Wednesday 3 September 2014

YAITU IBUMU, IBUMU, IBUMU BARU BAPAKMU

IBUMU, IBUMU, IBUMU, BARU BAPAKMU ....


Seorang sahabat bertanya ke pada Rasulullah : "Ya Rasul, siapakah orang yang paling harus saya taati di dunia ini ?” Rasulullah menjawab, “Ibumu”. Sang sahabat bertanya lagi, “Lalu siapa lagi Yaa Rasul ?” Rasulullah pun menjawab, “Ibumu”. "Kemudian setelah itu siapa lagi, Yaa Rasul ?” sang sahabat itu bertanya lagi. Rasulullah menjawab, “Ibumu”. Sang sahabat itu bertanya lagi, "Kemudian siapa lagi Ya Rasul ?”, Rasulullah pun akhirnya menjawab, “Bapakmu ...

Kisah teladan ini pertama kali saya dengar dari almarhumah eyang uti (ibunya bapak). Nah, jadilah kisah itu yang selalu digadang-gadang ibu, untuk merajuk ke kita, anak-anaknya setiap kali ada maunya.

IBU YANG CENGENG

Ceritanya, sejak sebulan lalu, beliau sudah heboh minta hadiah ulang tahun yang bertepatan pada hari ini, Kamis, 4 September. Katanya saat menelepon, "Wing, bulan depan 'kan ibu ulang tahun. Ibu minta apa yaaaaa ... ?" Lalu dengan PD nya, beliau pun berucap, "Ibu minta mobil donk ... " Saya pun kontan menjawab, "Emangnya aku direktuuuuurrr ... minta hadiah ulang tahun mobil ?" Ibu pun tertawa-tawa. Lalu muncullah dalil itu, "Yaitu ibumu, ibumu, ibumu, baru bapakmu ... " kata ibu. Saya pun menggoda, "Iya, kalo ibunya ga' matereeeeee ... " Ibu pun ketawa makin keras di ujung telepon.

Jadi, hari ini ibu ulang tahun. Agak susah juga cerita tentang ibu. Yang saya tahu tentang ibu ya hanya itu, cantik, putih, besar, pinter masak, pinter dandan, tertutup (apa-apa dipendem sendiri, yang ada darah tinggi), masa mudanya jagoan olah raga, terutama voli, sekarang sukanya mainan kucing, sama getolnya sama berorganisasi dan berpolitik. Selebihnya, saya ga tahu apa-apa lagi ....

Ibu juga sosok perempuan yang cengengnya bukan main. Banyak acara keluarga yang 'rusak' gara-gara ibu suka mewek ala sinetron gitu deh. Mau seneng mau sedih, tahu-tahu sudah sibuk mewek. Diceritain kucing ditendang juga, ibu bisa tuh, termehek-mehek di ujung telepon di tegal sana ! Makanya, kalau sudah acara reuni keluarga ibu & de gang keluarga Menado nih, disebut artis sinetron 'Tersanjung' sinetron di era 80'-an yang penuh dengan tangisan Bombay.

Nah, bicara sebagai seorang berdarah Manado, ibu tuh orang Menado yang ga' doyan ikan. Padahal, masakan Manado itu umumnya serba ikan. Pokoknya, saya saksi hiduplah, yang sejak kecil nemuin ibu kasih mam saya ikan paling banter bandeng presto doank, selain itu ga pernah. Kalaupun kita serumah sesekali mam ikan pindang banyar, itu pastilah kiriman sahabat ibu, sesama perias penganten, yang saban jumat kirimin sayur asam, sambal plus ikan pindang banyar khas Tegalan.

Menyoal kegemaran makan, ibu suka sekali mam junk food ! Bayangin aja, saban kali saya mudik, saya harus nurutin ibu mam Mc.D ma Pizza Hut. Padahal itu warung makan, di Jakarta asli ada sebelah rumah ma di seberang rumah bintaro. Masa udah mpe kampong masih disuruh mam yng beginian juga ? OMG ibuuuuu .... !!! 

KAMU CUMA BERDUA !

Saya, termasuk anak yang tidak dekat dengan kedua orang tua. Saya tidak dekat sama bapak, tidak juga dekat sama ibu. Saya jarang sekali curcol sama orang tua saya, sama ibu maupun bapak. Jadi saya ya ga pernah curhat sama mereka. Kecuali yang urusan remeh-temeh atau yang kebetulan berkenaan dengan mereka berdua. Makanya, seringkali saya takjub dengan mereka, anak-anak yang begitu dekat dengan kedua orang tuanya.

Entah ya dengan detya, apakah dia cukup terbuka atau tidak dengan ibu & bapak. Sebab saya juga jarang banget berbagi cerita sama 'fotokopi'nya ibu yang satu kartu keluarga dengan saya itu selama hampir tiga puluhan tahun itu. Yang pasti ibu lebih sering pergi ke Bandung-lah, nemuin detya timbang nemuin aku di Jakarta. Ya ... namanya juga anaknya, ya gak ?  :)

Di sisi yang lain, kami juga sangat dekat dan kompak. Setidaknya setiap kali lebaran, saya, ibu dan detya selalu pakai baju kembaran atau sama'an. Dan sayalah yang selalu kebagian tugas pengadaan seragam itu, dari baju lebaran, baju kondangan, dst. Rempong juga, sebab berat di ongkos. Sekali waktu pergi ke Pekanbaru, Riau, saya pun bangkrut membeli oleh-oleh kain khas Riau yang warnanya ibu banget !

Kain-kain khas Riau untuk busana muslim atau gamis, perpaduan warna dan aplikasi bordirnya, sangat cetar membahana, ada pink ketemu hijau, ungu ketemu oranye, hitam ketemu merah, pokoknya warnanya ibu banget. Kebayang warna-warna itu menempel di kulitnya yang putih itu, bagus banget kan jadinya (sebel!) Lah, kalau sepotongnya berkisar Rp. 500.000,- sd. Rp. 700.000,- untuk kembaran kita bertiga kan bangkrut sayanyaaaaa ... ?

Lain kesempatan, saya mampir ke jalan Veteran, Denpasar, belanja kain kebaya bordir. Ya, lagi-lagi saya harus belanja untuk kami bertiga. Kalau ada 2 (dua) jenis untuk saya, berarti saya juga harus beli yang 4 (empat) lainnya untuk ibu sama anaknya yang di Bandung itu. Dan masih banyak deh, contoh kasus yang lain. Hehehehe ....

Propaganda ibu yang selalu diteriakkan ke saya dan detya setiap kali berantem, gebuk2an, pukul2an, tendang2an sejak kecil itu, katanya, "Kamu itu cuma berdua, harus saling tolong-menolong ! Jangan sampai, anaknya detya ga' bisa sekolah karena ga' punya uang, kamu (saya) harus bayarin ! Kamu juga detya, jangan sampai anaknya mba' iwing ga bisa sekolah karena ga' punya uang, kamu harus bayarin !" Semoga, kita berdua segera beranak Ya Allah ... !!!  :)

MENANTU IDAMAN

Kembali lagi soal ibu. Kalau diamat-amati sepertinya, ibu lumayan ga' resehlah jadi menantunya eyang uti & eyang kakung. Apalagi menjelang akhir hayatnya eyang uti, saya melihat kedua perempuan ini sungguh sama hebatnya ! Manusiawi saja, berinteraksi dengan ibu mertua 'kan tidak mudah, apalagi mengurusnya bila dalam keadaan sakit.

Sementara, di saat-saat terakhir masa hidupnya, alhamdulillah eyang uti memilih lebih banyak menghabiskan waktunya bersama kami, keluarga sederhana ini, di Tegal, bersama ibu dan bapak. Masalahnya, saat itu, ibu masih aktif berpolitik. Jadi, eyang banyak ditinggal ibu. Kadang mungkin ibu cape sering pergi ke luar kota, jadi saat di rumah jarang ketemu eyang karena istirahat di kamar. Nah, dalam hal ini, almarhumah eyang uti sebagai sosok yang sangat spesial sepanjang hidupnya, bisa menerima kesibukan ibu yang demikian padat, sungguh luar biasa kebesaran hatinya, memaklumi kesibukan sang menantu sehingga jarang berinteraksi dengan beliau.

