Monday 30 June 2014

YOU ARE WHO YOU DEAL WITH


You are what you eat,
You are what you read ....

But actually ...

You are who you deal with,
You are where you work at,
You are who you live with ....

Think abut this. You spend 8 hours for sleep on bed, 8 hours for work, 8 hours for travel from home for work return, every single day ! You, most of whom, even working longer (over time) than sleep. It means, you are where you work at ....

If you are frustrated with your job, then here you are ...
While you are so upset with your spouse, then here you are ...
So, your life is only two, your family and your work ....

Just be wise,
Everybody get anger,
Everybody get upset,
Everybody get disappointed,
Everybody get crazy,
it is so human being
it is so natural ....

But please ...
Angry wisely ....

Don't spiting out,
Don't swearing,
Don't slapping ...

If you don't like something, talk ....
If are bothered about something,
Just talk, calmly ...
Talk constructively so that you will find solution

But don't embarrassing somebody on your wall,
that 'that somebody' has never being your friend on your social network,
it is not fair, it is childish, it is boyish ....

And don't blaming somebody on your wall,
that 'that somebody' has never had a chance to clarify anything,
it is not manly ....

Even if you are not able to talk to somebody,
Talk to Allah ....

Yes, you rite
As a human being you still need a human,
that you are able to talk to ...

but as a human being too
who believe in Allah
you know how to deal with all those suffer ...

Suffer will not kill you ... 
as long as you believe in Allah
Suffer will enhance you,
suffer will lift you up,
in front of Allah's arsy

It would be good, however ...
If you do realize that situation is so unfriend,
unexpected,
Even if you do feel bleeding and wound ....
But on the contrary, you do understand that you will never doing a crazy thing ....

Because ...
There are so many reasons for you for grateful anything you have so far ...
And when you realize that there is no more that you are able to talk to ...
Allah always the right thing to be come ....

Allah never left you,
Allah never slapping you,
Allah never spitting you out ...

And you've just taken all lillahita'alla,
without passion, aim to strike it back,
by doing uneducated things as everybody has done to you ....

Just believe in Allah,
believe in Allah's kitab
that your life, starting till' the end,
has already being written,
before we're born ....

Subhanallah ....



Wednesday 18 June 2014

JATUH MEREK LANTARAN MEDIA SOSIAL


Kalau sudah urusan dengan media sosial, segala sesuatu jadi tampak 'menarik' dan tak biasa. Seseorang bahkan bisa jadi sosok yang jauh beda dari kenyataan keseharian yang biasa dijumpai. Tapi kalau sudah urusan dengan politik, maka segala sesuatu bukan saja jadi berubah, tapi juga tidak sebagaimana mestinya. Politik + media sosial, hasilnya semakin ga' karu-karuan. Mungkin, banyak di antara kita hanya bisa merasakan asiknya berkomunikasi melalui media sosial. Padahal di sisi yang lain, media sosial memiliki banyak aspek, yang bisa jadi di satu sisi adalah keunggulan, kekuatan, kehebatan, tapi di saat yang bersamaan bisa jadi kekurangan atau kelemahan. Namun sayangnya, banyak di antara kita pula enggan memahami itu, atau dengan sadar menafikan, mengabaikan bahwa sesungguhnya potensi negative dari media sosial itu ada ....

Sosial media, yang sangat mudah dalam penggunaannya, luas jangkauan wilayahnya, bahkan kini nyaris tak ada lagi batasan ruang, serta cepat dalam penyampaian pesannya (tak ada pula batasan waktu), tentu menjadi salah satu media favorit yang dipilih hampir oleh semua penggiat di berbagai bidang pekerjaan. Media sosial digunakan oleh politisi, pelaku ekonomi, industri hiburan, dunia pendidikan, syiar agama, sosialisasi regulasi, pendidikan kesehatan, dsb. Bahkan media massa, pun seiring berkembangnya teknologi informasi & komunikasi, terpaksa, dituntut, juga mengkonvergensikan dirinya dengan menggunakan pula beragam media sosial.


