Monday 25 February 2013

SI MISKIN YANG SOMBONG

Hidup memang penuh misteri. Belasan tahun yang lalu, saya memulai ini dengan melodrama luar biasa yang menjadi pengalaman spiritual tak terlupakan....

ALKISAH
Belasan tahun lalu itu, saya berada pada titik nadir hingga menangis pun mata ini tak mampu lagi meneteskan airnya. Saya drop out kuliah S2, di saat saya menjadi ketua angkatan, dan itu terjadi pada semester 3 dari 4 semester yang harusnya saya tuntaskan.

Di saat yang bersamaan, saya tidak mampu membayar uang sewa kos sehingga semua harta benda saya, buku-buku pelajaran saya, konsep tesis saya, semua dokumen kuliah dan ujian S1 saya yang tersimpan rapi, baju-baju saya, sepatu, tas, perhiasan, perabotan, semuanya, diambil oleh yang punya kamar. Sebagian barang sempat saya ambil, saya susul di bekasi, tapi itu sungguh sangat sedikit dari hal terpenting yang saya punya, catatan kuliah sejak S1 hingga S2....

Di saat yang sama pula, saya menerima kenyataan adik saya menikah duluan. Gak penting-penting amat sih. Maksudnya ga mengganggu. Cuma dengan persoalan yang menumpuk begini, saya dipaksa stay tune untuk hajatan keluarga rasanya susah juga, karena hidup dan masa depan saya berantakan berat saat itu. No one in family helped me that moment....

Dan, di sisnilah melodrama itu. Saya nyaris kehilangan kesempatan mendapatkan pekerjaan karena saya tidak membaca surat panggilan tes pertama akibat surat panggilan dikirim ke alamat kamar kos.

Namun rezeki memang tidak salah alamat. Dengan bantuan seorang teman, suatu malam, tengah malam sekali, saya kembali ke kamar kos. Saya tahu kamar kos saya jendelanya rusak dan tidak pernah terkunci, hanya ditutup begitu saja. Alhasil saya bisa memasuki kamar kos dengan cara melompati jendela kamar.

Satu hal penting yang saya ingat malam itu adalah, setelah berada di dalam saya tidak menyalakan lampu. Saya hanya segera menuju ke lemari mengambil setumpuk dokumen ijasah sekolah saya dari SD hingga S1. Saya tidak pedulikan perhiasan, jam tangan semuanya saya tinggalkan. Berikutnya saya berjongkok di balik pintu dan memunguti setumpuk amplop undangan wawancara kerja. Kelar dengan 2 (dua) hal itu, saya kembali meloncati jendela dan meninggalkan kamar kos dengan semua hal yang ada di dalamnya, dan tidak pernah kembali, hingga saat ini.

Saat saya baca satu demi satu surat panggilan itu, barulah saya tahu, saya telah melewatkan jadwal tes yang telah ditentukan. Di situlah, untuk pertama kalinya saya merasakan menangis tanpa keluar air mata. Kesedihan saya sudah mentok dan terasa amat sangat getir.

Kembali, adalah seorang teman yang mendukung saya untuk tetap semangat dengan panggilan yang sudah terlewat itu. Saya mengirim surat pemberitahuan melalui fax dengan melampirkan alamat dan nomor telepon baru yang dapat dihubungi. Saya pun mendapatkan kesempatan kedua.

PERJUANGAN PANJANG

Sebagai seorang fakir yang putus sekolah dan tidak punya pekerjaan, maka panggilan tes kerja sangatlah berarti bagi saya. Namun dengan semua hal yang tiada lagi bersisa, maka pada tes pertama Bahasa Inggris itu saya pun tak punya apa-apa sebagai bahan belajar.

Saya hampiri seorang teman, saya sampaikan bahwa besok saya akan mengikuti tes Bahasa Inggris untuk mendapatkan pekerjaan. Saya katakan saya tidak punya apapun untuk dipelajari, kecuali semangat untuk terlepas dari pusaran kemiskinan ini.

Maka, ia menyerahkan kunci mobilnya sembari menjelaskan, di mobil ada uang yang bisa dipakai untuk membeli buku. Saat saya memasuki mobil dan bersiap menngendarainya menuju toko buku, saya dapat sebuah amplop di area hand rem, berisi segepok uang, banyak sekali. Sepulang membeli buku, saya kembalikan kunci mobilnya, berikut kuitansi pembelian sejumlah buku senilai kurang lebih Rp. 168.000,-.