Namun di sisi yang lain, di tengah-tengah kesibukannya, ibu tetap bisa menyediakan makan pagi, siang, dan malam on time ala eyang, itu juga sebuah prestasi yang luar biasa. Almarhumah eyang uti sebagai sosok yang besar dengan didikan jaman dulu (belanda) adalah sosok yang selalu disiplin, termasuk jam makan. Beliau selalu sarapan pukul 06:00 pagi dan makan malam pukul 18:00 sore. Belum lagi, support ibu yang maksimal kepada bapak untuk stand by menerima panggilan eyang uti jam berapa saja, tengah malam, pagi buta, siang bolong, untuk jemput eyang uti di mana pun, itu juga tak kalah luar biasa. Coba kalau ibu itu menantu yang reseh, tentu ibu tidak support bapak untuk senantiasa berbakti kepada ibunya, eyang uti ....

Ibu getol olah raga sejak muda, terutama voli. Getolnya ibu main voli jaman saya SD mpe SMP dulu, saya agak2 gimana gitu tiap kali ditenteng ibu latihan malam2 mpe2 ke gudang bulog arah keluar kota Tegal. Belum lagi, kalau sedang tanding, badan ibu yang gak mungil itu seringkali disorakin penonton. Tapi jangan salah, begitu ibu lompat dan melakukan smash dengan kencang, para penonton pun bersorak, ga jadi ngelecehin. Yang pasti, alhasil saya dan detya jadi doyan voli juga mpe sekarang gara-gara nontonin ibu maen voli saat kita masih kecil.

MENGAJI & MENYANYI

Saya dan detya, dilesin ngaji sejak SD hingga SMA. Seminggu sekali tiap jumat, sejak sebelum maghrib hingga lewat pukul 20:00 wib. Nah, biasanya nih, kelar ngaji, saat saya pulang, ibu dan bapak malah ga' ada, pergi nonton. Yang lucu, sekali waktu mereka pergi nontonnya yang pukul 21:00 wib, ternyata mereka berduaan pergi nonton naik becak loh bukan naik mobil ! Kwkwkwkwk !!! Ingat banget liat mereka berdua empet2an di becak.

Ibu juga getol ndorong saya untuk sibuk berkesenian. Kalau bukan karena dorongan ibu, saya rasa otak kanan saya ga' bakal dominan seperti sekarang ini. Sejak kecil, ibulah yang daftarain saya les organ, les gambar, les bina vokalia pranadjaya, berguru keroncong, ngeband di pabrik Teh Sosro di Slawi, hingga ngijinin ngamen nyanyi di acara kawinan !  Ibulah yang ngater saya ke mana-mana ikutan lomba nyanyi. Bahkan saat saya sakit panas pun, ibu tetep maksa saya ikutan lomba Pop Singer se Jawa-Bali. Sakti ga tuh ? Alhasil, saya dapat juara 3 deh, se-Karesidenan Pekalongan. Saat ikutan Lomba Penyanyi Remaja (LPR) tingkat Nasional, ibulah yang sibuk carikan saya pengiring, karena suara harus direkam melalui kaset. Walau ga juara, saya berhasil masuk 30 besar semifinalis tingkat nasional se-Indonesia loh, masih 15 tahun waktu itu. Juaranya ya Irma June, Johandy Jahya, Heidi Yunus dkk. deh ... 

Pasalnya soal nyanyi ini, BG alias babe galak, agak-agak ga suka gitu. Sekali waktu saat saya mo ngamen, saya dibelain sama ibu, ngatur jadwal supaya bisa keluar ngamen ga ketahuan bapak, nyanyi di pemalang, masih 16 tahun saya waktu itu ! Kata bapak, "Cita-cita kok jadi penyanyi ????" Lah, siapa yang cita2nya jadi penyanyi ? Lawong cuma hobi doank kok. Nah, karena sering juara nyanyi sejak SMP inilah, akhirnya saya ditawarin kerjaan jadi penyiar radio. Ibu makin seneng deh. Saat saya berhenti siaran karena mo' konsen ujian SMA, ibu marah-marah. Kasihan radio nya katanya, sebab masa saya dulu itu, saya bersama 2 penyiar SMA lainnya cukup meramaikan dunia siaran di kota Tegal. Dulu ....  :p   

Nah, itulah ibu. Saya tahunya cuma segitu. Pokoknya setiap kali ibu ambil rapot di sekolah, biasanya temen2 pada bisik-bisik, "Kae ibune Firlly" ("Itu ibunya Firlly"). Mungkin teman2 heran ya, ibu dan anak ga mirip.

Semoga, di hari ulang tahunnya ini, ibu selalu sehat, diberikan umur yang barokah, dimuliakan Allah, selalu kompak bersama bapak mengurus kucing-kucing kesayangannya, selamat dunia & akhirat. Aamiin ...

Monday 1 September 2014

RIDHO ALLAH saja ....

Ceritanya sejak usai lebaran lalu saya sakit tak jelas. Tiba-tiba saja bangun tidur itu mendadak badan ini ngilu semua. Sakit itu terasa saat saya menunggu bapak diperiksa di UGD rumah sakit dekat rumah. Saya piker, karena bapak akhirnya diopname, saya putuskan saya baik-baik saja, cukup istirahat di rumah. Tapi ternyata, 3 (tiga) hari istirahat tidak kunjung sehat, saya malah panas tinggi. Akhirnya, saya dan bapak pun bersebelahan kamar deh di rumah sakit sama-sama diopname.

Nah, bicara soal sakitnya itu, sungguh menarik loh. Karena dari hasil lab semua baik-baik saja. Jadi yang saya rasakan itu, panas tinggi, badan ngilu semua, terutama di persendian tangan dari siku, pergelangan tangan dan telapak tangan. Pada kaki juga serupa, lutut, pergelangan kaki dan telapak kaki, sakitnya luar biasa. Jadi yang namanya telapak kaki itu ga' bisa napak ke lantai. Sementara lutut ga' bisa ditekuk. Alhasil, sholat pun saya sambil tiduran dan berangsur-angsur sambil duduk.

Hari terakhir diopname, tubuh saya memerah semua. Hari berikutnya saat transit di Cirebon menunggu kereta, seluruh kaki saya gatal luar biasa. Setelah menunda kembali ke Jakarta karena opname, dengan tertatih-tatih saya pun mengendarai si blueberry dan bekerja seperti biasa. Yang ada kerja 2 (dua) hari, esoknya saya istirahat lagi deh di rumah 4 (empat) hari. Persis peringatan Hari Kemerdekaan RI, 17 Agustus, di hari minggu itu, pulang upacara, saya pun langsung masuk UGD lagi. Upacara itu, hukumnya fardhu 'ain di tempat saya kerja. Jadi kalau tidak upacara bisa kena tilang satpam. 

KEBAIKAN SAHABAT

Adalah seorang sahabat shalat berjamaah di masjid sebelah kantor yang begitu kasihan melihat saya. Beliau ini adalah seorang sederhana penjual kelontong alat-alat elektronik seperti mur, lem, obeng, lampu, tang, gergaji dan sejenisnya. Beliau pulalah yang rajin membawakan saya masakan karena beliau tahu saya tidak punya pembantu ! Saya dinafkahi oleh seorang pedagang kaki lima. Beliau kasihan melihat  saya, sebab setiap kali sholat saya hanya bisa duduk sambil selonjoran kaki. Sementara setiap kali usai sholat, untuk berdiri saja saya harus dibantu orang lain karena pergelangan tangan saya tidak mampu menahan tubuh saya, sakit banget !

Suatu hari, sang sahabat bertanya, "Nama lengkap kamu siapa ?" Beliau sampai menelepon saya berkali-kali menanyakan hal yang sama. Saya cuma bilang, "Sudahlah bu, ga usah ..."

Tiba-tiba, jumat pagi, beliau menghubungi saya, "Kamu nanti ke sini ya, saya mau cerita. Duh, gimana ini saya bilangnya ?" Alhasil, menjelang Jumatan saya bertemu beliau dan mendengarkan kisahnya. Singkat kata, menurutnya, saya ini sakit dibikin orang. Siapapun yang mengirimkan penyakit itu pada saya, menginginkan hal yang sangat maksimal atas sakit saya. Maka beliau meminta saya untuk banyak berdoa.

"Alhamdulillah ... " cuma kata itu yang keluar dari mulut saya. Saya ga' tahu ilmu apa-apa soal beginian. Jadi saya berucap, "In shaa Allah saya baik-baik saja ..." Saat saya Tanya kepada beliau, kenapa melakukan ini, padahal saya tidak memberi informasi apa-apa pada beliau, sambil tertawa-tawa beliau berucap, "Saya kan punya kartu nama kamu ..." Waduh, saya sendiri lupa kapan memberinya kartu nama.  