FENOMENA PELAKU MEDIA SOSIAL

Tapi tengoklah bagaimana para penggiat itu semua dalam menggunakan media sosial. Seorang ilmuwan sejati yang selama ini selalu kritis dalam memandang fenomena-fenomena empiris, tiba-tiba kehilangan obyektivitasnya setelah bersinggungan dengan dunia politik. Sosoknya mendadak berubah hingga merontokan kharismanya sebagai seorang ilmuwan manakala sudah berkicau di media sosial membela nilai-nilai politik yang diyakininya.

Seorang akademisi yang lain, tampak begitu sangat temperamental kharakternya di media social saat mengkritik rezim yang berkuasa. Bicaranya begitu kasar, tidak lagi mencerminkan sosoknya sebagai seorang akademisi, sebagai seorang guru, yang tingkah polah, ucapan, sikap dan perilakunya digugu (diperhatikan) dan ditiru oleh anak didiknya, yang ratusan, bahkan ribuan menjadi follower (pengikut) akunnya di media sosial dan membaca seluruh sumpah serapahnya.


Sementara seorang yang lain yang tengah berjihad dengan syiarnya, masya Allah ... sibuk mencaci maki kelompok penganut keyakinan lain. Bahkan begitu yakin akan tingginya ilmu agama yang dikuasainya sehingga tanpa perasaan merendahkan orang lain sebagai orang yang tak berilmu. Astaghfirullahaladzim. Atau, pernahkah anda bayangkan, seorang pendidik, dewasa, atas nama syiar mendoakan seorang perempuan agar digagahi oleh seorang maniak yang tengah dirasuki syetan. Innalillahi wainailaihi rojiun ....

Yakinlah, bahwa segala hal di dunia ini diciptakan dengan dimensi keduanya. Manusia, ada laki-laki, ada perempuan, ada pagi ada malam, ada terang ada gelap, ada tajam ada tumpul, dan seterusnya. Begitupun dengan media sosial, ada kekuatan dan ada pula kelemahannya.

Bahwa setiap diri kita berhak menentukan apapun yang menjadi pilihan kita dalam hidup, baik itu berpolitik, keyakinan dalam beribadah, tokoh pemimpin, namun, mari sampaikanlah dengan cara-cara yang baik, yang santun, yang bermartabat. Apapun agamanya, semua mengajarkan hal yang sama tentang kebaikan bukan ? Dan ukuran kebaikan masih tetaplah sama di belahan dunia manapun. Artinya, semua manusia di belahan bumi manapun akan tidak suka bila direndahkan, baik secara face to face, apalagi secara just in time melalui media sosial yang langsung dapat dibaca oleh orang banyak di seluruh penjuru bumi, dalam waktu yang bersamaan ....


TIPS MENGGUNAKAN MEDIA SOSIAL

  1. Berkicaulah dengan sopan. Bila memang berseberangan ide dengan orang lain, hormatilah perbedaan. Bila orang lain tak sepaham dengan anda, bukan lantas anda menjadi berdosa setelah anda mengingatkannya secara patut;
  2. Jangan merendahkan dan atau mempermalukan orang lain, sekalipun anda memang jauh lebih mengerti dan benar, apalagi bila anda lakukan itu di laman orang lain ! Hal yang semacam itu sangatlah tidak sopan dan tidak intelek. Contoh : hindari mengkoreksi kemampuan bahasa asing orang lain, hukum agama, teori2, dst. kecuali anda memang ditanya atau dimintai komentar;
  3. Bila anda memang sudah tidak berkenan berteman dengan seseorang di media sosial, anda wajib tetap menjaga sopan santun, layaknya pertemanan tatap muka. Ingat, berinteraksi melalui media sosial walaupun tidak tatap muka bukan berarti tidak ada etika. Justru, ketidaknyamanan yang ditimbulkan dalam media sosial bisa jadi terasa lebih sensitive karena faktor tidak saling tatap muka itu. Mengapa, karena masing-masing tidak dapat melakukan konfirmasi melalui reaksi yang ditunjukkan oleh gesture atau bahasa tubuh (body language) atas pesan yang disampaikan. Melalui bahasa tubuh, biasanya awam pun dapat langsung mengenali respon lawan bicara apakah berkenan atau tidak dengan ucapannya sebelumnya, misalnya wajah memerah, posisi duduk berubah, intonasi berubah, dst.;
  4. Bila anda suka berbagi atau menyebarkan hal-hal yang menjadi keyakinan anda kepada orang lain, maka lakukanlah secara persuasive. Usahakan sampaikan pesan tidak dengan menggurui. Bila anda menyukai dengan perbandingan, maka lakukan perbandingan secara obyektif dengan landasan yang relevan, namun tetap sampaikan dengan santun, bukan menghardik atau mencela. Jangan pula memaksa dengan kicauan yang mengintimidasi pihak lain. Jadilah dewasa, cukup akhiri persuasi anda dengan pertanyaan retorik atau pertanyaan kepada pembaca yang membuat pembaca berpikir tanpa merasa dipersalahkan, disudutkan atau dibodoh-bodohkan;
  5. Hindari pula berdebat di media sosial. Ingat, namanya juga media sosial, maka di antara pihak-pihak pengguna media sosial memiliki keterbatasan untuk dapat saling bertatap muka. Maka penjelasan perdebatan melalui tulisan tidak sama efektifnya dengan bicara secara tatap muka. Sebaliknya, perdebatan pada media sosial rentan dengan kesalahpamahan akibat keterbatasan yang ada. 

