SEKARANG ATAU NANTI
Ibadah adalah masalah personal. Namun yang menarik dalam Islam, apresiasi Sang Khalik atas ibadah manusia akan jauh lebih besar nilainya bilamana itu dilakukan bersama atau melalui kebersamaan dengan orang banyak ketimbang secara individual atau personal. Itulah sebabnya, sholat berjamaah jauh lebih banyak pahalanya ketimbang sholat sendirian.
Alkisah, saya pun ingin sekali pergi mengunjungi baitullah tidak sendirian. Saya ingin pergi bersama suami. Namun apa hendak dikata, keinginan tersebut walau telah disampaikan secara halus atau sindiran, rupanya belum berbalas sambutan seperti yang diharapkan. Berkali-kali disampaikan, responnya tetap sama. Mungkin beliau ada hal yang jauh lebih penting, mengurus ibunda dan adik-adiknya sepeninggal sang ayahanda. Praktis beliau menjadi kepala keluarga pengganti ayahandanya.
Sementara, keinginan hati ini sudah demikian besar. Mendaftar haji plus saja sekarang mengantri 5 (lima) tahun, sementara haji regular mengantri lebih dari sepuluh tahun. Bila umur ini tak cukup, maka saya tak ingin menjadi orang-orang yang merugi. Maka saat rejeki itu datang, serta merta saya pun mendaftarkan diri, walau hanya haji kecil, berselang sekitar sebulan dari jadwal keberangkatan ....
PERSIAPAN LILLAHITA ALA
Packing baru saya lakukan dua malam berturut-turut menjelang keberangkatan. Maklum, saya masih bekerja seperti biasa pada hari - H keberangkatan. Uang real, baru saya tukar di jumat terakhir saya ngantor, itu pun lagi-lagi saya tanya Lita, ibunya, yang juga berangkat 2 (dua) hari sebelum saya, dibekali uang berapa ? Maksud saya, agar saya bisa mengkira-kira berapa uang yang perlu saya bawa.
IJIN SUAMI
Senin malam saat berangkat tidur, beliau bertanya, "Besok kamu sama ibu berangkat ke airport gimana ?" (karena esok pagi saya masih ngantor seperti biasa, sementara ibu masih di rumah).Saat saya jawab saya berangkat sendirian, beliau terbengong. "Kamu sure mau berangkat sendirian ? Kenapa kamu ga berangkat sama ibu ?" tanyanya keheranan. Wuakakakak ... sekali lagi nih, korban kehidupan ibukota, komunikasi ga' komplit. Setelah dijelaskan duduk perkaranya, akhirnya beliau mengerti dan ikhlas ridho melepas kepergian saya untuk melaksanakan ibadah umroh esok pagi ....
Sementara semua catatan hutang saya (KPR), surat-surat, dokumen, password semua (bank, internet, dll.), saya wasiatkan pada adik saya satu-satunya, detya. Dokumen di mana, hutang di mana, mencairkan di mana, KPR di mana, ada sekitar sepuluh catatan saya email ke detya secara detil di Selasa pagi 20 Mei 2014 itu. Yang terpenting, bila saya tidak kembali dan detya menemukan aib-aib saya, tolong tutupi dengan baik. Sementara pada suami, saya cuma bilang, bila saya berhalangan tetap, maka insya Allah ada orang yang akan mengurus hal-hal yang akan saya wasiatkan sepenuhnya untuk beliau.
BISSMILLAHIRRAHMANIRRAHIM, BERANGKAT
Begitu pesawat lepas landas, menjelang maghrib, saya terus istighfar dan bersiap tidur, membayar kekurangan waktu tidur 2 (dua) malam sebelumnya. Usai meng-qodho shalat, saya pun tidung pulas. Tiba waktu makan, ngantuk-ngantuk, saya paksakan melahap semua menu pemberian pramugari yang rasanya ... arab banget ! Hehehe ... Ndableg, saya makan saja sambil minta teh tawar panas, minum vitamin 4 tablet lifepak, 2 kapsul gel marine omega, 2 kapsul teegreen, dan 1 kapsul R2 night. Kelar makan, lanjut tidung !
Sekitar pukul 00:00 dini hari, kami transit di Abudhabi, menunggu penerbangan berikutnya pukul 02:05 waktu setempat. Masih tersisa pusingnya, saya usahakan tidur sebisa mungkin walau di kursi besi yang agak susah sih buat tidung. Tapi, Alhamdulillah !