MENGEJAR DUNIA

Sungguh tidak masuk di akal saya, bila manusia sedemikian berupayanya untuk mengejar dunia. Saya tahu, dalam kehidupan ini ada orang yang menyukai upaya lebih untuk melengkapi hidupnya. Caranya ya, bermacam-macam, selain cara-cara yang lazim dan rasional.

Persoalannya, saat ada pihak yang katanya melakukan hal demikian kepada saya, (wallahualam bisawam, ingat kisah tukang pijat) itu sungguh-sungguh membuat saya super duper heran. Lah saya ini siapa ? Pejabat bukan, orang pinter bukan, kaya raya juga ga, cantik apalagi (ga banget kan ?), lah kenapa harus merasa terancam dengan keberadaan saya ? Atau mungkin saya kege-eran. Bisa jadi alasannya karena sekedar tidak suka saya saja. Kalau ga suka kan, terserah, ga suka ya ga suka aja, jadi mau berbuat jahat apa-apa yang ga perlu alasan apa-apa lagi. Namanya juga ga suka ....


BANYAK BERSHALAWAT & SEDEKAH

Sekali lagi ya, saya kan ga' ngerti nih, urusan perklenikan. Saya juga ga' mau dosa karena urusan ini. Jadi kalaupun beberapa orang menyarankan saya melakukan ini itu, saya akan berpikir serius dan memastikan mana-mana yang sesuai dengan akidah, mana yang tidak.

Seorang tante rupanya sudah mengamati apa yang sedang dan tengah saya alami sejak sebelum ramadhan lalu. Beliau juga tercengang mengetahui apa-apa yang telah saya alami sejak berbulan-bulan lalu sebelumnya. Namun seiring berjalannya waktu, sedemikian besarnya ujian yang saya alami, rupanya apa yang saya alami sebelumnya adalah untuk kebaikan saya.

Beliau berpesan, banyak-banyaklah bershalawat. Bagi saya, saran beliau masuk akal dan sesuai akidah. Karena memang Rasulullah adalah satu-satunya manusia yang mampu memberikan syafaat kepada umatnya, atas izin Allah. Perbanyaklah shalawat setiap waktu, upayakan rutin di waktu dan dalam jumlah yang sama, khususnya setiap usai shalat. Perbanyaklah shalawat pada setiap pergantian waktu, saat maghrib dan selepas subuh. Karena memang saat-saat itulah energy negatif dunia sangat besar. Potensi terjadi musibah utamanya yang berkaitan dengan dunia klenik adalah di saat-saat demikian.

Sedekah, Islam selalu mengajarkan, sedekah adalah penangkal setiap musibah dan pembersih rejeki. Karena dalam setiap rejeki kita, terdapat rejeki bagi sesama kita di dalamnya, rejeki bagi mereka yang kurang mampu.

Bersedekah, yang penting bukan jumlahnya, namun istiqomahnya, sustainability-nya , keberlanjutannya, konsistensinya, frekuensinya. Jadi bersedekahlah setiap waktu, dengan hartamu, dengan senyummu, dengan bantuanmu dalam memudahkan urusan orang lain, dengan ilmumu, dan banyak hal lainnya, bahkan dengan sholatmu, dirimu sudah bersedekah kepada ratusan sendi yang ada pada tubuhmu. Subhanallah ....

RIDHO ALLAH

Sesungguhnya, dalam akidahnya, tidak akan terjadi sebuah teluh atau santet tanpa seijin Allah. Bagi saya, ridho Allah adalah segalanya. Bila dengan apa yang saya alami saat ini Allah ridho pada hidup saya dan mati saya, dunia saya dan akhirat saya, maka saya ridho. Bila dengan apa yang saya alami saat ini menghapuskan dosa-dosa saya yang terdahulu dan menghindari saya atas kesalahan yang mungkin saya lakukan kemudian, sehingga Allah ridho pada hidup saya dan mati saya, dunia saya dan akhirat saya, maka saya ridho.

Sesungguhnya, tidak ada yang lebih mewah dalam kehidupan dan kematian umat manusia selain ridho Allah SWT Sang Pencipta dan Pemilik Hidup seluruh makhluk. Maka sungguh saya merasa sangat malu bila saya harus berkeluh-kesah dengan apa yang saya alamai saat ini. Saya jauh lebih merasa takut bila Allah membenci saya dan menjauhkan saya dari karuniaNya.

Permohonan saya selalu sama, saya hanya ingin Allah meridhoi saya, pada hidup saya dan mati saya, dunia saya dan akhirat saya. Saya tahu permintaan saya itu adalah kemewahan luar biasa bagi saya yang sedikit ibadah dan amalannya dan yang miskin ilmunya. Namun bila saya tidak juga meminta keridhoan Allah, saya khawatir saya akan menjadi umat yang sombong karena tidak membutuhkan pertolongan Allah,  sehingga masuk ke dalam golongan orang-orang yang merugi, naudzubillahi mindalik. Padahal manusia itu adalah makhluk yang hina, yang hanya tercipta dari setetes mani. Semoga apa yang saya alami bisa menjadi pelajaran bagi teman-teman semua.

Saya bersyukur masih memiliki orang tua, bapak dan ibu, yang in shaa Allah selalu ridho dan mendoakan saya. Karena ridho Allah adalah ridho orang tua. Jadi, semoga Allah mengampuni saya dan senantiasa meridhoi saya, pada hidup saya dan mati saya, pada dunia saya dan akhirat saya, senantiasa menguatkan saya, senantiasa melindungi saya, senantiasa memberikan pertolongan kepada saya dan kita semua, aamiin ....
  

Wednesday 13 August 2014

BETULKAH MANUSIA BISA BERTAMBAH BODOH

Sudah lebih dari 5 (lima) tahun belakangan ini saya merasa menghadapi masalah yang sangat serius dengan kompetensi saya. Dari hari ke hari, waktu ke waktu, saya merasa semakin bertambah bodoh saja. Indikatornya sangat nyata, saya kini semakin tidak produktif dalam menulis (blogging), khususnya pada sejumlah akun blog yang saya miliki. Tidak hanya itu, saya pun merasa kehilangan daya kreativitas saya secara ekstrim. Akibatnya, saya tidak lagi sensitive terhadap hal-hal yang terjadi di sekitar saya dalam menemukan hal-hal yang menarik untuk saya telaah, saya kaji, saya kritisi, sesuai sudut pandang yang relevan dengan kompetensi saya, misalnya. Saya menduga, hal ini terjadi karena selama beberapa tahun belakangan ini, saya tidak memanfaatkan kemampuan intelektualitas saya secara teratur. Dengan kata lain, saya melakukan sebaliknya, secara teratur membiarkan otak saya mubazir tidak terpakai secara apa ya ... menantang daya pikir begitu. Atau yang lebih menyedihkan lagi, saya terkondisi seperti itu setiap hari dari 24 jam waktu yang saya miliki, 8 -10 jam ke kantor, 8 jam tidur, sisanya beberes rumah.

Padahal waktu saya sangat banyak (nganggurnya). Dulu, di awal 2008 saya begitu produktif menulis. Saya bisa loh, di hari libur sabtu atau minggu, duduk di dingklik plastic pink saya di meja ruang tamu, membuka laptop ditemani setumpuk buku, untuk menulis berbagai hal.

Di tahun berikutnya, saya mencicil membeli sebuah gadget yang dapat mendukung saya untuk blogging, dengan layarnya yang kurang dari 5 inch. Saya bisa loh, ngeblog dengan gadget kecil itu kapan saja, di mana saja, anytime saya punya ide, sampai-sampai orang kantor bingung melihat saya anteng ngetik di layar sentuh yang secumit itu kecilnya. Tahun berikutnya lagi, saya sampai menjual salah satu tabungan logam mulia saya untuk membeli gadget yang lebih besar, sekitar 7 inch dengan harapan dapat lebih nyaman dalam menulis di media sosial dengan gadget yang lebih ramah pakai dalam pandangan. Tapi kenyataannya, waktu-waktu berlalu kemudian dan hingga sekarang, hal seperti itu tidak pernah saya lakukan lagi !

Bingung sekali sesungguhnya dengan kemunduran yang saya alami ini. Saya berharap Allah tidak sedang mengambil semua kesenangan saya dalam menulis. Tapi saya sungguh tak mengerti apa pasalnya ?

Sebulan lalu ceritanya saya mendaftarkan diri untuk kuliah lagi. Dan ternyata saat saya mengikuti tes ujian tertulis, masya Allah ... otak saya lemot bukan main. Saat itu saya sempat bertanya dalam hati, serius nih, mo' kuliah lagi, otak lemot begini ? Mengerjakan soal ujian tertulis 4 (empat) mata kuliah saja sudah engap bukan main, sesek napas, saking capenya mikir.