Media sosial, walaupun memiliki banyak keajaiban yang mampu menjadikan setiap pemilik akun seolah-olah adalah orang penting, bagaimanapun memiliki kelemahan, utamanya adalah kharakternya yang tidak face to face. Artinya, apa yang ditampilkan di media sosial potensi atas hal yang bukan sebenarnya. Karenanya, waspadalah dalam berkomunikasi melalui media social agar terhindar dari penipuan, penyalahgunaan (diperdaya, diperalat) atau difitnah oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Sekali lagi, be wise ! Bijaksanalah ! Manusia bukan dewa apalagi Tuhan. Maka mengkritiklah secara manusiawi, bersyiarlah secara patut. Teknologi diciptakan untuk membantu manusia, bukan menjadikan manusia terpedaya karena teknologi. Jangan pula anda sampai jatuh merek lantaran salah cara dalam berinteraksi menggunakan media sosial. Sayang kan ? Semoga catatan pendek ini bermanfaat ya ... ?!?!?!  :)




Sunday 1 June 2014

BISSMILLAHI ALLAHU AKBAR



SEKARANG ATAU NANTI

Ibadah adalah masalah personal. Namun yang menarik dalam Islam, apresiasi Sang Khalik atas ibadah manusia akan jauh lebih besar nilainya bilamana itu dilakukan bersama atau melalui kebersamaan dengan orang banyak ketimbang secara individual atau personal. Itulah sebabnya, sholat berjamaah jauh lebih banyak pahalanya ketimbang sholat sendirian.

Alkisah, saya pun ingin sekali pergi mengunjungi baitullah tidak sendirian. Saya ingin pergi bersama suami. Namun apa hendak dikata, keinginan tersebut walau telah disampaikan secara halus atau sindiran, rupanya belum berbalas sambutan seperti yang diharapkan. Berkali-kali disampaikan, responnya tetap sama. Mungkin beliau ada hal yang jauh lebih penting, mengurus ibunda dan adik-adiknya sepeninggal sang ayahanda. Praktis beliau menjadi kepala keluarga pengganti ayahandanya.

Sementara, keinginan hati ini sudah demikian besar. Mendaftar haji plus saja sekarang mengantri 5 (lima) tahun, sementara haji regular mengantri lebih dari sepuluh tahun. Bila umur ini tak cukup, maka saya tak ingin menjadi orang-orang yang merugi. Maka saat rejeki itu datang, serta merta saya pun mendaftarkan diri, walau hanya haji kecil, berselang sekitar sebulan dari jadwal keberangkatan ....


PERSIAPAN LILLAHITA ALA

Adalah seorang sahabat, yang tepatnya sudah menjadi saudara dan adik bagi saya, Andini Lita, maka saya pun mendaftar dengan pertolongan dia. Tanpa selembar kuitansi pun, saya mengikuti semua informasinya. Memperbarui paspor, mentransfer biaya umroh, imunisasi meningitis dan flu, manasik, hingga jadwal berangkat dan berkumpul di airport. Orang Tegal bilang, saya pasrah bongkokan.

