Tuesday 20 April 2010

SELAMAT HARI KARTINI !!!

Alhamdulillah, wa syukurillah ... Subhanallah. Hari ini, semua rakyat jelata Indonesia tengah merasakan nikmatnya, hasil perjuangan Raden Ajeng Kartini, yaitu memperoleh kesempatan belajar yang pada awalnya hanya menjadi hak kaum bangsawan dan orang-orang kaya. Jadi, RA. Kartini bukan hanya pahlawan emansipasi, namun lebih dari itu, pahlawan pendidikan bagi golongan masyarakat bawah, strata paling rendah seperti kita kebanyakan.

Kartini lahir sebagai putri seorang Bupati Jepara yang menganut poligami. Ironisnya, setelah remaja, Kartini pun dinikahi oleh Bupati Rembang yang juga menganut poligami dan telah memiliki 3 (tiga) orang istri.

Besar dalam keluarga yang ayahnya berpoligami, Kartini merasakan kesengasaraan yang nyata akibat kehidupan keluarga yang berpoligami. Namun hikmahnya, walaupun Kartini menjalani kehidupan poligami, sang suami memberikan keleluasan bagi Kartini untuk mengembangkan kemampuan diri dan berbuat banyak hal. Dan apa yang dilakukan Kartini saat itu telah berbuah manis yang kini dirasakan oleh rakyat kebanyakan saat ini, yaitu kesetaraan dalam status sosial, mendapatkan kesempatan untuk belajar, meraih pendidikan setinggi-tingginya.

Khususnya bagi kaum perempuan Indonesia, Kartini-Kartini masa kini, maka peringatan hari Kartini akan lebih tepat bila didedikasikan kepada kaum pria. Dengan harapan agar kaum pria mempunyai pemahaman dan pandangan yang jauh lebih moderat dan menghargai keberadaan perempuan dengan segala kelebihan dan kodratnya. Jadi, apa yang diperjuangkan oleh Kartini dapat dimanfaatkan oleh kaum perempuan dan bermanfaat bagi semua pihak secara tepat dan optimal.

Bahwa kodrat yang dimiliki oleh semua makhluk bukan berarti sebuah halangan. Begitu pun perempuan. Apakah kodrat yang dimiliki kaum adam sebagai maklhuk yang kuat secara fisik dengan pemikiran yang rasional (katanya) menjadi sebuah kekuatan sementara kodrat yang dimiliki kaum hawa yang lemah lembut dan perasa menjadi sebuah kekurangan ? Tentu sama sekali bukan demikian.

Bahwa Kartini bukanlah kaum feminis. Begitu pun para perempuan Indonesia hari ini, mereka bukan feminis. Namun saat kini para perempuan mempertanyakan haknya, mengapa masyarakat menuduhnya sebagai feminis ? Kartini saat ini adalah perempuan yang berperan ganda, sebagai ibu rumah tangga dan sebagai perempuan bekerja. Namun penghargaan kepada perempuan atas peran gandanya yang tak mudah tidak secara nyata dapat dirasakan.

Kartini Indonesia sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaan rumah tangga bukanlah pekerjaan perempuan. Pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan bersama. Membesarkan anak bukanlah pekerjaan perempuan, membesarkan anak adalah kewajiban bersama, ayah dan ibu. Namun lihatlah, Kartini saat ini, bangun lebih pagi dan tidur paling akhir. Dan kaum pria tetap meminta haknya membabi buta tanpa pengertian sama sekali apalagi penghargaan dan ucapan terima kasih yang disampaikan dengan lembah lembut.

Kartini Indonesia sebagai perempuan bekerja. Perempuan menuntut ilmu hingga tinggi dengan ijasah yang sama dengan kaum adam, dengan nilai yang bisa jadi lebih baik. Namun, perempuan bekerja tidak mendapatkan fasilitas yang sama dengan apa yang diperoleh oleh pekerja pria. Perempuan masih dianggap sebagai lajang. Padahal bila ia seorang single parent, bukankah perempuan itu sebagai tulang punggung keluarga ? Ada apa ini ? Tiba di kantor di jam yang sama, bekerja dalam kurun waktu yang sama lamanya, dan meninggalkan kantor bahkan lembur dengan hitungan waktu boleh jadi lebih lama. Tapi mengapa perempuan tidak mendapatkan hak yang sama ?

Peran ganda perempuan saat ini adalah sebuah realita. Bahwa hidup kini semakin berat. Biaya hidup semakin besar. Kesehatan dan pendidikan anak-anak semakin mahal. Maka, peran ganda perempuan menjadi alternatif untuk membantu mewujudkan sebuah keluarga yang sejahtera sesungguhnya menjadi sebuah solusi yang "win-win solution".

Hal yang paling mendasar dalam hal ini adalah, kaum adam perlu lebih membuka diri dan memberikan pengertian mengenai keberadaan dan peran ganda perempuan secara lebih bijaksana dan legowo. Kemajuan perempuan tidak untuk dihadapkan pada pernyataan "Perempuan (isteri) adalah hak saya (suami), maka perempuan harus mengikuti semua yang saya katakan, boleh dan tidak boleh !" Perempuan menjadi ibu rumah tangga dan bekerja bukanlah sebuah kondisi yang harus dipilih, namun sebaliknya menjadi sebuah strategi sekaligus solusi yang mempunyai resiko yang harus ditanggung bersama.

Kaum adam tidak boleh lagi melakukan bullying baik secara fisik maupun mental terhadap prestasi yang diraih kaum perempuan hanya berbekal priviledge yang dimiliki dan ironisnya hanya diketahui secara terbatas dengan penafsiran yang sangat subyektif. Sesungguhnya kaum adam menjadi hebat kala mereka bisa menghargai kaum perempuan.

Kartini saat dulu dan sekarang tetaplah sama, mereka, kaum perempuan bukanlah subyek. Kartini saat ini adalah pejuang dengan segala resikonya, termasuk hak reproduksinya. Kartini bekerja menjadi demikian lelah secara fisik sehingga besar pengaruhnya terhadap kesehatan resikonya. Ditambah lagi dengan bullying yang kerap diterimanya, maka Kartini saat ini pun menjadi lelah secara fisik dan mental.

Perempuan adalah tulang punggung suatu negara. Karena negara yang kuat berawal dari didikan para ibu. Dan ibu merupakan madrasah, sekolah dasar yang terbaik yang dimiliki oleh anak-anak tanpa pamrih. Dari darah seorang peremupuan pulalah gen intelegensia diturnukan kepada anak-anaknya, bukan dari kaum pria. Namun demikian, adalah orang tua yang menjadikan anaknya seorang kafir, majusi atau seorang muslim. Orang tua artinya tentulah ayah dan ibu.

Jadi, tidak berlebihan rasanya bila Hari Kartini didedikasikan kepada para kaum pria. Dan, berkaca dari realita yang dihadapi saat ini maka sudah selayaknyalah kaum pria lebih menghargai para Kartini Indonesia. Kartini Indonesia bukan ancaman bagi kaum pria. Kartini Indonesia juga sama sekali tidak berambisi untuk merendahkan kaum pria dengan prestasi dan peran ganda yang berhasil dijalaninya selama ini. Para Kartini bisa menjadi partner dalam banyak hal. Selamat Hari Kartini !!!