KASUS GENIE
Dalam catatan saya terdahulu saya sempat menulis tentang kasus Genie, gadis 13 tahun yang tidak bisa bicara dan berperilaku seperti anak seusianya kebanyakan. Ternyata Genie sejak kecil selalu didudukan di kursi dan diikat tangan dan kakinya oleh ayahnya sendiri. Genie pun kekurangan makan, bila ia menangis, ayahnya akan memukulnya. Kakak laki-laki Genielah yang sembunyi-sembunyi dan diam-diam memberinya makan. Jadi genie tidak pernah mendengar orang bercakap-cakap. Akibatnya, ya itu, Genie menjadi anak yang seperti terbelakang, tidak bias bicara dan selalu meludah di mana saja.

Berangkat dari kasus Genie, ahli-ahli ilmu sosial berkali-kali mengungkapkan bahwa kurangnya komunikasi akan menghambat perkembangan kepribadian (Davis, 1940; Wasserman, 1924). Sementara antropolog terkenal, Asley Montagu (1967;450) dengan tegas menulis, "The most important agency through which the child learns to be human is communication, verbal also nonverbal." (Psikologi Komunikasi, Jalaludin Rakhmat, MSc, hal. 2)

Pastinya, saya bukanlah anak kecil yang mengalami hal yang sama seperti yang Genie alami. Entah relevan atau tidak, dari kasus Genie, setidaknya diketahui bahwa pada dasarnya otak manusia bila tidak dimanfaatkan sebagaimana seharusnya, ternyata berakibat pada kemampuan manusia secara utuh sebagai makhluk. Mungkin itu pula yang terjadi pada diri saya, selama bertahun-tahun otak saya tidak menerima umpan yang merangsang otak saya untuk berpikir kreatif. Akibatnya, saya mendapati diri saya sepertinya semakin bertambah bodoh. Saya merasa kompetensi saya saat ini tidak lebih baik dari sepuluh tahun lalu, kalau tidak mau dibilang justru mengalami kemunduran yang nyata.

Padahal, gadget tetap punya, padahal waktu banyak, padahal akses internet tidak pernah putus, jadi kenapa ? Saya berharap kondisi ini tidak semakin bertambah buruk. Semoga saya juga tidak sedang dalam kondisi demotivasi yang berada pada titik nadir, numb. Setidaknya saya tetap berusaha untuk aktif menulis sebisa saya, walau kadang saya menilai saya tidak lagi menyajikan analisa yang tajam dalam tulisan-tulisan saya sebagaimana terdahulu, setidaknya untuk ukuran amatir seperti saya. At least saya menyadari ada yang tidak beres dengan diri saya, dan saya berusaha memperbaikinya. Semoga tidak terlambat ya ... ?

Selalu teringat wise words yang pernah diucapkan mendiang guru Bahasa Inggris saya saat SMP yang sangat saya kagumi, Pak Louis, "It's never too late to learn", tidak ada pernah ada kata terlambat untuk yang namanya belajar ....

Bissmillahirrahmanirrahim, man jada wa jadda, laa tahzan .... !

Saturday 26 July 2014

CERITA TUKANG PIJET

Mudik ke tegal, kebiasaan saya adalah pijetan. Singkat cerita, ibunda manggil tukang pijet dah, lalu pijetan pukul 10:00 pagi. Semula, saya kurang berminat pijetan. Pasalnya, saat saya perhatikan, si ibu tukang pijat ini memijat hanya dengan tangan satu, sementara tangan yang lain diam saja. Saya pikir apa enaknya ? Tapi akhirnya saya putuskan pijetan juga, sambil nunggu dhuhur, karena saya dan ibu berniat pergi selepas dhuhur.

Nah, saat pijetan ini ada kejadian unik. Saat pijetan sudah kelar, saya minta dipijat di telapak kaki. Saya paling demen dipijet di telapak kaki. Nikmat banget ! Hahahaha ... Tiba-tiba, si ibu tukang pijet memulai pembicaraan.

Ibu pijet : "Mba, di kantor ada temannya yang perempuan iri sekali sama mba. Orangnya badannya agak pendek-pendek gitu. Hati-hati mba, dia mulutnya berbahaya."
Saya      :  "Oya ?" reaksi saya spontan, kaget aja, tiba-tiba beliau cerita begitu ....

Berikutnya, si tukang pijet cerita lagi.

Ibu pijet : "Boss mba itu, yang kaya orang china, matanya sipit-sipit itu, sebenarnya ga' jahat (-jahat amat), cuma suka dengar apa kata orang. Atasan mba yang dua orang itu, yang satu agak gemuk, yang satu agak kurus, kalau kerjaan mba beres, suka iri. Yang agak kurus sukanya memutarbalikkan fakta. Hati-hati sama mereka."
Saya :  "Oya ?" saya cuma bisa bereaksi sama, bengong ....

Saya cuma bilang, atasan-atasan saya ga gemuk, perawakannya biasa. Si ibu tukang pijet pun menjawab, "Iya, maksudnya, yang satu perutnya agak buncit, yang satu gak ..." Lagi-lagi, saya cuma bisa bereaksi, "Ooooh ..."

Si ibu pijet bercerita lagi ...
Ibu pijet : "Atasan yang kurus, benggelnya 2 (dua)."
Saya      : "Maksudnya ?"  (bingung)
Ibu pijet : "Ajiannya dua mba, dari tasikmalaya ..."

Wallahualam bisawam ....

Bagi saya, nice to know saja. Sebab dalam Islam, tidak dibenarkan mempercayai hal-hal demikian karena yang demikian itu biasanya mengunakan perantara jin. Tapi umat wajib percaya, bahwa selain kehidupan manusia, ada alam lain, kehidupan para jin itu ....

Dulu, beberapa tahun yang lalu, mungkin sepuluh tahun yang lalu saat seorang tamu berkunjung ke kantor saya, tiba-tiba beliau berkomentar tentang sesuatu yang sangat mengejutkan. Katanya, "Wah, memasuki kantor ini sejak di halaman saja, di atas gedung seperti perang bintang. Ajian yang satu dengan ajian yang lain saling bersliweran di langit perkantoran ini." Hahahaha ... sakti ya ? Betapa di jaman dan peradaban modern sekarang ini, praktek klenik perdukunan tetap begitu kuat di dunia kerja. Tapi sekali lagi, wallahualam bisawam. Sebagai umat yang bertakwa, maka sebaiknya kita banyak istighfar dan mohon perlindungan Allah SWT agar diberi kekuatan, keselamatan dan keridhoan di dunia dan akherat. Selebihnya, mending ga usah ikut-ikutan ....

Thursday 3 July 2014

PESTA DEMOKRASI INDONESIA


Sugih tanpa bandha,
Digdaya tanpa aji,
Nglurug tanpa bala,
Menang tanpa ngasorake ..... 

Maknanya,

Jadilah kaya tanpa harta (tapi hati yang bersih & lurus),
Milikilah kesaktian tanpa ilmu/benda pusaka (melainkan dengan bekal ilmu agama & pengetahuan),
Berjuanglah tanpa bala pasukan (tapi dengan kebenaran),
Yakinlah menang tanpa merendahkan (tapi karena amanah & kepercayaan)

Karena,

Hanya Allah sajalah yang mampu membolak-balikkan hati manusia,
dan Allah memilih siapa-siapa saja yang dikehendakiNya untuk memdapatkan hidayahNya,
Semoga kita tidak tergolong ke dalam golongan orang-orang yang merugi,
Aamiin, Allahuma Aamiin ....


Jadi,

Yakinilah pilihanmu karena kebaikannya, tak perlu mengolok-olok & menjelekan 'musuh'mu,
Bila dalam keseharian saja, orang terdekat, suami, istri, saudara, sahabat, bisa kita permalukan di media sosial seperti ini, apalagi capres yang bukan siapa-siapa kita ....


Malulah,

Sebagai seorang yang dewasa, berakal, berilmu lagi beragama,
Jagalah hati, bertuturlah, bersikaplah dengan santun,
Setiap dari diri kita tidaklah sempurna,
Begitu banyak aib & dosa,
Tapi setidaknya,
berniatlah, berubahlah,
menjadi lebih baik ....


Malulah ....

Allah saja yang menciptakan manusia,
yang sudah dikhianati dengan musryik tidak membenci,

Allah saja yang memuliakan manusia,
yang sudah dilupakan dengan shalat yang alpa, mengampuni,

Lalu kita ini siapa ... ?
Merasa berhak memperlakukan sesama manusia,
makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna di antara ciptaan Allah lainnya,
dengan cara-cara yang hina ?
Padahal Allah memuliakan manusia semua ....