Kelar tes pertama, alhamdulillah saya lolos mengikuti tes berikutnya, yaitu tes akademik sesuai kompetensi. Saya pun menghadapi masalah yang sama. Kali ini, saya mengumpulkan sebanyak mungkin uang logam, lalu selepas isya, saya mulai duduk di meja telpon rumah peninggalan eyang yang saya tempati, yang kebetulan menggunakan telepon koin.

Saya pun menghubungi sahabat saya yang lain, Rere. Saya katakan, besok saya akan ujian komunikasi, so please, saya minta dia untuk bercerita apa saja tentang teori dan pelajaran komunikasi, dan saya akan mendengarkan. Tidak tahan dengan permintaan saya, Rere pun menangis.

Saya tegaskan padanya malam itu, "Rere, gue baik-baik saja. Sekarang akan lebih baik elu bantu gue bacain pelajaran komunikasi yang gue butuhin dan jangan 'nangis." Maka belajar melalui telepon itu pun berlanjut dan terhenti kala koin saya habis.

Alhamdulillah, saya lolos tes kedua dan berkesempatan mengikuti tes berikutnya, tes manajemen. Betul, saya kembali mendatangi sahabat yang lain untuk meminta bantuan. Sang sahabat kembali meminjamkan mobil dan memberikan saya sejumlah uang sehingga saya bisa membeli buku-buku yang saya butuhkan untuk belajar.

Saat saya lolos pada tes ketiga, saya pun mengikuti tes keempat, tes profile analysis. Kali ini, eyang uti menolong saya dengan membelikan tiket kereta api sehingga saya bisa berangkat tes ke jakarta.

Tes kelima, saya mengikuti psikotes selama 2 (dua) hari di Jakarta. Begitu berharapnya saya atas pekerjaan ini, saya menghubungi seorang sahabat di tempat saya bekerja dulu, di Kudus. Sahabat saya ini berlatar belakang pendidikan psikology dan bekerja di bagian SDM, Saya tanyakan, untuk psikotes saya esok hari, apa yang harus lakukan?

Mas Achmadi, sang sahabat dengan penuh semangat memberi dukungan kepada saya. Saya ingat, saya menghubunginya melalui handphone saat menumpang kendaraan seorang teman, dan sedang berada di lampu merah daerah panglilma polim, menuju blok b, jakarta selatan. Menurutnya, yang dibutuhkan saya saat ini adalah bersenang-senang untuk mendapatkan mood yang baik dan cukup istirahat.

Kala saya tanya saya harus apa, ia pun menjawab, "Pergi makan enak sana. Pergi nonton tapi tidurnya jangan malam-malam, jam sembilan ya..." Maka sang teman yang mobilnya saya tumpangi pun serta merta mentraktir saya makan, mengajak saya nonton, dan mengantar saya pulang ke rumah eyang sebelum jam sembilan malam.

Surprise ! Saya pun lolos psikotes dan berlanjut pada tes berikutnya, tes keenam, tes kesehatan. Lanjut ke tes berikutnya, tes ketujuh untuk memeriksa keaslian dokumen. Serangkaian tes itu pun berakhir setelah melampaui sebelas kali tes, termasuk wawancara dengan 2 (dua) orang direksi.

Wawancara dengan direksi berlangsung di bulan ramadhan. Saya datang di stasiun gambir dijemput Rere dengan ayahnya menunggu di area parkir. Saya pun menginap di rumah Rere di daerah Tomang Timur. Malamnya saat sahur, ayahnya membangunkan saya sahur, sementara ibunya memasakan masakan kesukaan saya, kentang rebus dengan olahan keju.

Subhanallah. Rere sekeluarga adalah keluarga keturunan yang beragama Konghucu. Tapi mereka sangat menghargai saya sedemikia rupa, hingga berbuka pun mereka kebetulan kumpul sekeluarga sehingga saya diajaknya makan bersama di sebuah restauran besar.

Perjuangan panjang ini jelas menjadi sebuah pengalaman spiritual tak terlupakan dalam hidup saya. Serangkaian tes panjang ini terjadi sepanjang tahun hingga berakhir di 3 (tiga) hari menjelang lebaran idul fitri, kala pimpinan tertinggi HRD menyampaikan kabar baik ini secara personal kepada saya melalui telepon.

Saya serasa memenangkan laitul qadar. Saya dapati ibunda tersujud sambil berurai air mata. Sementara saya masih terbengong mendengar kabar baik itu karena saat dihubungi menjelang ashar itu saya tengah tertidur sejak lepas duhur.

