Monday 7 April 2014

NYOBLOS PEMILU

Ceritanya daku pertama kali mencoblos sejak sekitar tahun 1996, masih era orde baru kala itu. Sayang, pengalaman pertamaku mencoblos bukan di usia persis 17 tahun, karena saat usia itu bukan periode pemilu.

NYOBLOS NYOKAP
Naaaaaahhh ... ceritanya lagi, sejak pertama kali mencoblos hingga saat ini, berarti sudah 3 - 4 kali mencoblos kemudian, dakyu ya selalu mencoblos di Tegal, my kampong halaman. Perkaranya, harus mencoblos nyokap, hahahaha ... Tapi berjalannya waktu, daku mencoblos bukan karena mencoblos nyokap, tapi memang mencoblos adalah urusanku sebagai warga Negara, bukan karena harus nyoblos nyokap. Faktanya, daku ga selalu nyoblos partainya nyokap kok. Hehehehe ...

Buat daku, menjadi golput itu benar-benar sikap yang ga ksatria. Banyak pendapat apriori yang mengatakan, lebih baik jadi golput daripada memilih wakil rakyat yang tidak jelas, tidak berkualitas, dan seterusnya. Alasan berikutnya daripada jadi dosa karena berkontribusi memilih wakil rakyat yang tidak bertanggung jawab, jadi mending ga nyoblos, jadi tidak harus bertanggung jawab bila terjadi hal-hal yang mengecewakan.

PROBABILITAS NYOBLOS
Naaaaaaahhh ... coba pikir deh. Memang kalo sudah begitu, terus ga jadi dosa gitu karena tidak memberikan hak pilih ? Yang ada itu adalah sikap pander, pengecut dan tidak bertanggung jawab. Ayo yang jawara matematika, kita diskusi sedikit tentang ilmu probabilitas. Dengan tidak mencoblos, berearti peluang para golputers ini kan 0% alias hilang sama sekali. Akibatnya kata para golputers, mereka bebas dari rasa bersalah dan dosa. Faktanya, dengan hilangnya kontribusi, sementara bila kondisi Negara tetap tidak lebih baik, berarti kan para golputers juga secara langsung berkontribusi terhadap keterpurukan bangsa ini.

Naaaaahhh ... sekarang coba berpikir sebaliknya. Bila para pemilih menggunakan hak pilihnya secara amanah, memilih dengan hati-hati, memilih dengan cerdas, memilih dengan selektif para wakil rakyat yang terbaik, tentu peluangnya bukan lagi 0%, tapi sebaliknya bisa 100% memberikan kontribusi terhadap perbaikan yang sesungguhnya ! Jadi, kenapa harus jadi golpuuuuuutttt ... ?

Kalau dakyu sendiri, yang selalu merasa dibesarkan sebagai anak kampong, daku bersyukur daku berani diadu soal nasionalisme dengan orang-orang yang lain, yang lebih pandai, lebih kaya, lebih cantik (ada hubungannya gak sih ? hahahaha). Entah bagaimana, daku ikut pemilu ya karena kesadaran, daku mencoblos ya karena daku merasa itu tugas daku. Daku bertanggung jawab terhadap pilihan daku. Dan itulah bentuk kecintaan daku pada Tanah air yang sudah memberikan banyak kebanggaan padaku. Ga ada lagi urusan harus nyoblos nyokap.

Selain itu, sudah menjadi kewajiban setiap umat manusia itu mendukung dan mencintainya Negara dan bangsanya, menjadi umat yang samina watona. Jadi kalau diminta mencoblos, ya lakukanlah dengan penuh kesadaran dan rasa cinta.

BELAJAR POLITIK
Membangun kehidupan politik yang diharapkan memang butuh pembelajaran. Jadi ya yang belajar kudu semua, bukan hanya pemimpinnya. Jadi pemimpin memang harus pintar dan cerdas serta amanah. Memang jadi rakyat ga harus begitu ? Well, potret para pemimpin adalah cerminan para rakyatnya. Sesungguhnya kalau kita menilai pemimpin kita korup dan tidak amanah, jangan-jangan karena kitanya pun seperti itu. Alhasil hasil pilihan kitapun yang seperti itu, mirip bahkan sama seperti kita yang korupsi dan tidak amanah.

Makanya, jadilah rakyat yang tidak merepotkan, yang mau diatur secara benar dan layak. Caranya ? Ya jadilah rakyat yang cerdas, jangan memilih pemimpin karena cantiknya, gantengnya, kayanya. Milih pemimpin seperti memilih pasangan. Maka sebaik-baiknya memilih adalah yang baik ibadahnya, imannya, karena mereka akan jujur, sementara orang yang jujur akan amanah atas tugas yang diembannya.

Jadi, selamat berpesta demokrasi ya temans ... !!!

No comments: