonitor, dengan WA-nya, "Mbak, kuliah ga?" atau sekedar menanyakan kabar. Masya Allah ... bingung daku jadinya karena punya sahabat baik2 hati semua ....

Sahabat daku yang lain, Ibba, seorang sahabat saat SMA yang juga tidak pernah sekalipun sekelas, mau, rela ngajarin daku management accounting hingga pukul 00.00 pun, sampai2 kita harus pindah café 3x di bilangan kuningan sana, gegara daku bukan orang accounting sama sekali dan harus belajar baca duit2 yang au ah gelaaaap ....

Sementara teman kuliah S1 daku, bertiga gang berisik itu, Shandra, Sriman dan Duma datang jauh2 dari cimanggis, tebet, depok, ntah gimana janjiannya, pokoknya menjelang maghrib mereka sudah di boulevard bintaro, nunggu daku pulang kuliah. Mereka mau besuk daku, sementara dakunya maksain diri, teteeeeuuup kuliah. Dan kita cekikikan dari makan thom yam hingga ngopi ....

Tak kalah baik adalah teman-teman komunitas mobil, SSCI. Mereka datang berombongan ke rumah, maen seharian, bawa donat, bawa duren, bawa segala rupalah, makan bareng, ketawa - ketiwi. Laras, bahkan dengan rela hati mensedekahkan tongkatnya padaku, supaya tidak mubazir. Laras, juga mengalami operasi meniscus seperti daku, tapi jauh lebih parah karena kecelakaan sepeda motor. Laras juga buatkan daku silky pudding dan mengantarkannya sendiri ke rumah. Laras sudah berkali-kali berkunjung ke rumah, sementara daku sekali pun belum pernah berkunjung ke rumahnya di karawaci. 

Prita, di sela2 kesibukannya, maksain datang, bawain muesli kesukaan daku. Mam healthy kick bareng kita berdua. Terus, dia menawarkan diri, mo diantar ke mana, biar dia yang nyupir ke mana-mana. Hahahahaha ... dari makan siang, ambil barang di electronic city, mpe belanja ... !!! Super sekali sahabatku ini ...

Angga, guruku piano itu, dan mba Pop admin tempatku les piano, mpe nyuciin piring, nyapu, beberes rumah, antar ke IGD, mpe jam 02.00 pagiiii ... gegara daku sesek napas post op Caesar lantaran kelelahan seharian rapikan rumah, nyapu ngepel nyuci naek turun tangga lebih dari sepuluh kali. Diomelin dokter, dan diomelin mereka juga jadinya daku ....

Teman2 therapist, itu bukan lagi daku anggap teman. Mereka sudah jadi keluarga. Daku bisa loh, kangen mereka mpe telpon2, maen, nongkrong ke rumah sakit, gegara mo ketemu mereka ajaaaaaa ... masya Allah ... Ya ampyuuun ... daku bisa tuh ketawa lepaaaaaasss banget kalo lagi sama mereka. Nongkrong di ruang pantry mereka, makan sama2 dengan mereka di daur kecil itu. Mereka itu orang terdekat saat daku sudah di titik nadir ... mereka yang bantu daku ...

Termasuk para suster di instalasi rawat inap camar dan cendrawasih, concierge, satpam, operator telpon, petugas receptionist lobby, petugas receptionist klinik, hingga petugas asuransi, semuanya yang di rumah sakit itu, kenal daku udah kaya apaan tahu, dan ngangenin. Masya Allah ....

Dan, dokter ... dokter2 orthopaedistku yang ganteng gula pasir maupun yang gula jawa, keduanya baik maksimal. Si ganteng selalu support dengan WA nya, "tetap semangat ya !" katanya. Sementara si gula jawa, sampai2 datang besuk ke kamar saat daku masih didiagnosa anemia gegara belum ketahuan ada tumor pada rahim.

Nah, urusan dokter ini, Faris, si dokter spesialis paru2 sahabatku SMA ini, adalah dokter yang daku mintakan rekomendasi untuk dokter obgyn perempuan ! Faris juga yang bantu kenalin dengan seorang dokter obgyn perempuan di RS Pondok Indah yang baik hati itu, hingga saat bertemu pertama kali, daku serasa bertemu sahabat lama saja, padahal baru kenaaaaal ... Alhamdulillah ....