SAHABAT, KAWAN, HARTA TAK TERNILAI
Bagaimana saya memenangkan pekerjaan ini kala itu memberikan pengalaman luar biasa tentang banyak hal. Saya belajar tentang kepasrahan dan berserah diri atas keadaan yang paling menyulitkan lahir dan batin. Saya pun belajar tentang arti persahabatan yang sesungguhnya. Adalah para sahabat yang mendukung saya di saat susah, kala keluarga mungkin tengah berkonsentrasi untuk hal lain yang lebih penting.

Saya belajar tentang berbesar hati, kerendahan hati dan kesportifan hidup. Mengakui keterbatasan saya tanpa pernah malu untuk meminta bantuan, selagi hal itu untuk hal-hal yang benar. Saya tidak malu untuk meminta rupiah, saya tidak peduli, karena saya tidak meminta uang untuk hal yang buruk.

Adalah sahabat, yang di setiap tahapan tes yang saya lalui, selalu meyakinkan saya, "Diterima, diterima... cuma disuruh sabar aja kok..." katanya. Sahabat yang lain berkomentar, "Gimana gak diterima kerja lo? Elo sholat ga ada putusnya seharian...!" Wuakakakak. Namanya juga bulan puasa, pastilah kelihatannya saya sholat terus, namanya juga terawih, walaupun harus saya lakukan sendirian, di atas kasur, karena Rere memelihara anjing di kamarnya.

MISKIN YANG SOMBONG
Konon dalam hidup ini ada 4 (empat) kelompok manusia;
1. Orang kaya yang sombong, 'wajar'lah... namanya juga orang kaya...   :)
2. Orang kaya yang tidak sombong, jarang banget, ya nggak ?  :p
3. Orang miskin yang tidak sombong, lazimnya sih begitu....  :]
4. Orang miskin yang sombong, nah ini dia... kasihan sekali kan hidupnya ?

Andai, saat itu saya jadi si miskin yang sombong, mungkin saya tidak akan mendapatkan pekerjaan yang saat itu begitu saya idam-idamkan. Itulah pelajaran hidup. Roda hidup itu berputar. Saat ini senang berada di atas, lain waktu di bawah. Maka manusia memang dituntut pandai-pandailah melakukan adjustment terhadap setiap situasi yang dihadapi.

Seperti halnya saat ini, pekerjaan yang begitu saya idam-idamkan ternyata begitu membuat saya tak bisa lagi berkata-kata. Hanya satu hal yang tersisa dalam benak saya, kebobrokan negara ini sungguh terlihat jelas di setiap sistem yang berlaku di instansi yang menjadi turunannya. 

Dan menyaksikan semua ini sungguh melelahkan dan menguras energi luar biasa. Bisa jadi ini situasi lain lagi yang tengah saya hadapi. Berbaik sangka saja pada Sang Pencipta. Andai ada hal yang dapat saya lakukan untuk berkontribusi mengambil peran memperbaiki sedikit saja dari seluruh kekacauan dan ketidaklayakan ini. Tapi saya sungguh tak mampu.

Maka biar Allah saja yang melakukannya. Ialah sebaik-baiknya pengambil keputusan dan pemberi penolong. Maka sesungguhnya manusia itu hina dan tidak berarti apa-apa. Semoga saya tetap qonaah menjalani ketentuan ini. Aamiin ya rabbal alamin.... 


Wednesday 20 February 2013

BOKAP

Hari ini bokap ulang tahun. Semoga Bokap selalu dilimpahkan kesehatan, kebahagiaan, umur yang barokah, kebijaksanaan, rezeki berlimpah, dan senantiasa menjadi anak lelaki 'kesayangan' eyang yang selalu jadi andalan untuk antar jemput eyang ke mana pun eyang mau, di mana pun, kapan pun. Aamiin....

BOKAP : BG (BABE GALAK)
Bokap, super duper galak. Asli dah, saat saya kecil, kalau bokap marahin saya, itu yang namanya stok mayoret dibanting-banting mpe peyot. Katanya, "Ga hebat jadi mayoret, kalau kamu ga jadi anak baek...!!!" Pffffhhh....

Saking galaknya, munculah sebutan itu beberapa tahun terakhir, "BG", alias Babe Galak. Alhasil, kita anak mantu termasuk ibu belakangan pun menyebut BG sebagai sebutan orang ketiga tunggal buat bokap. Hehehe.... Sementara ibu, kita sebut "BS" alias Bu Stella (beda banget yak...ga ada labelnya getooh...! hehehe).

