Wednesday 22 September 2010

Belum lama, saya terkaget-kaget saat memenuhi undangan interview untuk sebuah posisi PR Manager di sebuah perusahaan bergengsi, saya berhadapan dengan seorang mantan menteri ! Saya nyaris tidak bisa ngomong karena kagetnya.

Pasalnya, sesungguhnya saya tidak pernah melamar posisi tersebut. Saya memang tahu perusahaan itu tengah mencari PR Manager. Namun karena satu dan lain hal, saya tidak mengacuhkan iklan itu dan tidak berniat melamarnya. Suatu ketika sebuah surat elektronik saya terima yang isinya meminta saya mengirimkan CV saya lengkap ke perusahaan tersebut. Tanpa target apa-apa, saya pun mengirimkan CV seperti yang mereka minta.

Kurang dari seminggu saya pun diundang wawancara hingga bertemu dengan sang mantan Menteri Ristek itu. Saya sempat memastikan apakah beliau adalah menteri yang sering saya saksikan di tv ? Ternyata memang beliaulah orangnya. Maka wawancara pun mengalir hangat dilanjutkan dengan diskusi yang menarik. Tantangannya hanya satu, soal riset. Padahal, itu menjadi minat saya sekali, walaupun bisa jadi saya tidak pandai soal itu. Tapi saya sungguh menikmati pekerjaan riset dan analisis. Maka hasilnya pun, beliau tertarik dengan kemampuan saya.

Bila kini saya tidak mengambil kesempatan itu, semata-mata karena saya memang harus rasional. Bukan lagi menjadi Harimau yang menjadi impian saya, menjadi semut pun ternyata tidak mengurangi kenikmatan yang saya peroleh selama ini. Jadi tanpa mengurangi rasa hormat, saya pun melepas kesempatan yang sangat baik ini. Dan pengalaman ini sungguh sangat indah, merasakan diri ini ternyata berguna dan dihargai secara pantas, tidak berlebihan apa adanya .... 

APA KATA DUNIA

Pagi ini, seorang sahabat, petugas pengamanan, memanggil dari kejauhan dengan penuh niat dari balik pagar. Sejurus kemudian sahabat ini berkisah bahwa saya diadukan oleh seorang sekretaris direksi yang merasa dirinya senior, gara-gara parkir ! Singkat kata, saya dianggap menggunakan lahan parkir yang khusus diperuntukkan bagi pejabat saja, termasuk posisi sekretaris direksi. Secara, saya bukan pejabat maka saya pun dianggap melanggar olehnya (sang sekretaris) sehingga dilaporkan kepada pejabat tinggi yang berwenang.

Padahal, kenyataannya saya hanya numpang parkir sejenak untuk menurunkan barang karena dekat dengan ruang kerja saya. Menjelang setengah delapan dan sebelum area parkir itu ditutup rapat, saya sudah megeluarkan kendaraan dari area tersebut dan memarkirkan si jeruk, mobil mungil kesayangannya saya, tak jauh dari kendaraan sang sekretaris di lahan parkir depan yang bebas bagi saipa saja. Setiap hari, setiap pagi. Itu menjadi ritual yang sama-sama kami lakukan dan kami bisa saling lihat setiap hari, setiap pagi, sama-sama mengantri lahan parkir depan dan mermarkirkan kendaraan di area yang sama.

Maka para sahabat saya ini pun terpaksa menerima tegur dari sang pejabat berwenang sehubungan dengan 'pelanggaran' yang saya lakukan. Mereka pun memastikan kepada atasannya bahwa saya tidak pernah memarkirkan kendaraan di area itu kecuali menumpang beberapa saat sambil menunggu lahar parkir di depan dibuka. Sahabat pengamanan yang lain yang lebih senior pun tak kalah kecewa dan menyarankan saya untuk menegur sang sekretaris karena aduannya yang tidak benar. Saya pun menjawab, untuk apa sih bersitegang ngurusi hal seperti ini walaupun sebenarnya sebel juga. Tapi ya sudah, saya memilih untuk melupakannya ....