Seorang teman baru, yang karena suatu urusan akhirnya mengunjungi daku di rumah sakit saat diopname. "Ini orang hatinya terbuat dari apa, sedemikian tidak mau merepotkan orang tua, sampai2 orang tuanya tidak dikasih tahu kalau dia sakit ..." sahabat baru daku berguman. Saat tahu kondisi daku demikian payah dan menjelang ditransfusi, maka sebelum meninggalkan rumah sakit, beliau wanti-wanti, "Kabari saya ya, kalau ada apa-apa dan sudah mau transfusi ya ... ?" pesannya khawatir. Maka berbilang hari di rumah sakit, beliaulah yang menunggui daku tiap pagi dan sore, hingga menjemput dan mengantar pulang. Subhanallah ... Alhamdulillah ...

Ibu Mur, beliau adalah pensiunan Direktur Muda, kepala divisi. Tapi beliau tidak pernah absen sekalipun setiap kali daku sakit. Belakangan daku tidak bilang daku sakit, jadi beliau tidak besuk ke rumah sakit, tapi tetap memerlukan diri untuk berkunjung ke bintaro dan menghabiskan waktu bersama untuk makan siang.

Dan terakhir kemarin, saat 11 Februari 2016, daku mengirim email pendek ucapan selamat ulang tahun kepada mantan Dirut yang pension pada 2013 lalu. Maka email dan sms pun berlanjut hingga semalam. Bayangkan ya, mantan dirut, sudah pension, masih rajin email dan sms daku, setiap kali daku ulang tahun. Sementara daku tanpa alasan yang jelas, sepertinya no response gitu deh. Hingga kemarin tetiba, ingin saja kirim ucapan selamat ultah kepada beliau, dan beliau tetap hangat seperti dahulu. 

Dulu, setiap kali beliau ulang tahun, daku selalu diminta datang ke rumahnya yang luas itu, untuk berkumpul bersama seluruh keluarga besar dan para sahabat. Begitupun setiap kali lebaran.  Bukan apa-apa, usut punya usut, ternyata istri beliau merupakan putra salah satu direksi BUMN - Dharma Niaga, satu angkatan dengan almarhum eyang kakung, yang mana saat di semarang dulu, mereka bertugas bersama-sama, dan istri mantan dirut daku itu, dulu sering dititipkan dan diasuh oleh almarhumah eyang putri. Itulah sebabnya daku dan keluarga beliau menjadi begitu dekat. Alhamdulillah ....

Lita !!! Adik kelas daku ini saat SMA, yang tidak pernah daku ingat saat sekolah dulu, adalah satu2nya orang lain yang tahan banting dengan kemarahan dan kegalakan daku yang terserah dan membabi butaaaaaaa ... Tapi dia, dia juga yang menolong daku, baik secara material maupun non material, dengan memudahkan daku bisa tetap mengkonsumsi vitamin dengan bayar bertempo, hahahaha. Sungguh, konsumsi vitamin yang daku lakukan selama ini, sangat membantu daku tetap dalam kondisi fisik yang baik dan terkontrol, alhamdulillah. Memang daku sakit, tapi secara medis, daku sehat baik cholesterol, gula darah dst, karena daku sangat mengatur pola makan, gaya hidup dan rajin mengkonsumsi vitamin yang tepat.

Dia juga loh yang mengurus urusan umroh daku hingga daku terima beres dan mendapatkan yang terbaik. Masya Allah ... masya Allah ... masya Allah .... Alhamdulillah .... 

Sarnapi !!! Bayangkan, sahabat daku yang satu ini, rela bawakan daku 2 (dua) bungkus wedang ronde alkateri yang termasyur dari bandung, setiap kali datang ke Jakarta, dan menentengnya sendiri hingga ke bintaro ! Cuma orang baik yang mau dan rela melakukan hal yang tidak penting seperti ini untuk orang lain, yang bukan siapa-siapanya, cuma teman sekolah masa SMA yang tidak pernah sekali pun sekelas ! Bayangkaaaaaaannn ... !!!

DAKU SEBAIK APA ?