Pola makan BG adalah pola makan sehat. BG selalu mengutamakan makan sayur, bukan daging. Tapi masalahnya, BG teramat suka minuman manis dan nyaris tidak pernah minum air putih. Saya sering berantem dengan beliau soal minum, karena BG selalu menambahkan ekstra gula ke dalam minumannya. Sekali waktu BG pernah tidak mau menyentuh minuman buatan saya, karena menurutnya tidak manis. Teh buatan saya dibiarkan hingga dingin dan tidak diminum hingga BG berangkat kerja!

BG juga suka pijet. Saking doyan pijet, kita anak-anaknya sejak kecilnya seringkali disuruh mijet, injek-injek pakai tungkak di atas badannya yang tengkurep. Alhasil kami suka bernegosiasi, kita juga mau dipijet. Jadilah, setelah kita kelar mijet BG, gantian BG pijetin kita, saya dan detya. Walhasil, hingga tua sekarang, kami berdua pun ketagihan pijetan...!!! Hahahahaha... !!!


ANAK LELAKI ANDALAN
Satu hal yang semua orang harus tahu tentang BG adalah, dia adalah anak lelaki yang luar biasa patuh sama ibunya. Jam berapapun eyang telpon memanggil BG, beliau langsung berangkat. Pernah sekali waktu, eyang telpon sekitar pukul 02:00 wib pagi minta BG datang. Asli, BG langsung berangkat ke Cirebon menemui eyang. Buset dah !

Sekarang pun, jam berapapun eyang menelepon minta dijemput, BG langsung berangkat menjemput eyang di manapun adanya. Di Cirebon kek, Jakarta, Semarang, untuk dibawa pulang ke mana pun eyang mau. Ke rumah Cirebon kek, atau ke Tegal. Kalaupun BG benar-benar tidak bisa menjemput sendiri, setidaknya BG akan mencari orang lain untuk menjemput eyang, apakah sepupu lelaki saya yang di Cirebon, di Jakarta, atau supir. Sakti yaaaaakk...?

BG 'GAK GENGSIAN
Sejak kecil saya tahu kami bukanlah keluarga yang berlebihan secara materi, biasa saja. Tapi satu hal penting lain yang saya pelajari dari BG, beliau tidak pernah gengsi jadi orang miskiiiinnn...!!! Saya melihat sendiri, bagaimana BG jadi supir menjelang lebaran, menyupir sendiri mobil minibus yang beliau miliki saat itu, untuk mencari rezeki menyambut lebaran.

Beberapa hari menjelang lebaran, biasanya trayek Jakarta - Tegal ramai penumpang. Dan BG, tanpa rasa malu mengendarainya mini busnya (elf) Tegal-Jakarta-Tegal berhari-hari menjelang dan sesudah lebaran, menaikkan penumpang, untuk mendapatkan uang. Luar Biasa... !!! Hal ini saya alami saat saya SMP, serasa baru kemarin....

Makanya, kalau sekarang orang seantero pabrik termasuk bos saya di kantor memuji cara nyupir saya, yaa... gimana lagi, saya belajar dari BG. Alhasil cara nyupir saya seperti lelaki, perhitungannya dan akserelasinya. Sampai-sampai orang pengiriman pabrik pun memuji cara saya nyupir. Bahkan tetangga rumah, seorang bapak-bapak yang pernah saya beri tumpangan pun langsung berkomentar hal yang sama. Cara nyupir saya cetaaar membahanaaaa... !!! Mantap ga' seperti angkot atau maaf ya, seperti kebanyakan perempuan....   :)

DIDIKAN KERAS BG
Mungkin karena tidak punya anak laki-laki, BG mendidik saya dan detya sangat keras. Sejak SD kami berdua sudah berlatih karate yang membuat saya keranjingan hingga SMA. Saya lebih memilih latihan karate ketimbang praktikum fisika sore hari. Wuakakakak... !!! Walaupun officially saya pertama kali belajar nyupir sama almarhum Om Iwan (Ridwan Pangkey) saat kelas 6 SD, tapi bersama BG, saya asli belajar nyupir dengan mobil yang tidak biasa, BIG HORN, Hardtop, Kingswood, Impala, dll.

Saat kami kecil, BG sering sekali mengajak kami bepergian keluar kota naik mobil. Tapi semakin bagus mobil yang BG kendarai, maka akan semakin mabok dan muntah-muntahlah saya. Hingga kini, kebiasaan muntah-muntah itu masih berlanjut setiap kali saya bepergian sebagai penumpang, apalagi naik kendaraan umum bis atau angkot, dijamin mabok dengan sukses deh saya.

