Saturday 29 December 2012

RIDWAN PANGKEY bin JOHANES PANGKEY

Sekitar libur natal, Desember 2012
Kriiiing... !
Om Iwan : "Assalamualaikum. Saya lagi di Kudus, saya mau ke Pura (dulu tahun 1996-1998 saya kerja di Pura, Kudus)
Saya        : Ngapain Om Iwan ?
Om Iwan  : Iya nih, mau ke Pura... Liburan sama mba shanti & anak2...
Saya        : Ya udah, makan garang asem di warung ijo seberang mesjid kubah ijo, Om Iwan, mantap !
Om Iwan : Ini mau makan ayam goreng grinsing sama sayur asem (kesukaan Om Iwan)...
Saya       : Jangan lupa tambahin kecap ya sayur asemnya ! (Om Iwan makan apa saja selalu tambah kecap manis, termasuk makan sayur asem !). Mau ngapain sih Om Iwan ke Kudus ?
Om Iwan : Mau ke Jepara lihat furnitur
Saya       : Kalau mau ke Jepara perginya hari Kamis, waktunya bayar tukang, jadi harganya murah (Eyang dari bapak kebetulan punya toko furnitur, jadi sering kulak ke Jepara, umumnya di hari Kamis, agar dapat harga murah).
Om Iwan : "Bisane ora ngomong (ngasih tahu), nok ?
Saya       : Laaa... Om Iwan ga bilang sih mau jalan-jalan ke Jepara. Ya wis, met liburan ya, hari-hati. Assalamualaikum.
Om Iwan  : Walaikum salam...

Obrolan yang ga seperti biasanya, datar, dan saya tidak terlalu antusias. Padahal biasanya, saya ngobrol dan becabda sama Om Iwan di telepon, geli mendengar dialek jawa tegalnya yang.... seadanya... :-)


Kamis, 27 Desember 2012, sekitar 16.40 wib
Kriing...
Detya : "Kamu di mana ?"
Saya  : Ini lagi di jalan mau pulang nebeng teman
Detya : Ini Om Iwan ditemuin orang ga sadarkan diri di sekitar Cengkareng, kaca mobilnya samapi dipecah supaya bisa nolongin, sekarang dibawa ke RSUD Cengkareng.
Saya : Innalillahiwainailaihi rojiun... Ya udah, kamu telpon BG (babe galak, bapak saya), jangan kasih tahu ibu dulu (ibu saya sakit darah tinggi dan jantung, khawatir beliau kaget).
Detya : Jangan bilang ibu gimana, ini yang nolongin Om Iwan, Pak Chandra langsung share kondisi Om Iwan di BBM grup Keluarga Pangkey, Ibu langsung tahu...
Saya : terdiam..
Detya : Kamu bisa ke rumah sakit enggak? Aku ga tahu RSUD Cengkareng di mana.
Saya : Iya ini aku sampai rumah langsung ambil mobil jalan ke RSUD Cengkareng...

Maghrib
Kriiiing ...
Detya : Kamu di mana, ini Om Iwan kenapa kondisinya sudah seperti ini (tangisannya meledak)...
Saya : Iya sebentar lagi sampai lagi di jalan. (Badan saya lagsung lemas, sambil nyupir saya terus istighfar dan membaca al fatihah)

Sekitar pukul 21.00 wib, berdua Detya di Meja Kasir UGD RS. Royal Taruma
Saya : Mau mendaftarkan pasien atas nama Ridwan Pangkey. Pasiennya masih on the way dari RSUD Cengkareng. Saya ingin mengurus administrasinya supaya cepat.
Petugas : (Sambil memegang dokumen). Untuk pendaftaran pasien dengan kondisi yang ada, perlu deposito Rp. 70 juta
Saya dan Detya saling bertatapan, bengong....
Saya : Biasanya kalau ada hal seperti ini, yang mengurus Om Iwan (ingat saat Om Iwan merawat Om Yano di RS Eka Hospital dan RSI Tegal, sebagian besar biaya ditanggung Om Iwan)
Kami pun pergi....

Saat kembali ke meja kasir, sang petugas menunjukkan bukti deposito untuk perawata Om Iwan, sudah dibayarkan lunas, entah oleh siapa.....

Jumat, 00:55, di rumah
Kriiiing...
Ibu   : Kamu sudah nyampe rumah ?
Saya : Sudah.
Ibu   : Ibu masih ga percaya, Om Iwan sakit seperti itu... (tangisnya meledak...)
Saya : Ibu, sudah, istighfar. Kasihan Om Iwan, jangan memberatkan. Ibu shalat saja untuk Om Iwan...
Ibu   :  Ya sudah, assalamualaikum..
Saya : Walaikum salam....