Padahal, daku sungguh mengukur diri, daku sebaik apa ya ? Ga ada baik2nya sepertinya. Galaknya bikin illfeel. Tapi Allah begitu sayang padaku dan menghadiahkan daku teman-teman terbaik di sekelilingku.

Daku sungguh tidak ingat adakah kebaikan yang pernah daku lakukan satu hal saja untuk teman-temanku yang sangat luar biasa itu keikhlasannya. Mungkin, kebaikan kedua orangtuakulah yang selama ini menyebabkan daku mendapatkan kebaikan dari banyak orang di sekeliling daku.

Tapi sungguh, berbaik hatilah engkau kepada orang lain, utamanya tetangga. Sungguh silaturahim yang terjaga di antara manusia itu mendatangkan banyak rezeki, memanjangkan umur dan menjauhkan dari bala.

Dan majelis yang berkah di dunia, dengan silaturahim yang terjaga baik di dalamnya, mampu menjadi syafaat kala di hari akhir kelak. Di antara mereka akan diperkenankan Allah untuk membagi kebaikannya kepada satu di antara kita, agar kita terhindar dari api neraka. Masya Allah ....

Maka, sungguh dengan kerendahan hati yang paling dalam, daku ingin menyampaikan rasa terima kasih yang teramat besar kepada para sahabat semua. Sungguh kebaikan hati kalian semua, in shaa Allah akan selalu daku jaga dan menjadi amanah agar daku dapat membalas kebaikan hati para sahabat semua dengan lebih lagi. Namun, daku yakin, balasan Allah jauh lebih besar dari yang daku dapat upayakan. Semoga Allah ridho dengan kebaikan hati para sahabat semua, dan semoga persahabatan kita ini mendatangkan kebaikan di dunia dan akherat. Aamiin ... aamiin ... aamiin ... Yaa rabbal alamin ....



PULANG KAMPUNG

DOA YANG DIIJABAH

Alkisah, pada bulan Mei 2014 lalu saya menunaikan ibadah umroh seorang diri. Saya ingat, saya sempat berdoa dan memohon agar saya dapat diperkenankan datang lagi mengunjungi Baitullah dan Masjid Nabawi nan indah bersama seluruh keluarga. Tetiba, di pertengahan tahun lalu ibu sudah ribut saja mengajak kami semua berumroh bersama-sama. Semula saya merespon biasa saja. Hingga tiba giliran kami memastikan jadwal keberangkatan yang hendak kami pilih, barulah saya benar-benar takjub dengan keberkahan ini. Subhanallah .... !!!

Maka saat ibu menawarkan alternatif jadwal keberangkatan, saya pun memilih berangkat pada hari Selasa, 12 Januari 2016. "Wah, berarti nanti kamu ulang tahun di sana dunk, pas umroh ? Enak sekali sih kamu ?" ibu berkomentar, dan saya pun tertawa senang.

Subhanallah ya, saya sungguh tak mengira bahwa Allah mengijabah doa dan permohonan saya begitu cepat. Apa artinya menunggu kurang dari 2 (dua) tahun ? Bahkan mungkin hanya setahun atau belasan bulan saja ? Karena Allah telah memampukan kami semua untuk berumroh jauh hari dari jadwal keberangkatan yang kami pilih. Karena, kami sudah memutuskan untuk berumroh dengan seluruh keluarga pada kwartal terakhir 2015, walaupun kami memilih jadwal keberangkatan di bulan Januari 2016 karena mempertimbangkan kesehatan saya. Saya sungguh merasa sangat bersyukur ....

PERSIS 2 BULAN PASKA BEDAH CAESAR

Penuh suka cita kami sekeluarga mempersiapkan diri. Ibu adalah sosok yang paling cerewet dan concern dengan kesehatan saya. Bagaimanapun kondisi kedua kaki saya paska operasi meniscus lutut kanan pada akhir April 2015 lalu, masih menyisakan PR alias pekerjaan rumah lumayan panjang. Saya, belum kembali pada kondisi normal untuk beraktivitas mengandalkan kedua kaki ini sepenuhnya.