SUBHANALLAH MEDINAH !!!
Setiap kali tersadar, mulut ini saya usahakan tidak berhenti istighfar. Banyak orang wanti-wanti untuk banyak istighfar dan sabar selama menjalankan ibadah di Tanah suci. Bagi saya, terlepas apa kata orang, kalau sudah urusan dengan Sang Khalik, saya ga punya option apa-apa kecuali berserah, lillahita ala, dan tentu saja terus istighfar ....
Dan ... subhanallah ... !!! Saya tiba juga di Medinah pas saat adzan subuh berkumandang di Masjid Nabawi, Medinah Al Munawarah, yang hanya beberapa puluh meter saja dari tempat saya berdiri, turun dari bus. Alhamdulillah ... !!! Rasanya apa ya ... ? Senang luar biasa, takjub, bingung dengan keajaiban ini, bahwa saya sampai juga di Medinah. Saya lupa dengan pusing kepala yang luar biasa mengganggu sejak berangkat dari Tanah air. Alhamdulillah, penginapan saya pun hanya berjarak sekitar 50 meter saja dari Masjid Nabawi yang terlihat sangat indah saat subuh itu ...
INDAHNYA MASJID NABAWI
Setelah bebersih mandi, sarapan, istirahat sebentar, saya dan 3 (tiga) orang teman sekamar yang (ketiganya masing-masing beda usia 15 tahun dengan saya, tua banget ya saya dibanding mereka ? Hahahaha ... ), bergegas menuju Masjid Nabawi. Beruntung, antrian bermunajat di Raudhoh baru saja dimulai pukul 07:00 waktu setempat.
Sholat di Raudhoh, bagian dalam Masjid Nabawi di mana bersemayam makam Rasullullah, Nabi Muhammad SAW, adalah sebuah kesempatan emas yang sangat diidam-idamkan oleh semua umat muslim yang berkunjung ke Masjid Nabawi. Namun khususon bagi jamaah perempuan, kesempatan bermunajat di Raudhoh sangat terbatas. Mengapa ? Karena untuk mencapai area Raudhoh, Jemaah perempuan harus melewati area ibadah jaamah laki-laki. Jadi, kesempatan bermunajat bagi jamaah perempuan di Raudhoh yang waktunya cukup lapang adalah dilakukan pada ba'da subuh dan ba'da isya.
Maka kami berempat yang culun-culun ini pun mengantri di rombongan "Bahasa/Melayu" demikian tulisan yang terpampang di papan yang dibawa oleh laskar perempuan Masjid Nabawi. Maksudnya, itu adalah kami, para jamaah dari Indonesia.
Di sela-sela waktu antrian itu, kami menuntaskan sholat tahyatul Masjid dan sholat dhuha. Tak lama, kami mulai berpindah tempat, mengikuti instruksi sang laskar pemandu kami, beringsut mendekati area Raudhoh, sedikit demi sedikit. Setiap berpindah, kami kemudiah disuruh duduk dan menunggu. Setelah berpindah tempat dan menunggu giliran sekitar 2 (dua) jam, akhirnya tibalah giliran kami, jamaah Indonesia memasuki area Raudhoh. Subhanallah ... !!!
Alhamdulillah saya pun berhasil merampungkan 2 x 2 rokaat sholat shunnah di shaf paling depan area raudhoh yang berkarpet hijau. Tak ada jamaah yang tak berlinangan air mata memasuki area Raudhoh ini. Mungkin semua terbayang akan dosa bercampur bahagia berkesempatan mengunjungi makam Rasulullah tercinta ....
Assalamualaikum adalah berjarak, sementara Assalamualaika adalah sapaan tak berjarak, artinya beliau yang kita sapa berhadapan langsung dengan kita. Maka setiap kali mengucapkan salam bagi beliau Baginda Rassul, leher pun terasa tercekat. Subhanallah ... ternyata dalam lubuk hati ini, betapa pun hina diri kita ini, qolbu ini tidak dapat berdusta, bahwa kerinduan hati kepada Beliau begitu besar ... Masya Allah. Mengingat betapa cintanya Beliau kepada umatnya, sementara kita seringkali lalai bersholawat baginya ....