Namun, 'akibat' sering bebergian dengan mobil itulah, saya relatif hafal urutan kota di pulau Jawa ini, karena banyak kota pernah dilewati dan disinggahi. Termasuk, saya jadi hafal jalan-jalan kota-kota tersebut, apalagi Jakarta! Seorang boss saya sampai-sampai berkomentar, "Wah mbak Fir, saya saja yang orang asli Jakarta gak tahu jalan-jalan kecil beginiiiii...!!!"  :)

MOMENT-MOMENT PERTAMA SAYA BERSAMA BG
Memasuki masa kuliah, saya dan BG lebih sering bersama di Jakarta. Kadang kami pulang ke Tegal bersama, kadang saya pulang sendiri. Sekali waktu saya diajak BG ke Terminal Pulo Gadung, dan saya dikenalkan pada seorang penguasa Pula Gadung yang disegani, namanya Pak Hidayat. Alhasil, setiap kali saya pulang mengenakan bus dari Pulo Gadung, saya tinggal sebut nama beliau, maka seseorang akan segera mengantarkan saya pada Pak Hidayat, yang kemudian mengantarkan saya naik bus dan menitipkan saya pada supir & kenet. Saya pun mendapat bangku paling depan, dan makan malam bersama supir saat transit di Sukamandi, lengkap dengan segelas susu, gratis....!!! :)

Saat ujian UMPTN, BG-lah yang mengantar saya subuh-subuh ke Semarang. Saat saya menyelesaikan skripsi dan menumpang mengetik di sebuah persewaan komputer dekat kampus, saya pun ditemani BG yang menunggu di mobil hingga pukul 02:00 wib dini hari !!!

Saat saya pertama kali mendapat panggilan wawancara kerja, BG pula-lah yang mengantar saya ke Kudus ditemani ibu. Saat saya akhirnya bekerja di Kudus, ada satu pelajaran yang saya peroleh dari BG. Sekali waktu saat saya pulang ke Tegal dan hendak kembali ke Kudus minta seorang kawan untuk menemani saya nyupir balik ke Kudus, tiba-tiba sang kawan membatalkan tanpa kabar yang jelas dan tak bisa pula dihubungi. Padahal itu sudah pukul sepuluh malam. Alhasil, pukul 02:00 wib, BG jugalah yang mengantar saya balik hingga ke Semarang, untuk kemudian saya melanjutkan sendiri perjalanan ke Kudus, sementara BG kembali ke Tegal menumpang kereta. Katanya."Jangan pernah sekali-kali lagi mengandalkan orang lain!"

Setelah menikah, saat saya pertama kali mulai mengajar pun, di sebuah universitas swasta di bilangan Cileduk, BG pula yang mengantarkan saya. BG menunggui saya selama mengajar, dan saat perjalanan pulang BG menunjukkan jalan terdekat menuju rumah....

Saya membeli rumah saat belum menikah. Saya membeli tanpa bicara sedikitpun dengan kedua orang tua saya. Awalnya BG memang pernah menawarkan sebuah rumah murah, katanya di Bintaro. Ternyata rumah dimaksud berada di kawasan lain tapi dekat Bintaro. Alhasil saya memang mebeli rumah tapi bukan yang BG infokan.

Nah, ceritanya, saya kepedean dengan gaji saya. Setelah membayar lunas tanda jadi dan DP, saya pun mengurus KPR, tapi ternyata KPR saya gak gol-gol juga. Ujung-ujungnya akhirnya BG juga yang ngurusin, dengan referensi dan jaminan rekening BG di bank tersebut, saya pun berhasil memperoleh KPR. Saya terima beres! Tapi tetep loh saya bayar sendiri cicilannya ... Hehehehe...

Urusan rumah masih belum beres. Saat saya telah menempati rumah tersebut, saya cuek saja dengan jendela yang tidak berteralis. Kala BS (Bu Stella) terus saja ribut, sayapun menjawab, "Ya mau gimana lagi, duitnya belum ada untuk beli teralis..." Alhasil, BG mengirim teralis dari Tegal berikut tukangnya, untuk masang (yang pasti kualitasnya beda banget dengan teralis buatan Jakarta yang kecil dan tipis). Wuakakakak...!!!