Kondisi kesehatan saya semakin menyulitkan saat memasuki bulan keenam paska operasi meniscus lutut kaki kanan, sebab saya 'terpaksa' membuat keputusan untuk melakukan operasi  pengangkatan tumor pada rahim. Itu pun semula diketahui hanya ada 1 (satu) buah tumor sebesar 7 cm pada rahim. Kenyataannya, operasi tersebut menghasilkan 5 (lima) buah tumor yang satu di antaranya seukuran lebih besar dari cangkir mug dan 4 (empat) lainnya lebih besar dari ukuran bakso. Masya Allah ....
   
Perkaranya, dampak dari operasi pengangkatan tumor dengan metode bedah caesar itu sungguh semakin membuat kondisi tubuh saya menghadapi hambatan sangat signifikan. Proses therapy pemulihan kedua lutut kaki yang belum kelar pun terhenti akibat kondisi paska operasi pada perut bagian bawah menyebabkan saya semakin tidak memiliki toleransi menghadapi rasa sakit yang berasa bagai paket bundling. Beraktivitas di kaki, menyakitkan perut, beraktivitas sederhana yang membutuhkan kekuatan perut pun, menyakitkan kaki. Hahahaha ....

Alhasil, saya tak bisa melanjutkan proses therapy lutut, sementara untuk pemulihan paska operasi caesar saya tidak tahu harus berbuat apa. Satu sisi, pekerjaan domestik urusan rumah tangga tidak bisa saya abaikan, dari mencuci baju, nyapu ngepel, merapikan rumah, dst. Jadilah, kun fayakun saja, bila Allah berkendak, maka jadilah. Maksudnya, saya lakukan segala sesuatunya semampu saya saja. Kalau mampu yang dikerjakan, kalau ga kuat yaaaa ... ikhlasin saja kalau rumah terpaksa berantakan selama nyaris sembilan bulan terakhir. Hahahaha ....

Jadilah, persis 2 (dua) bulan paska operasi caesar, plus dengan kondisi kedua lutut kaki yang belum kembali normal, lillahita'ala saya bersama seluruh keluarga berangkat umroh, Selasa, 12 Januari 2016 terbang pukul 06.00 wib pagi. Bismillahirrahmanirrahim .... 

PULANG KAMPUNG

Maka perjalanan menuju tanah suci pun kini menjadi sebuah ritual mudik alias pulang kampung yang paling merindukan bagi saya. Menuju Baitullah, rumah Allah, Sang Maha Pencipta, atas segala isi jagad raya. Perjalanan ini menjadi sangat spesial, karena saya berkesempatan merayakan hari kelahiran di tengah-tengah ibadah. Ga penting-penting amat sih ulang tahun, saya juga tidak pernah mempublikasikan tanggal kelahiran saya di mana-mana, apalagi di media sosial. Tapi untuk hal ini, saya merasa sungguh beda saja, alhamdulillah ....

Jadilah, persis menjelang tengah malam, di hari ulang tahun saya, saya dan rombongan pun tiba di Madinah. Setelah memasuki kamar dan beristirahat sekitar 2 (dua) jam, tepat pukul 02.00 wib waktu Madinah kami mulai bersiap-siap menuju Masjid Nabawi. Kerinduan hati menyaksikan keindahan Masjid Nabawi nan cantik berasa memuncah tak terbendung. Di sepertiga malam setiap harinya, Masjid Nabawi tampaknya tak pernah sepi. Di pelataran sih memang belum ada yang menggelar sajadah, tapi di dalam masjid yang luas itu, jamaah sudah banyak yang sibuk beribadah melaksanakan sholat tahajud dan mengaji.

Entah ya, bermesra-mesraan dengan Sang khalik di dalam Masjid Nabawi itu rasanya indah sekali. Melepas rindu hati dengan Rasulullah rasanya hati ini bergetar-getar. Keutamaan Masjidil Haram di Makkah Al Mukarammah memang jauh lebih besar, namun bertafakur di Masjid Nabawi di Madinnah itu sungguh mampu mengkoyak-koyak isi hati, syahdu membiru ....