Packing baru saya lakukan dua malam berturut-turut menjelang keberangkatan. Maklum, saya masih bekerja seperti biasa pada hari - H keberangkatan. Uang real, baru saya tukar di jumat terakhir saya ngantor, itu pun lagi-lagi saya tanya Lita, ibunya, yang juga berangkat 2 (dua) hari sebelum saya, dibekali uang berapa ? Maksud saya, agar saya bisa mengkira-kira berapa uang yang perlu saya bawa.


IJIN SUAMI

Saya dijadwalkan berangkat umroh Selasa, 20 - 29 Mei 2014. Namun, saya baru bisa minta ijin suami hari Sabtu malam sebelumnya, itu pun melalui sms. Imbas kehidupan di metropolitan, kehidupan sudah seperti robot. Setiap hari senin - jumat, bangun subuh sudah sibuk dengan keperluan masing-masing. Pulang kantor lepas, maghrib suami sudah sibuk dengan lap topnya di lantai atas hingga jam 24:00 wib, sementara saya jam 20:30 wib biasanya sudah teller, tertidur. Sementara setiap jumat malam suami pulang kantor langsung capcus ke Bogor kuliah dan baru pulang sabtu malam. Praktis, ga ada waktu yang pas untuk bicarakan hal ini secara serius. Apalagi sejak awal terlihat tidak merespon, saya perlu situasi yang benar-benar pas untuk itu. Alhasil, sms - lah yang paling pas, yang saya kirim saat beliau tengah berada di Karawang, hahahaha ....

Senin malam saat berangkat tidur, beliau bertanya, "Besok kamu sama ibu berangkat ke airport gimana ?" (karena esok pagi saya masih ngantor seperti biasa, sementara ibu masih di rumah).Saat saya jawab saya berangkat sendirian, beliau terbengong. "Kamu sure mau berangkat sendirian ? Kenapa kamu ga berangkat sama ibu ?" tanyanya keheranan. Wuakakakak ... sekali lagi nih, korban kehidupan ibukota, komunikasi ga' komplit. Setelah dijelaskan duduk perkaranya, akhirnya beliau mengerti dan ikhlas ridho melepas kepergian saya untuk melaksanakan ibadah umroh esok pagi ....


Sementara semua catatan hutang saya (KPR), surat-surat, dokumen, password semua (bank, internet, dll.), saya wasiatkan pada adik saya satu-satunya, detya. Dokumen di mana, hutang di mana, mencairkan di mana, KPR di mana, ada sekitar sepuluh catatan saya email ke detya secara detil di Selasa pagi 20 Mei 2014 itu. Yang terpenting, bila saya tidak kembali dan detya menemukan aib-aib saya, tolong tutupi dengan baik. Sementara pada suami, saya cuma bilang, bila saya berhalangan tetap, maka insya Allah ada orang yang akan mengurus hal-hal yang akan saya wasiatkan sepenuhnya untuk beliau.


BISSMILLAHIRRAHMANIRRAHIM, BERANGKAT

Selasa sore, menjelang ashar, 20 Mei 2014 saya pun tiba di bandara, sementara sejak pagi yang namanya kepala pusing bukan main. Gimana tidak, 2 (dua) malam berturut-turut saya kurang tidur karena packing yang ga kelar-kelar. Gimana mau kelar, lawong seharian sudah kerja, tiba di rumah urusannya juga banyak, jadi packing sebentar, ngantuk, ya tak tinggal tidung saja, itu pun sudah lewat tengah malam. Alhasil di hari - H saya pusing kepala bukan main. Sepanjang hari yang saya lakukan adalah istighfar dalam hati, berharap pusing kepala ini reda dan menghilang. Saya tak ceritakan hal ini sama ibu, tak mau beliau khawatir. Padahal asli, badan sudah doyong, pusing hingga badan pun panas dan ditambah pula cuaca Jakarta seharian itu sangat panas.