Waktu saya melanjutkan kuliah S2, kisah serupa berulang lagi. Tanpa bilang-bilang, saya mendaftar kuliah S2. Giliran saya kehabisan ongkos bayar kuliah dan minta BG, beliau menjawab, "Lah yang mau kuliah lagi siapa, kan kamu, ya bayar sendirilah...!"

Mampus deh! Tapi kali ini, saya bener-bener dipaksa belajar hidup. Setelah drop out karena ga punya ongkos, akhirnya saya mendaftar kembali kuliah S2 dari awal, membayar sendiri semuanya hingga lulus. Dan asal tahu saja, saat saya ujian thesis, lagi-lagi, yang mengantarkan saya adalah BG, bukan BS! BG, detya & pony nungguin saya ujian di UI Salemba hingga saya dinyatakan lulus! Wuakakakakak...!!! Bener-bener anak bokap nih gueeeeeeee....!!!
 
BG MELARANG SAYA MENYANYI
Entah dari mana asalnya, tiba-tiba saja saya jadi suka menyanyi. Kebetulan sejak kecil (TK) hobi saya tidak jauh-jauh dari kesenian. Kegiatan berkesenian saya banyak baik melukis cat air, crayon, cat minyak, nembang mocopat, tari jawa klasik, enssamble musik, drumband, menari bali, main organ, termasuk menyanyi solo, koor, vocal group atau nge-band.

Saat kecil saya sering menjuarai berbagai festival menyanyi. Baik tingkat Kota Tegal, Pop Singer tingkat Karisedanan Pekalongan, hingga menjadi semifinalis Lomba Penyanyi Remaja Radio Prambors. Ga' cetar-cetar amat, tapi suka lah menyanyi. Alhasil begitu lulus SMA, saat menunggu kuliah, saya sering ngamen ke kawinan orang-orang untuk menyanyi dan dapat uang jajan.

Nah, BG menentang keras nih kesuakaan saya yang ini. Saya harus sembunyi-sembunyi kalau mau pergi ngamen. Padahal, BS mendukung kegiatan menyanyi saya. BG pun ngomelin saya, "Orang kok cita-citanya jadi penyanyi...!" Loh kok ? Siapa yang pengen jadi penyanyi cobaaaa...? Wuakakakak...!!! Alhasil, eyang pun pernah ngingetin saya, "Dalam Islam, seburuk-buruknya suara di dunia adalah suara keledai, dan suara perempuan bernyanyi adalah seperti suara keledai..." Waduh, bener gak sih... ?  :)

KEBAYA PERNIKAHAN SAYA, BG YANG URUS !
Saat saya akan menikah, yang menemani saya belanja kain kebaya pernikahan adalah BG. Saya keluar masuk toko di Mayestik hingga pergi ke tukang jahit di Pademangan dekat Ancol, diantar BG. Dengan sabar, BG membiarkan saya memilih kain, keluar masuk toko bolak-balik sejak pagi hingga sore. Tugasnya masih pula ditambah dengan membayar semua belanjaan kain saya dunk... !!! Hahahaha...!!! 

Sekarang, setelah saya dewasa, BG juga yang komentar, "Kamu jadi perempuan jangan galak-galak, nanti laki-laki takut sama kamu..." Atau, "Kamu jadi perempuan jangan terlalu mandiri, bapak susah lihatnya..." setelah saya berkisah pada BG dan BS saat baru tiba di rumah Tegal, bahwa saat saya berangkat dari Jakarta saya habis ngomelin preman Pulo Gadung lantaran saya ditipu harga tiket. Alhasil saya minta duit saya dibalikin. Kejadian itu berlangsung saat saya masih 19 tahun, di Pulo Gadung, pukul sembilan malam dan dikerubutin preman-preman Pulo Gadung!!! Hehehehe....!!!

BG ternyata juga jadi panutan mendiang Om Iwan (Ridwan Pangkey). Almarhum Om Iwan sangat berbakti sama BG walaupun BG hanya sebagai kakak ipar. Sebaliknya, BG sangat bangga luar biasa sama almarhum Om Iwan. Entah apa yang terjadi di antara mereka berdua. Tapi keduanya benar-benar tampak saling 'care'. BG, sampai-sampai minta dengan sangat agar ditunggu saat Om Iwan akan dimakamkan. Kala Om Iwan berpulang Jumat pagi, 28 Desember 2012 lalu pukul 00:37 wib di Jakarta, BG sedang berada di Pati. Pagi-pagi itu, BG langsung berangkat ke Semarang dan terbang dengan pesawat pertama menuju Jakarta. Alhamdulillah, BG bisa tiba di rumah Om Iwan di Pamulang dan memberikan penghormatan terkahir pada sang adik ipar kebanggaannya. Luar biasa indah persahabatan di antara keduanya....