Lain waktu, jauh hari sebelumnya, saya pun ditegur petugas pengamanan dengan sangat sombong dan keras lantaran parkir di tempat yang sesungguhnya bebas peruntukannya alias bukan untuk pejabat. Begitu saya memindahkan si jeruk, tak lewat dari 10 detik, mobil sang sekretaris yang sama dengan kisah di atas, memarkirkan kendaraannya di sana, dan tak ada persoalan apa-apa. Dan saya, terbengong-bengong menyaksikan kejadian sungguh aneh tapi nyata itu. Ha3x ... ajaib nian hidup ini ....

Kisah yang lain, setahun lalu, saya dipercaya dirut untuk mengatur sebuah perhelatan besar, termasuk mengatur para sekretaris direksi di mana dia ada di dalamnya. Acara berlangsung sukses, semua orang gembira, semua orang puas. Hasil survey kepada seluruh peserta yang jumlahnya nyaris 160 orang, saya terpilih dengan suara terbanyak sebagai petugas yang paling cekatan, dan sebagai petugas yang paling ramah. Tak lama setelah penobatan itu saya menerima pesan singkat dari sekretaris itu juga, dengan makian dan kata-kata yang kasar mempertanyakan penghargaan orang-orang atas kinerja saya dalam menghelat acara. Sementara sekretaris-sekretaris yang lain tak kalah pedas marah-marah melalui telepon saat meninggalkan acara dengan begitu saja tanpa pamit. Karena apa ? Karena mereka merasa mereka adalah pejabat, sementara saya bukan, dan saya mengkoordinir mereka. Dan mereka tidak bisa menerima itu. Apa lacur, semua sikap buruk itu pun terpaksa saya terima dengan lapang dada ....

Pada pertengahan 2008, saya dan beberapa teman yang lain secara personal, mendapat fasilitas kantor, sebuah alat untuk bekerja. Yang menarik, pemberian fasilitas semacam ini sangat jarang terjadi. Jadi, saya dan teman-teman sungguh beruntung dan menyukuri hal ini. Sekitar dua tahun kemudian, atasan saya yang juga memiliki fasilitas alat yang sama, ternyata fasilitas yang dimilikinya itu rusak. Jadilah ia 'menagih' fasilitas milik saya karena mungkin menurutnya saya sudah punya alat yang sama, yang lebih canggih, lebih mahal, milik pribadi. Kalah pamor dan kedudukan, berat hati saya 'kasih pinjam' alat itu. Saya pikir, beliau hanya meminjam beberapa waktu. Ternyata enam bulan telah berlalu ....

Bulan lalu, saya tertimpa musibah dan alat kerja milik pribadi saya raib digondol pencuri, diambil paksa dari kendaraan saya bersama 5 (lima) tas kerja saya yang lain dengan segala isinya. Kini saya tak punya lagi alat kerja. Yang saya heran, atasan saya ini tidak juga punya pengertian, kesadaran untuk mengembalikan fasilitas yang seharusnya menjadi hak saya untuk saya gunakan. Sudah diminta pun tetap tak bergeming. Hingga hari ini ! Saya sampai tidak tahu lagi, di mana perasaan dan rasionya ?

Saya bahkan pernah ditanya oleh seorang pejabat yang lain, seraya melecehkan, "Kamu bisanya apaaaaaaa ?" Ha3x ... rupanya sedemikian bodohnya saya, sehingga saya benar-benar tidak berguna dan tidak memberikan manfaat apa-apa bagi sekitar saya. Jangan-jangan ijasah saya palsu yaaaa ... ?