Begitu pesawat lepas landas, menjelang maghrib, saya terus istighfar dan bersiap tidur, membayar kekurangan waktu tidur 2 (dua) malam sebelumnya. Usai meng-qodho shalat, saya pun tidung pulas. Tiba waktu makan, ngantuk-ngantuk, saya paksakan melahap semua menu pemberian pramugari yang rasanya ... arab banget ! Hehehe ... Ndableg, saya makan saja sambil minta teh tawar panas, minum vitamin 4 tablet lifepak, 2 kapsul gel marine omega, 2 kapsul teegreen, dan 1 kapsul R2 night. Kelar makan, lanjut tidung !

Tengah malam, pramugari nyodori lagi makanan sepotong sandwich besar. Dengan mata berat, saya paksakan lanjut makan lagi, karena tak mau sakit, sementara pusing kepala mulai berangsur hilang. Tapi kalau terlalu lama melek, mulai berasa pusing lagi. Maka kelar menghabiskan sandwich, tanpa ba, bi, bu, saya tidung lagi !

Sekitar pukul 00:00 dini hari, kami transit di Abudhabi, menunggu penerbangan berikutnya pukul 02:05 waktu setempat. Masih tersisa pusingnya, saya usahakan tidur sebisa mungkin walau di kursi besi yang agak susah sih buat tidung. Tapi, Alhamdulillah !


SUBHANALLAH MEDINAH !!!

Setiap kali tersadar, mulut ini saya usahakan tidak berhenti istighfar. Banyak orang wanti-wanti untuk banyak istighfar dan sabar selama menjalankan ibadah di Tanah suci. Bagi saya, terlepas apa kata orang, kalau sudah urusan dengan Sang Khalik, saya ga punya option apa-apa kecuali berserah, lillahita ala, dan tentu saja terus istighfar ....

Dan ... subhanallah ... !!! Saya tiba juga di Medinah pas saat adzan subuh berkumandang di Masjid Nabawi, Medinah Al Munawarah, yang hanya beberapa puluh meter saja dari tempat saya berdiri, turun dari bus. Alhamdulillah ... !!! Rasanya apa ya ... ? Senang luar biasa, takjub, bingung dengan keajaiban ini, bahwa saya sampai juga di Medinah. Saya lupa dengan pusing kepala yang luar biasa mengganggu sejak berangkat dari Tanah air. Alhamdulillah, penginapan saya pun hanya berjarak sekitar 50 meter saja dari Masjid Nabawi yang terlihat sangat indah saat subuh itu ...


INDAHNYA MASJID NABAWI

Setelah bebersih mandi, sarapan, istirahat sebentar, saya dan 3 (tiga) orang teman sekamar yang (ketiganya masing-masing beda usia 15 tahun dengan saya, tua banget ya saya dibanding mereka ? Hahahaha ... ), bergegas menuju Masjid Nabawi. Beruntung, antrian bermunajat di Raudhoh baru saja dimulai pukul 07:00 waktu setempat.

Sholat di Raudhoh, bagian dalam Masjid Nabawi di mana bersemayam makam Rasullullah, Nabi Muhammad SAW, adalah sebuah kesempatan emas yang sangat diidam-idamkan oleh semua umat muslim yang berkunjung ke Masjid Nabawi. Namun khususon bagi jamaah perempuan, kesempatan bermunajat di Raudhoh sangat terbatas. Mengapa ? Karena untuk mencapai area Raudhoh, Jemaah perempuan harus melewati area ibadah jaamah laki-laki. Jadi, kesempatan bermunajat bagi jamaah perempuan di Raudhoh yang waktunya cukup lapang adalah dilakukan pada ba'da subuh dan ba'da isya.

Maka kami berempat yang culun-culun ini pun mengantri di rombongan "Bahasa/Melayu" demikian tulisan yang terpampang di papan yang dibawa oleh laskar perempuan Masjid Nabawi. Maksudnya, itu adalah kami, para jamaah dari Indonesia.

Di sela-sela waktu antrian itu, kami menuntaskan sholat tahyatul Masjid dan sholat dhuha. Tak lama, kami mulai berpindah tempat, mengikuti instruksi sang laskar pemandu kami, beringsut mendekati area Raudhoh, sedikit demi sedikit. Setiap berpindah, kami kemudiah disuruh duduk dan menunggu. Setelah berpindah tempat dan menunggu giliran sekitar 2 (dua) jam, akhirnya tibalah giliran kami, jamaah Indonesia memasuki area Raudhoh. Subhanallah ... !!!