Malulah,
Berhentilah menghujat,
Berhentilah mengolok-olok,
Jadilah dewasa .....

Setiap perilaku kelompok umat adalah cerminan para pemimpinnya,
Maka bila kita sebagai rakyat mengolok-olokan para pemimpin kita,
Maka ketahuilah, sesungguhnya seburuk itulah diri kita,
Tidakkah kita berfikir seburuk apakah diri kita selama ini ?
Astaghfirullahaladzim ....


Demi Allah, saat ini adalah Ramadhan,
Subhanallah, saat ini adalah bulan seribu bulan,
Saat berkah dan ampunan melimpah,
Hargailah,
Nikmatilah berkah di setiap detiknya ....

Allah menetapkan ini untuk kebaikan umat manusia,
Nikmatilah,
Rebutlah,
Jangan disia-siakan ....

Tunaikan amanah kita sebagai umat secara kafah,
Semoga Allah meridhoi kita semua, di dunia & akhirat,
Aamiin, aamiin, aamiin, yaa Rabbal alamin ....



Monday 30 June 2014

YOU ARE WHO YOU DEAL WITH


You are what you eat,
You are what you read ....

But actually ...

You are who you deal with,
You are where you work at,
You are who you live with ....

Think abut this. You spend 8 hours for sleep on bed, 8 hours for work, 8 hours for travel from home for work return, every single day ! You, most of whom, even working longer (over time) than sleep. It means, you are where you work at ....

If you are frustrated with your job, then here you are ...
While you are so upset with your spouse, then here you are ...
So, your life is only two, your family and your work ....

Just be wise,
Everybody get anger,
Everybody get upset,
Everybody get disappointed,
Everybody get crazy,
it is so human being
it is so natural ....

But please ...
Angry wisely ....

Don't spiting out,
Don't swearing,
Don't slapping ...

If you don't like something, talk ....
If are bothered about something,
Just talk, calmly ...
Talk constructively so that you will find solution

But don't embarrassing somebody on your wall,
that 'that somebody' has never being your friend on your social network,
it is not fair, it is childish, it is boyish ....

And don't blaming somebody on your wall,
that 'that somebody' has never had a chance to clarify anything,
it is not manly ....

Even if you are not able to talk to somebody,
Talk to Allah ....

Yes, you rite
As a human being you still need a human,
that you are able to talk to ...

but as a human being too
who believe in Allah
you know how to deal with all those suffer ...

Suffer will not kill you ... 
as long as you believe in Allah
Suffer will enhance you,
suffer will lift you up,
in front of Allah's arsy

It would be good, however ...
If you do realize that situation is so unfriend,
unexpected,
Even if you do feel bleeding and wound ....
But on the contrary, you do understand that you will never doing a crazy thing ....

Because ...
There are so many reasons for you for grateful anything you have so far ...
And when you realize that there is no more that you are able to talk to ...
Allah always the right thing to be come ....

Allah never left you,
Allah never slapping you,
Allah never spitting you out ...

And you've just taken all lillahita'alla,
without passion, aim to strike it back,
by doing uneducated things as everybody has done to you ....

Just believe in Allah,
believe in Allah's kitab
that your life, starting till' the end,
has already being written,
before we're born ....

Subhanallah ....



Wednesday 18 June 2014

JATUH MEREK LANTARAN MEDIA SOSIAL


Kalau sudah urusan dengan media sosial, segala sesuatu jadi tampak 'menarik' dan tak biasa. Seseorang bahkan bisa jadi sosok yang jauh beda dari kenyataan keseharian yang biasa dijumpai. Tapi kalau sudah urusan dengan politik, maka segala sesuatu bukan saja jadi berubah, tapi juga tidak sebagaimana mestinya. Politik + media sosial, hasilnya semakin ga' karu-karuan. Mungkin, banyak di antara kita hanya bisa merasakan asiknya berkomunikasi melalui media sosial. Padahal di sisi yang lain, media sosial memiliki banyak aspek, yang bisa jadi di satu sisi adalah keunggulan, kekuatan, kehebatan, tapi di saat yang bersamaan bisa jadi kekurangan atau kelemahan. Namun sayangnya, banyak di antara kita pula enggan memahami itu, atau dengan sadar menafikan, mengabaikan bahwa sesungguhnya potensi negative dari media sosial itu ada ....

Sosial media, yang sangat mudah dalam penggunaannya, luas jangkauan wilayahnya, bahkan kini nyaris tak ada lagi batasan ruang, serta cepat dalam penyampaian pesannya (tak ada pula batasan waktu), tentu menjadi salah satu media favorit yang dipilih hampir oleh semua penggiat di berbagai bidang pekerjaan. Media sosial digunakan oleh politisi, pelaku ekonomi, industri hiburan, dunia pendidikan, syiar agama, sosialisasi regulasi, pendidikan kesehatan, dsb. Bahkan media massa, pun seiring berkembangnya teknologi informasi & komunikasi, terpaksa, dituntut, juga mengkonvergensikan dirinya dengan menggunakan pula beragam media sosial.


FENOMENA PELAKU MEDIA SOSIAL

Tapi tengoklah bagaimana para penggiat itu semua dalam menggunakan media sosial. Seorang ilmuwan sejati yang selama ini selalu kritis dalam memandang fenomena-fenomena empiris, tiba-tiba kehilangan obyektivitasnya setelah bersinggungan dengan dunia politik. Sosoknya mendadak berubah hingga merontokan kharismanya sebagai seorang ilmuwan manakala sudah berkicau di media sosial membela nilai-nilai politik yang diyakininya.

Seorang akademisi yang lain, tampak begitu sangat temperamental kharakternya di media social saat mengkritik rezim yang berkuasa. Bicaranya begitu kasar, tidak lagi mencerminkan sosoknya sebagai seorang akademisi, sebagai seorang guru, yang tingkah polah, ucapan, sikap dan perilakunya digugu (diperhatikan) dan ditiru oleh anak didiknya, yang ratusan, bahkan ribuan menjadi follower (pengikut) akunnya di media sosial dan membaca seluruh sumpah serapahnya.


Sementara seorang yang lain yang tengah berjihad dengan syiarnya, masya Allah ... sibuk mencaci maki kelompok penganut keyakinan lain. Bahkan begitu yakin akan tingginya ilmu agama yang dikuasainya sehingga tanpa perasaan merendahkan orang lain sebagai orang yang tak berilmu. Astaghfirullahaladzim. Atau, pernahkah anda bayangkan, seorang pendidik, dewasa, atas nama syiar mendoakan seorang perempuan agar digagahi oleh seorang maniak yang tengah dirasuki syetan. Innalillahi wainailaihi rojiun ....

Yakinlah, bahwa segala hal di dunia ini diciptakan dengan dimensi keduanya. Manusia, ada laki-laki, ada perempuan, ada pagi ada malam, ada terang ada gelap, ada tajam ada tumpul, dan seterusnya. Begitupun dengan media sosial, ada kekuatan dan ada pula kelemahannya.

Bahwa setiap diri kita berhak menentukan apapun yang menjadi pilihan kita dalam hidup, baik itu berpolitik, keyakinan dalam beribadah, tokoh pemimpin, namun, mari sampaikanlah dengan cara-cara yang baik, yang santun, yang bermartabat. Apapun agamanya, semua mengajarkan hal yang sama tentang kebaikan bukan ? Dan ukuran kebaikan masih tetaplah sama di belahan dunia manapun. Artinya, semua manusia di belahan bumi manapun akan tidak suka bila direndahkan, baik secara face to face, apalagi secara just in time melalui media sosial yang langsung dapat dibaca oleh orang banyak di seluruh penjuru bumi, dalam waktu yang bersamaan ....