TAHAJUD TERAKHIR
Sabtu dini hari, 24 Mei 2014, sejak pukul 03:00 waktu medinah saya sudah menggelar sajadah di Masjid Nabawi. merampungkan sholat tahyatul Masjid dan melanjutkan shalat tahajud. Saya bermunajat, terus bermunajat di setiap sujud agar dapat berkesempatan lagi melaksanakan sholat di Masjid Nabawi dan berziarah di makam Rasulullah. Hingga saat ruku yang kesekian, adzan subuh berkumandang, air mata saya bercucuran ....
Subhanallah ... hati saya hancur luar biasa, menyadari ini adalah ruku terakhir tahajud saya di Masjid Nabawi. Sedih bukan main rasanya, menyadari belum tentu saya berkesempatan hadir lagi di tempat yang sangat indah ini, melaksanakan shalat berdampingan dengan saksi bisu, mihrab Nabi Muhammad SAW tercinta. Sesenggukan saya merampungkan tahajud dan shubuh seraya berharap Allah SWT meridhoi saya untuk kembali berkunjung bersama seluruh keluarga tercinta ...
6 JAM MENUJU MEKAH
Ini dia. Seumur-umur sejak lahir, saya adalah si pemabok perjalanan darat. Perjalanan Tegal - Cirebon yang hanya 72 km saja alias 1,5 jam paling lama, saya mabok muntah-muntah. Perjalanan Jakarta - Bandung tengah malam pun saya mabok 2 - 3 kali hingga memuntahkan seluruh isi perut saya. Itu naik kendaraan pribadi. Apalagi naik kendaraan umum, saya ga' pernah naik angkot karena tukang mabok itu. Kalaupun naik bus umum juga terpaksa. Moda transportasi sahabat adalah kereta api. Bila jalur darat, menyupir sendiri adalah yang terbaik.
Perjalanan ke Mekkah ini pun, saya kebagian duduk di 3 - 4 baris dari belakang. Saya pasrah. Sesaat sebelum berangkat saya kirim pesan singkat sama suami minta didoakan supaya lancar selama perjalananan dan tidak mabok. Subhanallah ! Saya tidak mabok hingga tiba di Mekkah Al Mukarammah bada' isya ! Alhamdulillah ... !!!
BISSMILLAHI ALLAHU AKBAR !!!
Kami memulai umroh dengan shalat isya berjamaah. Rombongan melaksanakan umroh dalam sebuah kelompok yang kuat dan kompak. Kaum pria yang berabadan besar memimpin di depan dalam ikatan rantai manusia yang kuat. Sementara yang lainnya membuat pagar betis mengelilingi jamaah perempuan di tengah-tengah. Ustadz Lutfi melafazkan setiap doa thawaf, sejak putaran pertama hingga putaran terkahir dengan lantang ! Jamaah mengikuti dengan kompak dan tak kalah lantang ! Subhanallah, merinding dan bercucuran air mata kami semua. Bissmillahi Allahu Akbar ... !!!
Setelah melaksanakan thawaf, kami melaksanakan sholat sunnah dilanjutkan dengan sai (berlari-lari kecil) dari safa ke marwah, sebanyak 7 (tujuh) kali. Di sinilah dulu Siti Hajjar, istri Nabi Ibrahim ditinggalkan seorang diri di Tanah yang tandus dan gersang bersama bayi mungilnya, Ismail. Saat persediaan perbekalan telah habis, Siti Hajjar berlari dari safa ke marwah untuk mencari air. Beliau berlari sebanyak 7 (tujuh) kali, dan terhenti kala kaki kecil Ismail menghentak ke bumi hingga dengan seizin Allah SWT, bumi pun mengeluarkan mata air, air zam - zam yang terus mengalir hingga saat ini. Subhanallah ....
Saat ini, jamaah melaksanakan sai tidak lagi kepanasan sebagaimana yang dirasakan Siti Hajjar dahulu. Lorong panjang antara safa dan marwah walaupun mendaki pada kedua ujungnya namun dilengkai dengan pendingin udara dan ribuan kipas angin yang tersebar di banyak titik. Bagi yang berkebutuhan khusus pun disediakan jalur tersendiri untuk kursi roda. Sementara air zam - zam tersedia beberapa titik di sepanjang lorong safa dan marwah. Alhamdulillah ....