Alhamdulillah saya pun berhasil merampungkan 2 x 2 rokaat sholat shunnah di shaf paling depan area raudhoh yang berkarpet hijau. Tak ada jamaah yang tak berlinangan air mata memasuki area Raudhoh ini. Mungkin semua terbayang akan dosa bercampur bahagia berkesempatan mengunjungi makam Rasulullah tercinta ....

Raudhoh berarti taman dan berdoa di raudhoh nilai keafdhal-annya sangat tinggi. Rasullullah pernah bersabda, "Antara rumahku dan mimbarku adalah raudhoh (taman) di antara taman-taman surga." Di sanalah Nabi Muhammad SAW membacakan wahyu yang diterimanya dan mengajarkan tentang Islam kepada sahabat-sahabatnya. Assalamualaika Yaa Rasullallah ! Assalamualaika Yaa Nabiyallah ! Assalamualaika Yaa Shafwatallah !!! Assalamualaika Yaa Habiballah !

Assalamualaikum adalah berjarak, sementara Assalamualaika adalah sapaan tak berjarak, artinya beliau yang kita sapa berhadapan langsung dengan kita. Maka setiap kali mengucapkan salam bagi beliau Baginda Rassul, leher pun terasa tercekat. Subhanallah ... ternyata dalam lubuk hati ini, betapa pun hina diri kita ini, qolbu ini tidak dapat berdusta, bahwa kerinduan hati kepada Beliau begitu besar ... Masya Allah. Mengingat betapa cintanya Beliau kepada umatnya, sementara kita seringkali lalai bersholawat baginya ....


TAHAJUD TERAKHIR

Sholat di Masjid Nabawi yang indah sungguh nikmat. Suasananya begitu syahdu dan tenang. Masjidnya begitu luas dan sangat indah. Kubahnya dapat membuka dan menutup sesuai dengan cuaca saat itu. Kadang sejumlah burung beterbangan di dalam langit-langit Masjid dan sesekali mendarat di dalam masjid.

Sabtu dini hari, 24 Mei 2014, sejak pukul 03:00 waktu medinah saya sudah menggelar sajadah di Masjid Nabawi. merampungkan sholat tahyatul Masjid dan melanjutkan shalat tahajud. Saya bermunajat, terus bermunajat di setiap sujud agar dapat berkesempatan lagi melaksanakan sholat di Masjid Nabawi dan berziarah di makam Rasulullah. Hingga saat ruku yang kesekian, adzan subuh berkumandang, air mata saya bercucuran ....

Subhanallah ... hati saya hancur luar biasa, menyadari ini adalah ruku terakhir tahajud saya di Masjid Nabawi. Sedih bukan main rasanya, menyadari belum tentu saya berkesempatan hadir lagi di tempat yang sangat indah ini, melaksanakan shalat berdampingan dengan saksi bisu, mihrab Nabi Muhammad SAW tercinta. Sesenggukan saya merampungkan tahajud dan shubuh seraya berharap Allah SWT meridhoi saya untuk kembali berkunjung bersama seluruh keluarga tercinta ...


6 JAM MENUJU MEKAH

Selepas sholat dhuhur dan makan siang, tepat pukul 14:00 waktu Medinah kami meninggalkan Medinah Al Munawarah menuju Mekkah Al Mukarammah yang biasanya memakan waktu sekitar 6 (enam) hingga 7 (tujuh) jam. Perjalananan darat pun ditempuh menumpang bus.

Ini dia. Seumur-umur sejak lahir, saya adalah si pemabok perjalanan darat. Perjalanan Tegal - Cirebon yang hanya 72 km saja alias 1,5 jam paling lama, saya mabok muntah-muntah. Perjalanan Jakarta - Bandung tengah malam pun saya mabok 2 - 3 kali hingga memuntahkan seluruh isi perut saya. Itu naik kendaraan pribadi. Apalagi naik kendaraan umum, saya ga' pernah naik angkot karena tukang mabok itu. Kalaupun naik bus umum juga terpaksa. Moda transportasi sahabat adalah kereta api. Bila jalur darat, menyupir sendiri adalah yang terbaik.