TIPS MENGGUNAKAN MEDIA SOSIAL

  1. Berkicaulah dengan sopan. Bila memang berseberangan ide dengan orang lain, hormatilah perbedaan. Bila orang lain tak sepaham dengan anda, bukan lantas anda menjadi berdosa setelah anda mengingatkannya secara patut;
  2. Jangan merendahkan dan atau mempermalukan orang lain, sekalipun anda memang jauh lebih mengerti dan benar, apalagi bila anda lakukan itu di laman orang lain ! Hal yang semacam itu sangatlah tidak sopan dan tidak intelek. Contoh : hindari mengkoreksi kemampuan bahasa asing orang lain, hukum agama, teori2, dst. kecuali anda memang ditanya atau dimintai komentar;
  3. Bila anda memang sudah tidak berkenan berteman dengan seseorang di media sosial, anda wajib tetap menjaga sopan santun, layaknya pertemanan tatap muka. Ingat, berinteraksi melalui media sosial walaupun tidak tatap muka bukan berarti tidak ada etika. Justru, ketidaknyamanan yang ditimbulkan dalam media sosial bisa jadi terasa lebih sensitive karena faktor tidak saling tatap muka itu. Mengapa, karena masing-masing tidak dapat melakukan konfirmasi melalui reaksi yang ditunjukkan oleh gesture atau bahasa tubuh (body language) atas pesan yang disampaikan. Melalui bahasa tubuh, biasanya awam pun dapat langsung mengenali respon lawan bicara apakah berkenan atau tidak dengan ucapannya sebelumnya, misalnya wajah memerah, posisi duduk berubah, intonasi berubah, dst.;
  4. Bila anda suka berbagi atau menyebarkan hal-hal yang menjadi keyakinan anda kepada orang lain, maka lakukanlah secara persuasive. Usahakan sampaikan pesan tidak dengan menggurui. Bila anda menyukai dengan perbandingan, maka lakukan perbandingan secara obyektif dengan landasan yang relevan, namun tetap sampaikan dengan santun, bukan menghardik atau mencela. Jangan pula memaksa dengan kicauan yang mengintimidasi pihak lain. Jadilah dewasa, cukup akhiri persuasi anda dengan pertanyaan retorik atau pertanyaan kepada pembaca yang membuat pembaca berpikir tanpa merasa dipersalahkan, disudutkan atau dibodoh-bodohkan;
  5. Hindari pula berdebat di media sosial. Ingat, namanya juga media sosial, maka di antara pihak-pihak pengguna media sosial memiliki keterbatasan untuk dapat saling bertatap muka. Maka penjelasan perdebatan melalui tulisan tidak sama efektifnya dengan bicara secara tatap muka. Sebaliknya, perdebatan pada media sosial rentan dengan kesalahpamahan akibat keterbatasan yang ada. 

Media sosial, walaupun memiliki banyak keajaiban yang mampu menjadikan setiap pemilik akun seolah-olah adalah orang penting, bagaimanapun memiliki kelemahan, utamanya adalah kharakternya yang tidak face to face. Artinya, apa yang ditampilkan di media sosial potensi atas hal yang bukan sebenarnya. Karenanya, waspadalah dalam berkomunikasi melalui media social agar terhindar dari penipuan, penyalahgunaan (diperdaya, diperalat) atau difitnah oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Sekali lagi, be wise ! Bijaksanalah ! Manusia bukan dewa apalagi Tuhan. Maka mengkritiklah secara manusiawi, bersyiarlah secara patut. Teknologi diciptakan untuk membantu manusia, bukan menjadikan manusia terpedaya karena teknologi. Jangan pula anda sampai jatuh merek lantaran salah cara dalam berinteraksi menggunakan media sosial. Sayang kan ? Semoga catatan pendek ini bermanfaat ya ... ?!?!?!  :)




Sunday 1 June 2014

BISSMILLAHI ALLAHU AKBAR



SEKARANG ATAU NANTI

Ibadah adalah masalah personal. Namun yang menarik dalam Islam, apresiasi Sang Khalik atas ibadah manusia akan jauh lebih besar nilainya bilamana itu dilakukan bersama atau melalui kebersamaan dengan orang banyak ketimbang secara individual atau personal. Itulah sebabnya, sholat berjamaah jauh lebih banyak pahalanya ketimbang sholat sendirian.

Alkisah, saya pun ingin sekali pergi mengunjungi baitullah tidak sendirian. Saya ingin pergi bersama suami. Namun apa hendak dikata, keinginan tersebut walau telah disampaikan secara halus atau sindiran, rupanya belum berbalas sambutan seperti yang diharapkan. Berkali-kali disampaikan, responnya tetap sama. Mungkin beliau ada hal yang jauh lebih penting, mengurus ibunda dan adik-adiknya sepeninggal sang ayahanda. Praktis beliau menjadi kepala keluarga pengganti ayahandanya.

Sementara, keinginan hati ini sudah demikian besar. Mendaftar haji plus saja sekarang mengantri 5 (lima) tahun, sementara haji regular mengantri lebih dari sepuluh tahun. Bila umur ini tak cukup, maka saya tak ingin menjadi orang-orang yang merugi. Maka saat rejeki itu datang, serta merta saya pun mendaftarkan diri, walau hanya haji kecil, berselang sekitar sebulan dari jadwal keberangkatan ....


PERSIAPAN LILLAHITA ALA

Adalah seorang sahabat, yang tepatnya sudah menjadi saudara dan adik bagi saya, Andini Lita, maka saya pun mendaftar dengan pertolongan dia. Tanpa selembar kuitansi pun, saya mengikuti semua informasinya. Memperbarui paspor, mentransfer biaya umroh, imunisasi meningitis dan flu, manasik, hingga jadwal berangkat dan berkumpul di airport. Orang Tegal bilang, saya pasrah bongkokan.

Packing baru saya lakukan dua malam berturut-turut menjelang keberangkatan. Maklum, saya masih bekerja seperti biasa pada hari - H keberangkatan. Uang real, baru saya tukar di jumat terakhir saya ngantor, itu pun lagi-lagi saya tanya Lita, ibunya, yang juga berangkat 2 (dua) hari sebelum saya, dibekali uang berapa ? Maksud saya, agar saya bisa mengkira-kira berapa uang yang perlu saya bawa.


IJIN SUAMI

Saya dijadwalkan berangkat umroh Selasa, 20 - 29 Mei 2014. Namun, saya baru bisa minta ijin suami hari Sabtu malam sebelumnya, itu pun melalui sms. Imbas kehidupan di metropolitan, kehidupan sudah seperti robot. Setiap hari senin - jumat, bangun subuh sudah sibuk dengan keperluan masing-masing. Pulang kantor lepas, maghrib suami sudah sibuk dengan lap topnya di lantai atas hingga jam 24:00 wib, sementara saya jam 20:30 wib biasanya sudah teller, tertidur. Sementara setiap jumat malam suami pulang kantor langsung capcus ke Bogor kuliah dan baru pulang sabtu malam. Praktis, ga ada waktu yang pas untuk bicarakan hal ini secara serius. Apalagi sejak awal terlihat tidak merespon, saya perlu situasi yang benar-benar pas untuk itu. Alhasil, sms - lah yang paling pas, yang saya kirim saat beliau tengah berada di Karawang, hahahaha ....

Senin malam saat berangkat tidur, beliau bertanya, "Besok kamu sama ibu berangkat ke airport gimana ?" (karena esok pagi saya masih ngantor seperti biasa, sementara ibu masih di rumah).Saat saya jawab saya berangkat sendirian, beliau terbengong. "Kamu sure mau berangkat sendirian ? Kenapa kamu ga berangkat sama ibu ?" tanyanya keheranan. Wuakakakak ... sekali lagi nih, korban kehidupan ibukota, komunikasi ga' komplit. Setelah dijelaskan duduk perkaranya, akhirnya beliau mengerti dan ikhlas ridho melepas kepergian saya untuk melaksanakan ibadah umroh esok pagi ....


Sementara semua catatan hutang saya (KPR), surat-surat, dokumen, password semua (bank, internet, dll.), saya wasiatkan pada adik saya satu-satunya, detya. Dokumen di mana, hutang di mana, mencairkan di mana, KPR di mana, ada sekitar sepuluh catatan saya email ke detya secara detil di Selasa pagi 20 Mei 2014 itu. Yang terpenting, bila saya tidak kembali dan detya menemukan aib-aib saya, tolong tutupi dengan baik. Sementara pada suami, saya cuma bilang, bila saya berhalangan tetap, maka insya Allah ada orang yang akan mengurus hal-hal yang akan saya wasiatkan sepenuhnya untuk beliau.


BISSMILLAHIRRAHMANIRRAHIM, BERANGKAT

Selasa sore, menjelang ashar, 20 Mei 2014 saya pun tiba di bandara, sementara sejak pagi yang namanya kepala pusing bukan main. Gimana tidak, 2 (dua) malam berturut-turut saya kurang tidur karena packing yang ga kelar-kelar. Gimana mau kelar, lawong seharian sudah kerja, tiba di rumah urusannya juga banyak, jadi packing sebentar, ngantuk, ya tak tinggal tidung saja, itu pun sudah lewat tengah malam. Alhasil di hari - H saya pusing kepala bukan main. Sepanjang hari yang saya lakukan adalah istighfar dalam hati, berharap pusing kepala ini reda dan menghilang. Saya tak ceritakan hal ini sama ibu, tak mau beliau khawatir. Padahal asli, badan sudah doyong, pusing hingga badan pun panas dan ditambah pula cuaca Jakarta seharian itu sangat panas.