Masalahnya, berumroh bersama ibu dan detya membuat saya jadi susah mau curcol sama Allah dan melepas rindu dengan Rasulullah. Mau nangis jadi gimanaaaaa ... gitu ... !!! Beda saat saya umroh sendiri satu setengah tahun lalu, maka setiap kali sholat mau sesenggukan, saya cuek saja, dan air mata ini tumpah terserah banget, mengalir deras tiada terbendung, rasanya legaaaaa ... banget. Tapi ini kali, tiap kali air mata sudah mau banjir, jadi ketahan-tahan gitu. Hahahahaha ... !!!

Maka setelah berdiam di Masjid Nabawi dan menunaikan sholat subuh, kami kembali ke hotel untuk sarapan pagi. Persis setengah delapan pagi, kami dijadwalkan kembali ke masjid untuk menuju raudhoh. Tapi nampaknya kami ketinggalan rombongan. Maklumlah, selain saya memiliki handy cap sulit berjalan cepat, ibunda pun mengalami hal yang mirip-mirip. Saya dan ibu sama-sama tidak bisa berjalan cepat, tidak bisa sholat normal dengan berdiri dengan kecepatan sebagaimana imam.

Saya, kedua lutut yang masih nyeri untuk bergerak jongkok, sujud dan berdiri ditambah jahitan horizontal di perut bagian bawah, membuat aktivitas sholat saya yang terbaik memang duduk. Tapi saya berusaha untuk tetap melaksanakan sholat secara normal, walaupun sedikit berjuang menyesuaikan kecepatan dan toleransi terhadap rasa sakit di lutut dan perut. Sementara ibu, dengan tubuhnya yang besar, kedua kakinya sudah agak payah menahan beban tubuh. Maka ibupun melaksanakan sholat sambil duduk di kursi lipat. Nah, kondisi inilah yang membuat kami seringkali tertinggal rombongan terus. Masya Allah, hahahaha ...

PERJUANGAN MENUJU RAUDHOH

Beribadah di raudhoh di Masjid Nabawi adalah sebuah kutamaan, karena sangat makbul dan akan diijabah. Bukan sholatnya, tapi berdoanya. Itulah sebabnya beribadah di area raudhoh dilakukan dengan cara berkelompok berdasarkan asal negara. Seorang askar, petugas masjid perempuan bergamis dan cadar hitam, akan membawa sebuah papan kontingen bertuliskan Indonesia. Maka semua jamaah asal Indonesia dengan tertib akan mengikuti aba-aba sang askar, berpindah dari area tengah masjid, beringsut, sediit demi sedikit meunju raudhoh. Saya, ibu dan detya, akhirnya menuju raudhoh terpisah rombongan, walaupun masih bersama kloter Indonesia.

Pengelompokan ini diperlukan karena area raudhoh sungguh sangat terbatas. Area raudhoh adalah area antara kediaman Rasulullah dengan mimbar tempat Beliau berdakwah, itulah yang Baginda Rasul sebutkan dengan taman surga, raudhoh. Sementara rumah Rasulullah hanya sepetak kecil, maka dapat dibayangkan seluas apa are raudhoh itu ? Bila istri Rasulullah saja, Ummu Muslim, Aisyah, seringkali menyimak dakwah Rasulullah dari balik tembok rumahnya, hingga ia memiliki banyak ilmu karena kebiasaannya itu, maka dapat dibayangkan betapa dekatnya antara tembok dan tempat Rasulullah bersyiar.

Artinya, area raudhoh yang kini berada di dalam Masjid Nabawi itu harus dibagi 2 (dua), untuk jamaah perempuan dan jamaah laki-laki. Itulah sebabnya, area sempit itu ditandai dengan karpet berwarna hijau dengan pembatas 3 pilar bagi jamaah perempuan dan 6 pilar bagi jamaah laki-laki. Nah, situasi inilah yang menyebabkan kunjungan ke raudhoh harus dilakukan secara berkelompok berdasarkan negara. Selain itu, waktu berkunjung bagi jamaah perempuan harus ditentukan yaitu selapas subuh dan isya, karena untuk menuju area raudhoh, jamaah perempuan harus melintasi area masjid yang diperuntukkan bagi shaf khusus laki-laki. Jadi, area tersebut yang dipisahkan dengan partisi kayu akan dibuka pada waktu-waktu tertentu saja, sehingga jamaah perempuan dapat melintas di dalamnya, sementara partisi yang lain terkunci sehingga jamaah perempuna tetap tidak bertemu dengan jamaah laki-laki. Subhnalallah ....