Jumat, 00:59 usai menutup telpon
Kriiiiing...
Dessy (teman kerja ibu, menggunakan telpon ibu) : Assalamualaikum, mba,... Om Iwan mba, Om Iwan sudah ga ada .... (di ujung telpon suara tangisan ibu terdegar sangat menyayat dan memilukan menyebut-nyebut nama Om Iwan...
Saya : Innalillahi wainailaihi rojiun. Ya sudah Des, titip ibu, saya mau telpon Dettya...

SYUHADA KELUARGA
Almarhum Om Iwan (Ridwan Pangkey) ditemukan tidak sadarkan diri di balik kemudi, dalam mobilnya, di sebuah persimpangan lampu merah di daerah Cengkareng. Saat ditemukan, Om Iwan sudah menemikan kendaraannya, mematikan mesin dan menyandarkan kursinya.

Posisi kendaraan yang terparkir tidak sempurna membuat Bapak Chandra, seorang hamba Allah SWT terpanggil untuk mendekat. Bersama seorang petugas satpam, keduanya memecahkan jendela kaca mobil, menghubungi polsi dan memberikan pertnolongan kepada Om Iwan.

Bapak Chandra pulalah yang mengendarai sendiri mobil Om Iwan didampingi polisi dan mengantarkannya ke RSUD Cengkareng yang haya berjarak 10 menit dari lokasi kejadian. Pak Chandra juga langsung mengabarkan kepada kami seluruh keluarganya melalui BBM Grup Keluarga Pangkey dan menghubungi nomor-nomor terakhir yang dihubungi Om Iwan.

Om Iwan inssya Allah berpulang dalam keadaan syahid karena tengah berjihad, mencari nafkah untuk keluarga. Beliau dalam perjalanan menemui rekan bisnisnya, yang juga segera datang menyusul ke RSUD Cengkareng mendampingi Om Iwan.

Om Iwan adalah syuhada keluarga, karena beliaulah yang telah merawat adik (Martine Yuniati binti Johanes Pangkey) dan kakaknya (Yan Hadian Pangkey bin Johanes Pangkey) yang telah berpulang karena sakit. Om Iwanlah yang mebiayai sebagian besar biaya perawatan Om Yano selama sakit baik saat di Jakarta maupun di Tegal. Jam berapapun, seberapa besar pun, sesulit apapun kondisinya, Om Iwan selalu siap bertanggung jawab! Bukan hanya Om Iwan, tapi seluruhh keluarga kecilnya, Istri, anak-anak, bahkan adik2 ipar dan meruanya semua mendukung Om Iwan dalam menjalankan tugasnya sebagai orang yang dituakan di keluarga, walaupun beliau adalah anak kelima dari enam bersaudara, bukan yang tertua....

Sesaat sebelum akhir hayatnya, dalam pesan singkat kepada temannya, Om Iwan berkisah, usai menunaikan sohalat duhur berjamak dengan ashar,  khawatir tidak dapat melaksanakan shalat ashar karena terhalang kemacetan di perjalanan....

Tiga bulan sebelumnya, Om Iwan juga tiba-tiba kembali mengaktifkan asuransinya dan membuka asuransi bagi istri dan ketiga anaknya. Om Iwan, sudah menyiapkan semuanya bagi yang ditinggalkan....

Om Iwan berpulang di hari Jumat, 28 Desember 2012. Sebelum kehilangan kesadarannya, Om Iwan sudah menunaikan kewajiban shalat lima waktunya yang terakhir dengan menjamaknya, dhuhur dan ashar, seolah beliau tahu, ia akan segera menghadap Allah SWT saat ashar tiba. Om Iwan berpulang saat tengah bekerja, berjihad untuk keluarganya. Om Iwan semasa hidupnya, sudah merawat kakaknya yang sakit parah, bertahun-tahun, tanpa mengeluh, walaupun mengeluarkan biaya sangat besar, dan mengorbankan segalanya, sementara beliau hidup sederhana.

Om Iwan berpulang, dua hari sepulang liburan bersama seluruh keluarganya ke Jawa Tengah, dan bertemu Ibu, kakaknya, seolah memberi kesempatan Ibu untuk menatap wajah gantengnya untuk yang terakhir kalinya. Bahkan sebelum keberangkatannya, Om Iwan juga mengajak mertua dan saudara-saudara ipar istrinya makan bersama di sebuah restoran di sebuah mall besar di Jakarta Selatan.