Ibadah umroh berakhir dengan tuntasnya sai ditandai dengan bercukur tepat menjelang pukul 02:00 dini hari waktu Mekkah.
TAK ADA YANG KEBETULAN
Saya bukan pribadi spesial apalagi ahli ibadah yang mungkin mengalami banyak situasi-situasi yang luar biasa selama dalam melaksanakan ibadah umroh mengunjungi Baitullah dan Masjid Nabawi. Saya hanya punya kepasrahan hati dan pikiran bagai gelas kosong yang tak mengerti apa-apa dengan hasrat yang begitu besar selama menjalani ibadah umroh ini. Saya banyak beristighfar dan terus beristighfar mohon diberi keridhoan Allah SWT agar saya senantiasa lurus dalam niat.
Namun tak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Allah SWT sudah menentukan kitab dari kita masing-masing jauh sebelum kita dilahirkan. Pun saat saya memutuskan mendaftarkan diri untuk pulang kampung, menuju Baitullah, rumah Allah pemilik diri saya yang telah memberikan saya hidup dan kepadaNyalah saya akan berpulang.
Bukan pula sebuah kebetulan di dalam ketidaktahuan saya, bila saya ternyata berkesempatan berumroh di bulan Rajab. Bulan di mana Nabi Muhammad SAW melaksanakan umroh hingga 4 (empat) kali, sekali wajib, 3 (tiga) kali sunnah. Subhanallah !
Mungkin pula karena rasa rindu saya dengan almarhum Eyang Uti (putri) yang melewati hari-hari terakhirnya bersama keluarga kami di Tegal, bahkan berpulang pun di rumah orang tua saya di Tegal, jadi selama di tanah suci, saya sering sekali berdampingan dengan simbah-simbah. Bahkan sejak berangkat hingga kembali saya selalu duduk berdampingan dengan simbah-simbah di pesawat. Dan setiap makan beliau tidak habis, dipindahkan ke piring saya. Saat mampir di pasar Jeddah sebelum kembali ke Tanah Air, tangan saya digandeng simbah-simbah. Katanya, "Jangan ditinggal ya, jangan ke mana-mana ... !" pintanya saat beliau menuju kamar kecil. Masya Allah, ternyata saya berumroh di saat tanggal wafatnya Eyang Uti, 23 Mei 2013. Pantas saja, saya selalu terbayang-bayang eyang uti selama di sana ....
RINDU KEMBALI
Hingga kembali ke rumah, bahkan istirahat di atas tempat tidur, air mata ini selalu menetes mengingat-ingat keindahan dan nikmatnya beribadah di Tanah suci.
Keindahan Masjid Nabawi dan Ketakziman Kabbah selalu saja terbayang di pelupuk mata dan menggetarkan hati. Setiap doa dunia yang saya panjatkan, saya sampaikan dengan penuh rasa malu dan mohon ampun. Namun demikianlah, saya masih hidup di dunia, maka saya pun memohon keridhoan Allah SWT agar berkenan memberi keselamatan bagi saya, di dunia dan di akherat ....
Subhanallah ... Melaksanakan ibadah umroh seorang diri sungguh membawa pengalaman yang luar biasa, yang menjadikan saya diri sendiri, apa adanya. Segala kemudahan yang saya rasakan cukuplah sebagai sebuah keajaiban yang sangat luar biasa bagi saya. Pun, saat ibunda bertanya pada saya saya perjalanan pulang ke rumah dari bandara, "Kamu sehat, Wing ? Ga' sakit ?" Saat saya jawab, saya sehat baik-baik saja, selamat di beribadah hingga kembali, beliau pun merasa keheranan, "Hebat ya ... ?" (maksudnya mungkin beliau takjub karena umumnya Jemaah umroh/haji banyak yang terserang flu saat beribadah hingga kembali ke Tanah air. Begitulah, cukuplah yang demikian ini menjadi keajaiban luar biasa bagi saya yang sangat hina dan miskin ilmu ini. Semoga Allah SWT menerima seluruh ibadah saya serta meridhoi dan memberi kesempatan lagi bagi saya untuk berkunjung ke Baitullah. Aamiin, aamiin, Allahuma aamiin ....
1 comment:
سُبْحَانَ اللّه , اَلْحَمْدُلِلّهِ
Post a Comment