Perjalanan ke Mekkah ini pun, saya kebagian duduk di 3 - 4 baris dari belakang. Saya pasrah. Sesaat sebelum berangkat saya kirim pesan singkat sama suami minta didoakan supaya lancar selama perjalananan dan tidak mabok. Subhanallah ! Saya tidak mabok hingga tiba di Mekkah Al Mukarammah bada' isya ! Alhamdulillah ... !!!


BISSMILLAHI ALLAHU AKBAR !!!


Setelah makan malam dan memasukan barang bawaan ke kamar, saya dan rombongan bersiap melaksanakan umroh. Saya sangat bersyukur, para ustadz dan ustadzah yang mendampingi rombongan sungguh orang-orang yang berdedikasi tinggi, bertanggung jawab kepada seluruh rombongan dan berilmu tinggi. Subhanallah, pahala mereka sungguh amat besar.

Kami memulai umroh dengan shalat isya berjamaah. Rombongan melaksanakan umroh dalam sebuah kelompok yang kuat dan kompak. Kaum pria yang berabadan besar memimpin di depan dalam ikatan rantai manusia yang kuat. Sementara yang lainnya membuat pagar betis mengelilingi jamaah perempuan di tengah-tengah. Ustadz Lutfi melafazkan setiap doa thawaf, sejak putaran pertama hingga putaran terkahir dengan lantang ! Jamaah mengikuti dengan kompak dan tak kalah lantang ! Subhanallah, merinding dan bercucuran air mata kami semua. Bissmillahi Allahu Akbar ... !!!

Setelah melaksanakan thawaf, kami melaksanakan sholat sunnah dilanjutkan dengan sai (berlari-lari kecil) dari safa ke marwah, sebanyak 7 (tujuh) kali. Di sinilah dulu Siti Hajjar, istri Nabi Ibrahim ditinggalkan seorang diri di Tanah yang tandus dan gersang bersama bayi mungilnya, Ismail. Saat persediaan perbekalan telah habis, Siti Hajjar berlari dari safa ke marwah untuk mencari air. Beliau berlari sebanyak 7 (tujuh) kali, dan terhenti kala kaki kecil Ismail menghentak ke bumi hingga dengan seizin Allah SWT, bumi pun mengeluarkan mata air, air zam - zam yang terus mengalir hingga saat ini. Subhanallah ....

Saat ini, jamaah melaksanakan sai tidak lagi kepanasan sebagaimana yang dirasakan Siti Hajjar dahulu. Lorong panjang antara safa dan marwah walaupun mendaki pada kedua ujungnya namun dilengkai dengan pendingin udara dan ribuan kipas angin yang tersebar di banyak titik. Bagi yang berkebutuhan khusus pun disediakan jalur tersendiri untuk kursi roda. Sementara air zam - zam tersedia beberapa titik di sepanjang lorong safa dan marwah. Alhamdulillah ....

Ibadah umroh berakhir dengan tuntasnya sai ditandai dengan bercukur tepat menjelang pukul 02:00 dini hari waktu Mekkah.


TAK ADA YANG KEBETULAN

Saya bukan pribadi spesial apalagi ahli ibadah yang mungkin mengalami banyak situasi-situasi yang luar biasa selama dalam melaksanakan ibadah umroh mengunjungi Baitullah dan Masjid Nabawi. Saya hanya punya kepasrahan hati dan pikiran bagai gelas kosong yang tak mengerti apa-apa dengan hasrat yang begitu besar selama menjalani ibadah umroh ini. Saya banyak beristighfar dan terus beristighfar mohon diberi keridhoan Allah SWT agar saya senantiasa lurus dalam niat.

Namun tak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Allah SWT sudah menentukan kitab dari kita masing-masing jauh sebelum kita dilahirkan. Pun saat saya memutuskan mendaftarkan diri untuk pulang kampung, menuju Baitullah, rumah Allah pemilik diri saya yang telah memberikan saya hidup dan kepadaNyalah saya akan berpulang.

Bukan pula sebuah kebetulan di dalam ketidaktahuan saya, bila saya ternyata berkesempatan berumroh di bulan Rajab. Bulan di mana Nabi Muhammad SAW melaksanakan umroh hingga 4 (empat) kali, sekali wajib, 3 (tiga) kali sunnah. Subhanallah !