Begitu pesawat lepas landas, menjelang maghrib, saya terus istighfar dan bersiap tidur, membayar kekurangan waktu tidur 2 (dua) malam sebelumnya. Usai meng-qodho shalat, saya pun tidung pulas. Tiba waktu makan, ngantuk-ngantuk, saya paksakan melahap semua menu pemberian pramugari yang rasanya ... arab banget ! Hehehe ... Ndableg, saya makan saja sambil minta teh tawar panas, minum vitamin 4 tablet lifepak, 2 kapsul gel marine omega, 2 kapsul teegreen, dan 1 kapsul R2 night. Kelar makan, lanjut tidung !

Tengah malam, pramugari nyodori lagi makanan sepotong sandwich besar. Dengan mata berat, saya paksakan lanjut makan lagi, karena tak mau sakit, sementara pusing kepala mulai berangsur hilang. Tapi kalau terlalu lama melek, mulai berasa pusing lagi. Maka kelar menghabiskan sandwich, tanpa ba, bi, bu, saya tidung lagi !

Sekitar pukul 00:00 dini hari, kami transit di Abudhabi, menunggu penerbangan berikutnya pukul 02:05 waktu setempat. Masih tersisa pusingnya, saya usahakan tidur sebisa mungkin walau di kursi besi yang agak susah sih buat tidung. Tapi, Alhamdulillah !


SUBHANALLAH MEDINAH !!!

Setiap kali tersadar, mulut ini saya usahakan tidak berhenti istighfar. Banyak orang wanti-wanti untuk banyak istighfar dan sabar selama menjalankan ibadah di Tanah suci. Bagi saya, terlepas apa kata orang, kalau sudah urusan dengan Sang Khalik, saya ga punya option apa-apa kecuali berserah, lillahita ala, dan tentu saja terus istighfar ....

Dan ... subhanallah ... !!! Saya tiba juga di Medinah pas saat adzan subuh berkumandang di Masjid Nabawi, Medinah Al Munawarah, yang hanya beberapa puluh meter saja dari tempat saya berdiri, turun dari bus. Alhamdulillah ... !!! Rasanya apa ya ... ? Senang luar biasa, takjub, bingung dengan keajaiban ini, bahwa saya sampai juga di Medinah. Saya lupa dengan pusing kepala yang luar biasa mengganggu sejak berangkat dari Tanah air. Alhamdulillah, penginapan saya pun hanya berjarak sekitar 50 meter saja dari Masjid Nabawi yang terlihat sangat indah saat subuh itu ...


INDAHNYA MASJID NABAWI

Setelah bebersih mandi, sarapan, istirahat sebentar, saya dan 3 (tiga) orang teman sekamar yang (ketiganya masing-masing beda usia 15 tahun dengan saya, tua banget ya saya dibanding mereka ? Hahahaha ... ), bergegas menuju Masjid Nabawi. Beruntung, antrian bermunajat di Raudhoh baru saja dimulai pukul 07:00 waktu setempat.

Sholat di Raudhoh, bagian dalam Masjid Nabawi di mana bersemayam makam Rasullullah, Nabi Muhammad SAW, adalah sebuah kesempatan emas yang sangat diidam-idamkan oleh semua umat muslim yang berkunjung ke Masjid Nabawi. Namun khususon bagi jamaah perempuan, kesempatan bermunajat di Raudhoh sangat terbatas. Mengapa ? Karena untuk mencapai area Raudhoh, Jemaah perempuan harus melewati area ibadah jaamah laki-laki. Jadi, kesempatan bermunajat bagi jamaah perempuan di Raudhoh yang waktunya cukup lapang adalah dilakukan pada ba'da subuh dan ba'da isya.

Maka kami berempat yang culun-culun ini pun mengantri di rombongan "Bahasa/Melayu" demikian tulisan yang terpampang di papan yang dibawa oleh laskar perempuan Masjid Nabawi. Maksudnya, itu adalah kami, para jamaah dari Indonesia.

Di sela-sela waktu antrian itu, kami menuntaskan sholat tahyatul Masjid dan sholat dhuha. Tak lama, kami mulai berpindah tempat, mengikuti instruksi sang laskar pemandu kami, beringsut mendekati area Raudhoh, sedikit demi sedikit. Setiap berpindah, kami kemudiah disuruh duduk dan menunggu. Setelah berpindah tempat dan menunggu giliran sekitar 2 (dua) jam, akhirnya tibalah giliran kami, jamaah Indonesia memasuki area Raudhoh. Subhanallah ... !!!

Alhamdulillah saya pun berhasil merampungkan 2 x 2 rokaat sholat shunnah di shaf paling depan area raudhoh yang berkarpet hijau. Tak ada jamaah yang tak berlinangan air mata memasuki area Raudhoh ini. Mungkin semua terbayang akan dosa bercampur bahagia berkesempatan mengunjungi makam Rasulullah tercinta ....

Raudhoh berarti taman dan berdoa di raudhoh nilai keafdhal-annya sangat tinggi. Rasullullah pernah bersabda, "Antara rumahku dan mimbarku adalah raudhoh (taman) di antara taman-taman surga." Di sanalah Nabi Muhammad SAW membacakan wahyu yang diterimanya dan mengajarkan tentang Islam kepada sahabat-sahabatnya. Assalamualaika Yaa Rasullallah ! Assalamualaika Yaa Nabiyallah ! Assalamualaika Yaa Shafwatallah !!! Assalamualaika Yaa Habiballah !

Assalamualaikum adalah berjarak, sementara Assalamualaika adalah sapaan tak berjarak, artinya beliau yang kita sapa berhadapan langsung dengan kita. Maka setiap kali mengucapkan salam bagi beliau Baginda Rassul, leher pun terasa tercekat. Subhanallah ... ternyata dalam lubuk hati ini, betapa pun hina diri kita ini, qolbu ini tidak dapat berdusta, bahwa kerinduan hati kepada Beliau begitu besar ... Masya Allah. Mengingat betapa cintanya Beliau kepada umatnya, sementara kita seringkali lalai bersholawat baginya ....


TAHAJUD TERAKHIR

Sholat di Masjid Nabawi yang indah sungguh nikmat. Suasananya begitu syahdu dan tenang. Masjidnya begitu luas dan sangat indah. Kubahnya dapat membuka dan menutup sesuai dengan cuaca saat itu. Kadang sejumlah burung beterbangan di dalam langit-langit Masjid dan sesekali mendarat di dalam masjid.

Sabtu dini hari, 24 Mei 2014, sejak pukul 03:00 waktu medinah saya sudah menggelar sajadah di Masjid Nabawi. merampungkan sholat tahyatul Masjid dan melanjutkan shalat tahajud. Saya bermunajat, terus bermunajat di setiap sujud agar dapat berkesempatan lagi melaksanakan sholat di Masjid Nabawi dan berziarah di makam Rasulullah. Hingga saat ruku yang kesekian, adzan subuh berkumandang, air mata saya bercucuran ....

Subhanallah ... hati saya hancur luar biasa, menyadari ini adalah ruku terakhir tahajud saya di Masjid Nabawi. Sedih bukan main rasanya, menyadari belum tentu saya berkesempatan hadir lagi di tempat yang sangat indah ini, melaksanakan shalat berdampingan dengan saksi bisu, mihrab Nabi Muhammad SAW tercinta. Sesenggukan saya merampungkan tahajud dan shubuh seraya berharap Allah SWT meridhoi saya untuk kembali berkunjung bersama seluruh keluarga tercinta ...


6 JAM MENUJU MEKAH

Selepas sholat dhuhur dan makan siang, tepat pukul 14:00 waktu Medinah kami meninggalkan Medinah Al Munawarah menuju Mekkah Al Mukarammah yang biasanya memakan waktu sekitar 6 (enam) hingga 7 (tujuh) jam. Perjalananan darat pun ditempuh menumpang bus.

Ini dia. Seumur-umur sejak lahir, saya adalah si pemabok perjalanan darat. Perjalanan Tegal - Cirebon yang hanya 72 km saja alias 1,5 jam paling lama, saya mabok muntah-muntah. Perjalanan Jakarta - Bandung tengah malam pun saya mabok 2 - 3 kali hingga memuntahkan seluruh isi perut saya. Itu naik kendaraan pribadi. Apalagi naik kendaraan umum, saya ga' pernah naik angkot karena tukang mabok itu. Kalaupun naik bus umum juga terpaksa. Moda transportasi sahabat adalah kereta api. Bila jalur darat, menyupir sendiri adalah yang terbaik.