Tibalah perjuangan itu. Area raudhoh yang sempit dan diserbu oleh ratusan jamaah dalam setiap kelompoknya tentu menyebabkan semua yang menuju area raudhoh saling berlari, berebut, berdesak-desakan tidak karu-karuan. Dengan handy cap yang ada pada saya dan ibu, bisa dibayangkan reptnya detya menjaga kami berdua ya ?

Saya, merasa mampu untuk berjuang sendiri, tidak usah dibantu, tapi ibu bawaannya jagain saya terus. Sementara detya, sibuk jagaain ibu terus. Kwkwkwkwk, kusut banget ya. Kenyataannya sih, saya memang harus dipegang saat beringsek ke area terdepan raudhoh. Kalau tidak dipegang, dijagain ibu dan detya, saya sudah tumbang kapan tahu kedesak-desak orang yang banyak dan besar-besar, bertemu jamaah dari negara-negara arab macam turki, irak, dsb.

ASSALAMUALAIKA YAA RASULULLAH ....

Merayakan hari kelahiran dengan mengunjungi raudhoh, taman surga, yaitu antara kediamanan dan mimbar Rasulullah di dalam Masjid Nabawi, maka kegembiraan hati ini terasa sangat luar biasa. Rasa rindu yang tidak terkata-kata.

Bergantian saya, ibu dan detya melaksanakan sholat sunnah dan berdoa di raudhoh. Saya sungguh sedih, untuk banyak alasan. Dan bila saya mempunyai rasa rindu akan Rasulullah, maka itu sudah seharusnya. Ah, mengingat akan saat-saat berada di raudhoh saja, mata saya saat ini sudah berkaca-kaca. Rasa itu tidak terlukis dengan kata-kata. Antara sedih, menyesal, bahagia dan rindu sangat itu campur aduk jadi satu.

Saya sedih dan menyesal karena saya merasa kecintaan saya sungguh sangat 'segitu' saja bagi Rasulullah. Bisa jadi, saya justru merindukan manusia lain melebihi rindu yang seharusnya saya miliki untuk Rasulullah. Padahal, Allah saja bersabda, "Jika bukan karena Muhammad, tidak Aku ciptakan dunia dan segala isinya ..." Masya Allah ... Demikian cintanya Allah kepada Nabi Muhammad, begitu mulianya Nabi Muhammad bagi Rabbnya, mengapa kita, manusia yang hina tidak memuliakannya sebagaimana Allah begitu memuliakan Beliau ?

Assalamualaika ya Rasulullah ....
Assalamualaika ya Nabiallah ....
Assalamualaika ya Habiballah ....
Assalamaualaika ya Safwatallah ....
saya pun melepas kerinduan dengan Baginda Rasul sambil berlinang-linang air mata di depan mihrabnya ....

Duh, gimana ya, saya curcol maksimal bersama Baginda Rasul. Saya melepas semua rasa gundah dan penat dalam hati saya. Karena Beliaulah, yang akan memberikan syafaat kepada kita. Sungguh tidak bermaksud riya, tapi saya berusaha melakukan ibadah semaksimal mungkin selama di dalam area raudhoh yang makbul ini di tengah-tengah keterbatasan saya akan banyak hal. Lagi-lagi, merayakan hari kelahiran dengan mengunjungi taman surga Rasulullah, saya sungguh merasa sangat bersyukur. Hari itu menjadi moment yang luar biasa bagi saya untuk berkontemplasi. Subhanallah .. Alhamdulillah ... Alaa ilaha ilahlalah ... Allahu Akbar ....

Allahumma sholli ala sayidinna Muhammad wa ala ali sayidinna Muhammad ....