Lagi-lagi bukan pula sebuah kebetulan, bila jadwal keberangkatan umroh saya tidak berbarengan dengan jadwal haid saya yang tidak pernah teratur ! Saat saya mendaftar umroh pun, saya tidak terpikir untuk menghitung atau mengkira-kira kapan waktunya yang pas sehingga saya terhindar dari jadwal haid. Subhanallah ... !!! Bagi saya, kemudahan-kemudahan ini adalah hal-hal tidak biasa yang sangat saya syukuri ....

Mungkin pula karena rasa rindu saya dengan almarhum Eyang Uti (putri) yang melewati hari-hari terakhirnya bersama keluarga kami di Tegal, bahkan berpulang pun di rumah orang tua saya di Tegal, jadi selama di tanah suci, saya sering sekali berdampingan dengan simbah-simbah. Bahkan sejak berangkat hingga kembali saya selalu duduk berdampingan dengan simbah-simbah di pesawat. Dan setiap makan beliau tidak habis, dipindahkan ke piring saya. Saat mampir di pasar Jeddah sebelum kembali ke Tanah Air, tangan saya digandeng  simbah-simbah. Katanya, "Jangan ditinggal ya, jangan ke mana-mana ... !" pintanya saat beliau menuju kamar kecil. Masya Allah, ternyata saya berumroh di saat tanggal wafatnya Eyang Uti, 23 Mei 2013. Pantas saja, saya selalu terbayang-bayang eyang uti selama di sana ....

Yang tak kalah lucu, saat saya mengambil miqot di Bir Ali, berniat umroh wajib, sebelum memasuki Mekkah Al Mukarammah, tiba-tiba ada yang berlari membuntuti saya sambil memanggil-manggil, "Mbak ! Mbak Iwing (nama kecil saya) !" Setelah saya menoleh, ternyata Edi, adik kawan saya, sekaligus tetangga, yang sudah seperti adik saya sendiri pun, tengah mengambil miqot di tempat yang sama. Edi berumroh bersama adik perempuannya, Geti yang umroh sendirian. Maka Edi menjadi mahramnya. Subhanallah ! Di Tanah suci bertemu tetangga, yang sudah saya anggap keluarga dan adik sendiri ! Masya Allah senangnya. Jadilah hari-hari saya di Mekkah pun banyak diwarnai bersama-sama mereka berdua.


RINDU KEMBALI

Hingga kembali ke rumah, bahkan istirahat di atas tempat tidur, air mata ini selalu menetes mengingat-ingat keindahan dan nikmatnya beribadah di Tanah suci. 

Keindahan Masjid Nabawi dan Ketakziman Kabbah selalu saja terbayang di pelupuk mata dan menggetarkan hati. Setiap doa dunia yang saya panjatkan, saya sampaikan dengan penuh rasa malu dan mohon ampun. Namun demikianlah, saya masih hidup di dunia, maka saya pun memohon keridhoan Allah SWT agar berkenan memberi keselamatan bagi saya, di dunia dan di akherat .... 

Subhanallah ... Melaksanakan ibadah umroh seorang diri sungguh membawa pengalaman yang luar biasa, yang menjadikan saya diri sendiri, apa adanya. Segala kemudahan yang saya rasakan cukuplah sebagai sebuah keajaiban yang sangat luar biasa bagi saya. Pun, saat ibunda bertanya pada saya saya perjalanan pulang ke rumah dari bandara, "Kamu sehat, Wing ? Ga' sakit ?" Saat saya jawab, saya sehat baik-baik saja, selamat di beribadah hingga kembali, beliau pun merasa keheranan, "Hebat ya ... ?" (maksudnya mungkin beliau takjub karena umumnya Jemaah umroh/haji banyak yang terserang flu saat beribadah hingga kembali ke Tanah air. Begitulah, cukuplah yang demikian ini menjadi keajaiban luar biasa bagi saya yang sangat hina dan miskin ilmu ini. Semoga Allah SWT menerima seluruh ibadah saya serta meridhoi dan memberi kesempatan lagi bagi saya untuk berkunjung ke Baitullah. Aamiin, aamiin, Allahuma aamiin ....