Perjalanan ke Mekkah ini pun, saya kebagian duduk di 3 - 4 baris dari belakang. Saya pasrah. Sesaat sebelum berangkat saya kirim pesan singkat sama suami minta didoakan supaya lancar selama perjalananan dan tidak mabok. Subhanallah ! Saya tidak mabok hingga tiba di Mekkah Al Mukarammah bada' isya ! Alhamdulillah ... !!!


BISSMILLAHI ALLAHU AKBAR !!!


Setelah makan malam dan memasukan barang bawaan ke kamar, saya dan rombongan bersiap melaksanakan umroh. Saya sangat bersyukur, para ustadz dan ustadzah yang mendampingi rombongan sungguh orang-orang yang berdedikasi tinggi, bertanggung jawab kepada seluruh rombongan dan berilmu tinggi. Subhanallah, pahala mereka sungguh amat besar.

Kami memulai umroh dengan shalat isya berjamaah. Rombongan melaksanakan umroh dalam sebuah kelompok yang kuat dan kompak. Kaum pria yang berabadan besar memimpin di depan dalam ikatan rantai manusia yang kuat. Sementara yang lainnya membuat pagar betis mengelilingi jamaah perempuan di tengah-tengah. Ustadz Lutfi melafazkan setiap doa thawaf, sejak putaran pertama hingga putaran terkahir dengan lantang ! Jamaah mengikuti dengan kompak dan tak kalah lantang ! Subhanallah, merinding dan bercucuran air mata kami semua. Bissmillahi Allahu Akbar ... !!!

Setelah melaksanakan thawaf, kami melaksanakan sholat sunnah dilanjutkan dengan sai (berlari-lari kecil) dari safa ke marwah, sebanyak 7 (tujuh) kali. Di sinilah dulu Siti Hajjar, istri Nabi Ibrahim ditinggalkan seorang diri di Tanah yang tandus dan gersang bersama bayi mungilnya, Ismail. Saat persediaan perbekalan telah habis, Siti Hajjar berlari dari safa ke marwah untuk mencari air. Beliau berlari sebanyak 7 (tujuh) kali, dan terhenti kala kaki kecil Ismail menghentak ke bumi hingga dengan seizin Allah SWT, bumi pun mengeluarkan mata air, air zam - zam yang terus mengalir hingga saat ini. Subhanallah ....

Saat ini, jamaah melaksanakan sai tidak lagi kepanasan sebagaimana yang dirasakan Siti Hajjar dahulu. Lorong panjang antara safa dan marwah walaupun mendaki pada kedua ujungnya namun dilengkai dengan pendingin udara dan ribuan kipas angin yang tersebar di banyak titik. Bagi yang berkebutuhan khusus pun disediakan jalur tersendiri untuk kursi roda. Sementara air zam - zam tersedia beberapa titik di sepanjang lorong safa dan marwah. Alhamdulillah ....

Ibadah umroh berakhir dengan tuntasnya sai ditandai dengan bercukur tepat menjelang pukul 02:00 dini hari waktu Mekkah.


TAK ADA YANG KEBETULAN

Saya bukan pribadi spesial apalagi ahli ibadah yang mungkin mengalami banyak situasi-situasi yang luar biasa selama dalam melaksanakan ibadah umroh mengunjungi Baitullah dan Masjid Nabawi. Saya hanya punya kepasrahan hati dan pikiran bagai gelas kosong yang tak mengerti apa-apa dengan hasrat yang begitu besar selama menjalani ibadah umroh ini. Saya banyak beristighfar dan terus beristighfar mohon diberi keridhoan Allah SWT agar saya senantiasa lurus dalam niat.

Namun tak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Allah SWT sudah menentukan kitab dari kita masing-masing jauh sebelum kita dilahirkan. Pun saat saya memutuskan mendaftarkan diri untuk pulang kampung, menuju Baitullah, rumah Allah pemilik diri saya yang telah memberikan saya hidup dan kepadaNyalah saya akan berpulang.

Bukan pula sebuah kebetulan di dalam ketidaktahuan saya, bila saya ternyata berkesempatan berumroh di bulan Rajab. Bulan di mana Nabi Muhammad SAW melaksanakan umroh hingga 4 (empat) kali, sekali wajib, 3 (tiga) kali sunnah. Subhanallah !

Lagi-lagi bukan pula sebuah kebetulan, bila jadwal keberangkatan umroh saya tidak berbarengan dengan jadwal haid saya yang tidak pernah teratur ! Saat saya mendaftar umroh pun, saya tidak terpikir untuk menghitung atau mengkira-kira kapan waktunya yang pas sehingga saya terhindar dari jadwal haid. Subhanallah ... !!! Bagi saya, kemudahan-kemudahan ini adalah hal-hal tidak biasa yang sangat saya syukuri ....

Mungkin pula karena rasa rindu saya dengan almarhum Eyang Uti (putri) yang melewati hari-hari terakhirnya bersama keluarga kami di Tegal, bahkan berpulang pun di rumah orang tua saya di Tegal, jadi selama di tanah suci, saya sering sekali berdampingan dengan simbah-simbah. Bahkan sejak berangkat hingga kembali saya selalu duduk berdampingan dengan simbah-simbah di pesawat. Dan setiap makan beliau tidak habis, dipindahkan ke piring saya. Saat mampir di pasar Jeddah sebelum kembali ke Tanah Air, tangan saya digandeng  simbah-simbah. Katanya, "Jangan ditinggal ya, jangan ke mana-mana ... !" pintanya saat beliau menuju kamar kecil. Masya Allah, ternyata saya berumroh di saat tanggal wafatnya Eyang Uti, 23 Mei 2013. Pantas saja, saya selalu terbayang-bayang eyang uti selama di sana ....

Yang tak kalah lucu, saat saya mengambil miqot di Bir Ali, berniat umroh wajib, sebelum memasuki Mekkah Al Mukarammah, tiba-tiba ada yang berlari membuntuti saya sambil memanggil-manggil, "Mbak ! Mbak Iwing (nama kecil saya) !" Setelah saya menoleh, ternyata Edi, adik kawan saya, sekaligus tetangga, yang sudah seperti adik saya sendiri pun, tengah mengambil miqot di tempat yang sama. Edi berumroh bersama adik perempuannya, Geti yang umroh sendirian. Maka Edi menjadi mahramnya. Subhanallah ! Di Tanah suci bertemu tetangga, yang sudah saya anggap keluarga dan adik sendiri ! Masya Allah senangnya. Jadilah hari-hari saya di Mekkah pun banyak diwarnai bersama-sama mereka berdua.


RINDU KEMBALI

Hingga kembali ke rumah, bahkan istirahat di atas tempat tidur, air mata ini selalu menetes mengingat-ingat keindahan dan nikmatnya beribadah di Tanah suci. 

Keindahan Masjid Nabawi dan Ketakziman Kabbah selalu saja terbayang di pelupuk mata dan menggetarkan hati. Setiap doa dunia yang saya panjatkan, saya sampaikan dengan penuh rasa malu dan mohon ampun. Namun demikianlah, saya masih hidup di dunia, maka saya pun memohon keridhoan Allah SWT agar berkenan memberi keselamatan bagi saya, di dunia dan di akherat .... 

Subhanallah ... Melaksanakan ibadah umroh seorang diri sungguh membawa pengalaman yang luar biasa, yang menjadikan saya diri sendiri, apa adanya. Segala kemudahan yang saya rasakan cukuplah sebagai sebuah keajaiban yang sangat luar biasa bagi saya. Pun, saat ibunda bertanya pada saya saya perjalanan pulang ke rumah dari bandara, "Kamu sehat, Wing ? Ga' sakit ?" Saat saya jawab, saya sehat baik-baik saja, selamat di beribadah hingga kembali, beliau pun merasa keheranan, "Hebat ya ... ?" (maksudnya mungkin beliau takjub karena umumnya Jemaah umroh/haji banyak yang terserang flu saat beribadah hingga kembali ke Tanah air. Begitulah, cukuplah yang demikian ini menjadi keajaiban luar biasa bagi saya yang sangat hina dan miskin ilmu ini. Semoga Allah SWT menerima seluruh ibadah saya serta meridhoi dan memberi kesempatan lagi bagi saya untuk berkunjung ke Baitullah. Aamiin, aamiin, Allahuma aamiin ....