Maka saat hari terakhir beribadah di Masjid Nabawi tiba, saya memilih menyendiri di sudut masjid. Memuaskan hati berbisik-bisik dengan Sang Khalik dengan uraian air mata. Saya merenungi betapa saya telah susah payah mencerna dan berkompromi dengan banyak hal yang menjadi ketetapan Allah dalam perjalanan hidup saya belakangan ini. Sesungguhnya saya sudah tak mampu lagi mencerna semua ini. Menyiasatinya pun sungguh terasa sulit. Hal terakhir dan semoga yang terbaik yang saya bisa lakukan adalah mendekatkan diri kepada Sang Khalik, dan menjalani saja segala sesuatunya dengan ikhlas, berpegang pada tuntunan. Terus istighfar, semoga apa yang saya lakukan tidaklah salah, di tengah-tengah kelelahan hati yang sudah tidak tertahan lagi. Maka selepas shalat subuh terakhir di Madinah, dengan berat hati saya meninggalkan Masjid Nabawi di mana kediaman dan makam Rasulullah beserta para sahabat berada, dengan penuh harap Allah akan memperkenankan saya berziarah lagi ke masjid yang sangat bersejarah ini .... 


PERJUANGAN UMROH

Selepas dhuhur kami pun meninggalkan Madinah. Maka setelah mengambil miqot di Masjid Bir Ali berniat umroh, kami pun memasuki kota Makah bada isya. Setelah makan malam dan bersiap, kami dan rombongan menuju Masjidil Haram untuk melaksanakan umroh.

Bismillahirrahmanirrahim, knee brace, check. Kaos kaki tebal beralas karet, check. Saya tidak ingat apakah saya pakai korset atau tidak, sepertinya sih tidak, karena akibat mengenakan korset sebulan paska operasi Caesar kemarin, saya mengalami iritasi hebat, jadi malas deh pakai korset lagi. Lillahita'ala, maka saya berserah diri kepada Sang Khalik dalam melaksanakan ibadah umroh kali ini dengan kondisi fisik saya yang sangat jauh beda dari kedatangan umroh saya sebelumnya.

Ibadah thawaf, Alhamdulillah dapat saya lalui dengan lancar. Selain karena perjalanan mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 (tujuh) kali dilakukan secara berkelompok dengan formasi relatif rapat, kecepatan bergerak rombongan saat berjalan pun relatif perlahan sehingga cukup tolerable bagi saya. Alhamdulillah.

Tiba giliran melaksanakan ibadah Sa'i, saya mulai kedodoran. Berjalan dari 'bukit' safa ke marwah sebanyak 7 (tujuh) kali dalam rentang yang cukup panjang dan menanjak pada kedua 'bukit' tersebut, sungguh bukan perkara mudah bagi saya. Apalagi, di sepanjang rute safa dan marwah ada beberapa titik yang jamaah disunnahkan untuk berlari, khususnya jamaah laki-laki. Namun, agar rombongan tidak tercerai-berai, maka jamaah perempuan pun harus menyesuaikan diri dengan jamaah laki-laki bukan, sehingga kami tetap bersama.

Saya, jangankan untuk berlari, untuk berjalan saja belum maksimal, maka pada putaran kedua, saya memutuskan beristirahat. Perut bagian bawah kiri saya sudah mulai berasa panas dan sakit, membuat saya susah berjalan karena sakitnya merembet ke kaki, dan kaki saya sendiri yang begitu keadaaannya. Menaiki kedua 'bukit' safa dan marwah yang landai, saya sudah berjuang. Menuruni kedua bukit, saya terpleset berkali-kali karena lutut belum mampu menahan beban tubuh dengan berjalan menuruni bukit yang landai. Alhamdulillah tidak sampai terjatuh, tapi tetap ... membuat takut.

Maka ibadah sa'i pun saya lalui dengan berkali-kali terhenti untuk beristirahat. Saya bahkan tertinggal dari ibu. Sementara ibu didampingi bapak, Detya berinisyatif menemani saya, saat saya tidak terlihat di tengah-tengah rombongan. Detya pun berbaik hati sa'i sambil menenteng sebuah kursi lipat untuk saya duduk saat saya beristirahat. Sebab bilamana saya beristirahat dengan berselonjor di lantai, itu bukan option terbaik, duduk dan bangun paska istirahat berasa sekali repot dan sakitnya. Alhamdulillah, menjelang tengah malam ibadah umroh berakhir menyisakan kebagiaan dan penuh rasa syukur.