Saya jadi teringat perjalanan waktu saat saya tengah berjuang untuk berada di sini, saya bertaruh selama hampir satu tahun lamanya. Saya meminta kepada Sang Kuasa seakan saya akan dicabut nyawanya esok pagi ! Saya meminta, meminta, dan terus meminta kesempatan hebat yang saya pikir sangat baik ini, agar saya dapat berada di sini. Bila umat muslim wajib shalat 5 waktu dalam sehari, saya paling sedikit shalat 7 kali dalam sehari selama hampir setahun ! Sampai-sampai saat saya berhasil mendapatkan kesempatan ini tepat 3 hari menjelang hari raya nyaris sepuluh tahun lalu, saya seakan memenangkan lailatul qadar sebelum lebaran datang ! Subhanallah ... sungguh luar biasa nikmatnya ... ! Allah sungguh Maha Pemurah, Maha Pendengar dan Maha mengabulkan, mengijabah doa-doa saya yang sangat penuh alpa ini ....

Kini, setelah saya berada di sini, hingga saat ini, dan begitu banyak ketidakadilan, kezaliman yang saya terima, Subhanallah ... saya tetap bersyukur, karena belum ada satu kesempatan lain pun yang ternyata mampu memberikan kenikmatan sebagaimana yang saya peroleh bertahun-tahun terakhir berada di sini dengan segala perlakuan yang tidak menyenangkannya. Allah pasti punya rencana. Namun sungguh, tetap istiqamah dan sabar adalah sebuah pembelajaran yang tidak mudah ... Semoga Allah mengampuni dosa-dosa saya, dan memuliakan kita semua dengan limpahan karunia dan keridhoanNya, di dunia dan akherat. Amin ....

Sunday 5 September 2010

PENGINGKARAN HAWKING

Kompas, Sabtu, 4 September 2010 mengungkapkan teori baru Stephen Hawking tentang penciptaan jagad raya. Dalam bukunya The Grand Design yang disusunnya bersama ahli fisika asal AS, Leonard Mlodinow, spontanitas dalam terjadinya jagad raya tidak memerlukan pencipta, alias menciptakan dirinya sendiri !!! Astaghfirullahaladzim ... !

Pada 1988 dalam bukunya A Brief History of Time, Hawking menganggap bahwa Big Bang, teori asal usul terjadinya alam semesta yang sangat terkenal itu hanyalah konsekuensi dari hukum gaya berat. Walau kedua teorinya berbeda kesimpulan tentang asal usul jagad raya, intinya tetap sama saja, menurutnya tak ada campur tangan Tuhan dalam kehidupan alam semesta ini ! Masya Allah !

Stephen Hawking, mulai menderita distrofi neuromuskular pada awal 20-an usianya. Kini, di usianya yang 68 tahun penyakit yang dideritanya semakin bertambah parah dan Hawking nyaris lumpuh total. Dalam keterbatasan fisiknya, Hawking bergantung pada synthesizer suara yang membantunya mampu tetap berkomunikasi dan menyampaikan pemikiran-pemikian teorinya yang kontroversial kepada dunia.

Hikmah apa yang dapat dipetik dari teori baru yang dihasilkan Hawking ini ? Entah apa yang terpikir dalam benaknya. Mungkinkah Hawking terlalu sibuk memikirkan dunia sehingga tak ada lagi ruang dalam fikirannya tentang keesaan Allah SWT, Sang Maha Pencipta ?

Kadang menjadi manusia bodoh jauh lebih menyenangkan. Karena, seringkali kebodohanlah yang membuat manusia tidak mampu memahami pemikiran manusia lain dengan teori-teorinya yang 'melampaui' batas pemikiran manusia biasa. Namun sebaliknya, seringkali justru kebodohan itu pulalah yang menjaga manusia atas rasa syukurnya kepada Sang Pencipta. Bahwa kemampuannya dalam berpikir dan membedakannya itu sudah menjadi salah satu bukti nyata kebesaran Allah Sang Pencipta yang patut disyukuri, selain berjuta keajaiban lainnya tentang alam semesta dan kehidupan jagad raya. Lalu apa yang kau pikirkan sesungguhnya Hawking ? Mungkinkah ia menduga bahwa ilmu pengetahuan dan ketauhidan Sang Pencipta tak pernah sejalan ? Wallahualam bisawam.