BG & POLITIK
Nah... kalau sudah bicara politik dengan BG, mati gaya-lah kita semua. Beliau itu politicion sejati!!! Mau merah, mau hijau, pokoknya politik! Qiqiqiqi...!!!

BG & KUCING
BG sangat sayang sama kucing. Almarhum Tuan Perry, kucing kami yang lumpuh, semasa hidupnya hanya mau dimandiin sama BG. Kalau sehari tidak dimandiin, almarhum Tuan Perry bisa marah dan gak mau makan. Dan hanya BG yang bisa ngemong almarhum Tuan Perry. Hingga sekarang, semua kucing maunya tidur sama BG. Kalau BG sholat kucing-kucing itu bisa nempel terus dekat BG. Bahkan seekor kucing betina di rumah, melahirkan pun maunya di atas kasur di sebelah BG yang tertidur ! Sakti kaleeee... !!!


BG ANDALAN SAYA
Betapapun galaknya BG dan stressnya saya punya bapak segalak beliau, faktanya, hingga sekarang, BG adalah tetap andalan saya di setiap kondisi. Urusan yang hingga sekarang masih juga saya merepotkan BG adalah perihal tiket kereta. Setiap kali akan mudik ke Tegal, selalulah BG menjadi andalan. Lebaran ga lebaran, tetap BG yang repot dan sibuk mencari tiket kereta untuk saya & suami pulang.

Beli motor, tetap saja, saya menggunakan KTP BG. Urus KTP, BG pula yang buatin, yang tanda tangan, yang nempelin foto, semuanyaaaaa...!!! Wuakakakak...! Ternyata, saya anak Bapak sekaleeee yaaaaaakkkk...? Sebab tanpa saya sadari banyak moment pertama saya, yang saya lalui bersama BG, bukan BS. Bukan berarti Ibu tidak peduli, tapi karena sejak lulus SMA saya di Jakarta dan orang tua di Tegal, maka urusan-urusan saya lebih banyak dibantu BG, yang memang mencari nafkahnya sering ke Jakarta.

Sssssttt... tahu tidak, maaf neh, saat kami kecil, pakaian dalam kami berdua dan baju berenang juga BG yang belikan. Setiap kali BG ke Jakarta, kami sering minta dibelikan oleh-oleh pakaian merek tertentu (yang bagus dan mahal, yang jarang ada di Tegal) juga baju berenang. Alhasil, karena yang beli Bapak, pakaian dalam kita memang bagus-bagus, berwarna pink, berenda dan seksi! Hahahahaha...!!

SUAMI KAMU HARUS ORANG JAWA!
Betapapun keadaan BG dengan segala kekurangannya, saya tidak akan menjadi seperti sekarang ini tanpa didikannya. Satu hal teraneh yang pernah saya dengar dari BG adalah "Kamu tidak boleh menikah dengan selain orang Jawa!"

Saya yakin, beliau tidak bermaksud rasis, namun mungkin ada alasan lain yang membuat beliau meminta saya seperti itu. Padahal detya, suaminya bukan orang Jawaaaaaaaaaaaaa....!!! Wuakakakakak...!!! Asli-lah saya terbengong-bengong dengan permintaannya saat itu, hampir 15 tahun lalu. Saya sempat menjawab tak kalah keras saat itu, "Lah, memangnya ibu orang manaaaaaaa...?" Tahu dunk... ibu saya kan orang Menado getooohhh...! Sementara adik saya, detya yang sudah menikah duluan sejak 2001, suaminya, asliiiii... Aceh bangeeeeettt...!!! Lah kenapa mesti gueeeee...?

Pembicaraan kala itu lebih pada pembicaraan "man to man" atau "Bapak dan anak perempuannya" getooh, ga ada orang lain. Tapi ya begitulah adanya... Akhirnya saya menikah dengan orang Jawa, sesuai permintaan beliau....

BAPAK & ANAK PEREMPUAN
Belakangan ini, banyak pelajaran hidup yang membuat saya sangat terkaget-kaget. Kepergian almarhum Om Iwan, yang notabene seorang Bapak, yang meninggalkan kedua anak gadisnya yang belum lulus kuliah, belum menikah serta seorang anak lelaki yang masih 14 tahun, seperti sebuah tamparan keras buat saya tentang hidup. Menyusul kepergian bapak mertua, kurang dari sebulan kemudian, semakin membuat saya 'bingung'....