UMROH SUNNAH

Umroh sunnah dilaksanakan 2 (dua) hari setelah umroh wajib. Sesungguhnya usai menunaikan umroh wajib, asli kedua kaki saya berasa mati rasa saking sakitnya. Maka saat umroh sunnah dilaksanakan 2 (dua) hari setelahnya, ibadah pun semakin penuh perjuangan.

Umroh sunnah dilaksanakan selepas sholat dhuhur. Thawaf, seperti biasa, aman terkendali. Sa'i, saya memaksakan diri untuk tidak beristirahat. Saya sempat beristirahat sekali, tapi setelah itu saya memutuskan terus berjalan tanpa beristirahat lagi. Saat umroh berakhir bersamaan dengan adzan ashar, maka saya tdak mampu lagi berdiri. Saya menunaikan sholat ashar sambil terduduk di lantai. Alhamdulillah, tetap disyukuri.

BISSMILLAHI ALLAHU AKBAR

Suatu subuh, Detya ingin sekali mendekat ke Ka'bah. Bismillah, maka saya, detya dan seorang ibu, jamaah dari wanasari - brebes, beringsut mendekati Ka'bah. Mencium Hajjar Aswad adalah sunnah, menjaga kebaikan saat beribadah adalah wajib. Wajar bila seluruh jamaah ingin mencium hajar Aswad. Akibatnya, jamaah bisa saling berdesakan dan berpotensi menyakiti jamaah lainnya saat berupaya mendekati dan mencium hajar Aswad. Itulah sebabnya, saya teringat dengan tausiah para ustadz, bahwa mencium Hajar Aswad hukumnya sunnah, sementara menjaga kebaikan saat beribadah adalah wajib. Jadi, saya tidak memaksakan diri ....

Ditambah dengan kondisi fisik saya yang begini, rasanya berat mendekati Hajar Aswad, terlebih pagi Hajar Aswad sedang dalam proses perawatan sehingga terjaga rapat. Namun saya dan detya bertekad memeluk Kabah, maka kami bertiga beringsut terus mendekat ke arah dinding Ka'bah. Kami pun berhasil mendekati rukun Yamani, salah satu sudut sudut Ka'bah yang sejajar dengan Hajar Aswad, berbatu dan mengarah ke kota Yaman.

Saat melintasi rukun Yamani jamaah disunnahkan untuk mengusap atau cukup melambaikan tangan sambil melafazkan "Bismillahi Allahu Akbar" Dan Rasualullah pernah bersabda, setiap kali melewati sudut ini terlhat ada malaikat yang mengucapkan aamiin, sebagai jawaban atas doa Rasulullah. Selain itu, menyentuh rukun Yamani juga menghapuskan kesalahan-kesalahan. Karenanya, setiap melintasi rukun yamani, rasulullah selalu membaca doa "Rabbana atinna fidunya khasanah, wa fil akhirati khasanah wakinna adzabannar"

Rasulullah bahkan menyentuh rukun yamani dengan tongkatnya. Itulah sebabnya bila memungkinkan untuk mendekat, maka sentuhlah. Namun bila sulit, berlalulah, menjauhlah, janganlah berdesak-desakan ....   


MENINGGALKAN BAITULLAH ....

Perpisahan selalu menjadi saat yang paling menyedihkan. Meninggalkan Makkah selepas pukul 10.00 wib pagi, jamaah banyak yang tertidur saat meninggalkan berbatasan Makah, Tanah haram dan Tanah halal. Mungkin mereka kelelahan usai melaksanakan thawaf wada', thawaf perpisahan dengan Baitullah.

Saya, yang kebetulan tidak terbiasa tertidur bila sedang bepergian, terisak-isak di kursi bus sambil memandangi kota Makkah yang mulai saya tinggalkan. Saya merasa sangat sedih dengan perpisahan ini, karena saya merasa ibadah umroh kali ini saya jauh dari maksimal, jauh dari optimal. Baik secara fisik maupun mental, saya merasa saya telah melakukan banyak kesalahan selama ibadah umroh kali ini. Saya terus istighfar dan bershalawat, memohon ampun semoga Allah berkenan menerima amal ibadah umroh saya, dan berkenan mengundang saya lagi untuk mengunjungi Baitullah dan raudhoh serta makam Rasulullah. In shaa Allah ... ammiin ..aamiin ... aamiin ....