Saat pulang dari Jepara dan mampir di Tegal, Om Iwan sudah wanti-wanti kepada ibu agar mengurus peringatan seratus hari almarhum Om Yano yang akan berlangsung pada 6 Januari 2013, sementara tujuh hari Om Iwan akan berlangsung pada 4 Januari 2013. Katanya, Om Iwan akan membuat tenda di depan rumah saat malam tahun baru dengan para tetangga.....

Sungguh tiada sangsi betapa kepergian Om Iwan berakhir dengan khusnul qotimah dan menjadi kehilangan besar bagi kami semua. Sosok penyabar yang pekerja keras serta bertanggung jawab besar, pemersatu kami semua. Selamat jalan Om Iwan, kesedihan ini tidak tergambar,bukan karena perpisahan Om Iwan, namun karena kehilangan amal sholehmu selama ini. Namun Allah SWT inssya Allah telah menyiapkan tempat paling mulia bagimu Om Iwan, atas amal sholeh dan ibadahmu semasa hidup. Selamat beristirahat Om Iwan, mohon maaf lahir dan batin atas segala kesalahan dan kekhilafan selama ini. Inssya Allah, Citra, Shella, Roy dan mba Shanti akan aku perhatikan, sekuat tenaga. Inssya Allah, Aamiin...


Sunday 16 December 2012

SAYANG KUCING

Senin pagi ini menyusuri tol jagorawi, bogor, memasuki km 25 di kejauhan terlihat sesuatu bergerak-gerak di tengah jalur truk.

Saya mengendarai si jeruk dengan gamang sambil tak putus istighfar. Dua hari berturut-turut anak kucing di rumah meninggal, rasanya saya stress sekali dihadapkan pada keputusan sulit pagi ini.

Semula sempat terlintas dalam pikiran untuk terus melaju. Pasalnya saya berada di jalur tengah dengan kecepatan 100 km/jam. Sekelebatan saya melihat sejumlah mobil melintas di atas si anak kucing tanpa berhenti.

Saya putuskan dalam hati untuk menyelamatkannya. Saya lihat di kejauhan anak kucing itu masih hidup. Dosa rasanya membiarkan dia...

Cepat saya berpindah 3 (tiga) jalur ke kiri. Sedan taksi biru baru saja melintasi si anak kucing. Dengan ujung mata saya melihat sebuas bus putih besar mengekor di belakangnya. Sambil istighfar saya menyerobot persis di depan bus dan berhenti melintang di depannya. Saya pasrah, andai Si Jeruk kesayanganku satu2nya tersundul hidung bus.

Saat Si Jeruk berhenti saya melirik kaca spion, si bus tampak berhenti nyaris beberapa cm dengan Si Jeruk. Klakson pak supir & mobil lain tidak lagi saya hiraukan.

Secepat kilat saya buka seat belt & central lock, membuka pintu, dan saya berlari menghampiri anak kucing yg terdiam kebingungan dengan tubuh mungilnya merunduk merayap di aspal.

Sebelum masuk ke dalam kabin Si Jeruk, saya sempat menunjukan & mengangkat tubuh si anak kucing ke atas agar terlihat supir bus. Ia pun tidak lagi membunyikan klaksonnya.

Si anak kucing saya letakan di kaki kursi kiri depan. Tak terdengar sedikitpun suaranya. Sambil berkendara saya pungut & saya letakan di pangkuan. "Are you okay, pus?" saya bertanya. Tentu, si pus tetap terdiam.

Saya meraba tubuhnya, dadanya, terasa sekali degupan jantungnya cepat luar biasa. Kami berdua sama2 stres. Tak lama memasuki cibubur yang macet, si anak kucing pun tertidur lelap. Alhamdulillah....

Memasuki km 57 tol karawang timur, si anak kucing bangun dan mulai mengajak bermain. Ya Allah, makhluk sekecil& selemah ini, kenapa harus dibuang di jalanan...?

Tak suka binatang, tak apa. Tapi tolong janganlah nenyiksa binatang. Kasihan....

Sesungguhnya aku berharap rasa sayangku terhadap kucing2 & semua makhluk hidup lainnya, tumbuhan ataupun hewan, dapat menjadi amalanku yang menjadi syafaat saat aku mati nanti.

Karena Allah SWT sudah begitu sayang sama aku. Maka sayang aku sama kucing2 yang dibuang di jalanan bahkan yg kehujanan terbuang pukul 03:00 pagi buta itu tidak seberapa divanding nikmat yang Allah SWT beri untukku, kedua orang tuaku, adiku & seluruh keluarga serta kita semua.

Maka cuma menyayangi kucing saja, itu sungguh mudah...