Saya bersyukur masih memiliki Bapak. Harusnya saya lebih banyak berbakti pada Bapak, walaupun beliau galak banget...!!! Belakangan saya pernah ngomelin Bapak kalau bawa mobil. Sebab karena faktor usia, mungkin BG tak secanggih dulu kalau nyupir, alhasil Si Jeruk peyot-peyot kesruduk bempernya. Padahal itu Si Jeruk, mobil-mobil BG-lah...! Saya cuman urun dikit banget tuh belinya. Hehehehe... Tapi untuk kebaikan, sekarang saya tidak pernah mengijinkan BG nyupir selagi ada saya....

Saya menyesal, tidak bisa memberangkatkan haji kedua orang tua, BG dan BS, karena keduanya sudah berhaji dengan biaya sendiri. Padahal cita-cita setiap anak tentu memberangkatkan haji kedua orangtuanya. Sepenggal kisah lucu saat beliau berdua berangkat haji, beliau berpesan, "Bapak sama Ibu mau berangkat haji. Bapak & Ibu ga' punya harta apa-apa yang perlu dititipkan. Itu rumah Tegal surat-suratnya lengkap dan tidak ada masalah, selebihnya Bapak & Ibu ga' punya apa-apa..." Moment yang harusnya gimanaaa getooh, alhasil jadi lucu. Hehehehe...

Saya menemukan beberapa hadits menarik tentang urusan bapak dan anak...

Keridhoan Allah tergantung kepada keridhoan kedua orang tua dan murka Allah pun terletak pada murka kedua orang tua. (HR. Al Hakim)

Seorang datang kepada Nabi SAW. Dia mengemukan hasratnya untuk ikut berjihad. Nabi SAW bertanya kepadanya, "Apakah kamu masih mempunyai kedua orang tua?" Orang itu menjawab, "Masih". Lalu Nabi SAW bersabda, "Untuk kepentingan merekalah kamu berjihad". (Mutafaq'alaih)

Barang siapa berhaji untuk kedua orangtuanya atau melunasi hutang-hutangnya maka dia akan dibangkitkan Allah pada hari kiamat dari golongan orang-orang yang mengamalkan kebajikan. (HR. Ath-Thabrani dan Ad-Daar Quthni)

"Salah satu kenikmatan Allah atas seorang ialah dijadikan anaknya mirip dengan ayahnya (dalam kebaikan)." (HR. ATh-Thahawi)

Rasulullah SAW pernah berkata kepada seseoorang, "Kamu dan hartamu adalah milik ayahnmu" (Asy-Syafi'i dan Abu Dawud)

"Barang siapa mempunyai dua anak perempuan dan diasuh dengan baik maka mereka akan menyebabkannya masuk surga.." (HR. Bukhari).

PASTINYA
Pastinya, kedua orangtua saya ridho banget sama saya, sehingga hidup saya alhamdulillah nikmat luar biasa seperti sekarang ini....
Sebelah mana dari diri saya yang gak mirip BG cobaaa... ? Galaknya, pasti! Nyupirnya, pasti! Itemnya, apalagiiiii...!!! Kwkwkwkwk... Alhamdulillah...!
Seandainya, aku bisa berjihad, menghajikan, melunaskan hutang orang tua, sbuhanallah senangnya. Tapi kenyatannya... aku ngerepotin BG muluuuuu...?

Di sudut hatinya, bisa jadi BG tobat-tobat mendidik anak perempuan macam saya. Logika saya menghitung, memiliki anak perempuan jauh lebih berat ketimbang memiliki anak perempuan. Tapi, walaupun kami bukan berasal dari keluarga santri, setidaknya, BG dan BS sudah mendidik saya ilmu agama sejak saya kecil, masih SD hingga SMA. Sejak sebelum maghrib hingga pukul sembilan malam, seminggu sekali setiap malam jumat. Memanggilkan guru mengaji ke rumah seminggu dua kali saat saya SMA.

Rupanya banyak sekali cerita tentang BG dan saya. Semoga BS tidak baca tulisan ini. Bisa-bisa nangis bombay dia melihat catatan-catatan yang tidak pernah saya bagi ini. Hihihihi... Pokoknya, Selamat Ulang Taoooon ya BG...!!! Semoga BG selalu sehat, banyak rezeki dan mendapatkan umur yang barokah. Aamiin....