Monday 2 April 2012

Ke karawang, 2 April 2012

Setelah hampir setahun ini tiap hari pp bintaro-karawang & selalu berangkatnya duduk di depan, hari ini, penderitaan itu semakin menyiksa. Efektif mulai hari ini, aku terpaksa, dipaksa (whatever) duduk di barisan 4 dari belakang. Bayangkan saja, kapasitas bus ekonomi non AC itu 55 kursi lebih. Sementara aku duduk di belakang kanan, kursi bertiga, di tengah pula...!

Ceritanya, selama ini aku bisa duduk di depan krn ada satu kursi paling depan yang kosong karena ada seorang pegawai yang hanya memanfaatkan kursi itu saat pulang. Terus terang, aku bukan penumpang bus tersebut yang bergabung sejak awal saat bus itu disewa. Tapi, begitu aku bergabung bus itu Mei tahun lalu, aku relatif lebih sering duduk di kursi terdepan itu, pagi dan sore. Demikian plah itu definisi "langganan". Sebelumnya memang aku dijatahi kursi yang kududuki kini. Tapi karena aku tukang mabok, dan ada satu kursi kosong di depan, maka aku pun memilih kursi yang kosong itu.

Namun karena aku "baru" bekerja sepuluh tahun, maka sang pengurus bus mengabaikan hak aku sebagai penumpang langganan. Tepatnya, sang pengurus bus tidak tahan kupingnya mendengar omelan penumpang yang biasa duduk di kursi terdepan itu saat pulang. Pendek kata, aku dipaksa mengalah!

Parahnya, efektif per bulan ini pengurus bus bikin peraturan baru. Penumpang harus langganan yg jelas. Alhasil, penumpang yang tadinya hanya menumpang saat pulang saja, harus pula berangkat dengan menumpang bus yang sama. Begitupun srbaliknya. Anehnya, aku yang notabene sudah jadi penumpang langganan pp tidak mendapat prioritas untuk duduk di kursi depan yg selama ini aku duduki. Bila pulang pergi mabok, tentu urusannya jadi tidak sederhana....

MABOK

Bukannya tidak mau duduk di belakang. Pasalnya sudah sejak kecil aku nih tukang mabok perjalanan. Itulah sebabnya aku jarang sekali berkendaraan darat, apalagi bepergian dengan kendaraan umum. Aku, lebih memilih naik kereta api ke mana pun pergi. Bepergiaan dengan pesawat pun aku tak suka. Tapi itu tidak seberapa buruk dibandingkan berkendaraan umum.

Kalau berkendara mobil atau angkutan umum, biasanya tak lebih dari 1 jam. Itu pun, duduknya harus di depan, setidaknya memberikan ruang untuk memandang ke jalan. Naik bus & angkot berjam-jam, duduk di belakang, tanpa AC, benar-benar bukan sebuah pilihan. Naik taksi saja aku mabok. Apalagi banyak pengendara taksi yang cara berkendaranya tak ubahnya supir angkot, ndut-ndutan saat mengerem, sehingga membuat mual & pysing kepala.

NO BODY IS PERFECT

Orang boleh menyarankan banyak hal. Tapi 40 tahun hidup & selalu mabok kecuali kalau nyupir sendiri, rasanya ini menjadi sebuah hal, fakta, yg harus aku terima sebagai sebuah kekurangan yang bisa jadi tak berarti apa2 bagi orang lain.

Itulah sebabnya, aku gak pernah mudik naik mobil pribadi apalagi menumpang bus. Aku selalu mudik dengan kereta. Aman, nyaman, 'murah'. Setidaknya aku gak mengalami mabok darat bila berkendara dengan kereta. Itulah upaya yang selama ini aku lakukan untuk menyiasati kebiasaan mabok berkendara.

Tapi kalau perkaranya sudah seperti ini, ngantornya tiap hari ke karawang, moda transportasi yang tersedia hanya bus ekonomi tak berpendingin udara, maka urusaannya jadi beda. Ibarat pepatah, "dimakan mati emak, tak dimakan mati bapak". Dengan kata lain "berhenti kerja salah, tak berhenti kerja juga salah". (ppppfffhh... utang KPR akyu kapan lunas sih yaaa..?)

IKHTIAR TERAKHIR

Sepuluh tahun lebih bekerja di sebuah BUMN yang sangat strategis & vital, bisa jadi banyak orang sangat menginginkan bekerja di sini. Umumnya instansi pemerintah, beban kerja di sini relatif tidak padat, sangat longgar malah. Setiap tahunnya, rata-rata menerima 20x gaji. Pegawai perempuan pun mendapat fasilitas kesehatan anak-anaknya maksimal hingga 3 orang hingga 25 tahun atau belum menikah.

Di sini juga ada koperasi yang setidaknya setiap 4 tahun sekali memberikan fasilitas pinjaman lunak hingga 5-10x gaji. Dulu, setiap tahun pegawai selalu mendapatkan pembagian seragam. Setiap dua tahun selalu mendapatkan pembagian baju training & sepatu olah raga, juga pakaian kerja pendukung seperti overcoat, safety shoe, korset safety, dll. Pegawai juga berhak cuti di luar tanggungan perusahan (cdtp), contohnya bila pegawai perempuan ikut dinas suami ke luar kota/negeri. Perusahaan juga menyediakan biaya haji berpasangan bila lulus menjalani seleksi.

Bagi mereka yang berpangkat, perusahaan menyediakan rumah dinas lengkap dengan bayaran listrik & air gratis! Di koperasi juga, pegawai bisa berbelanja berbagai kebutuhan dengan cara mencicil. Bila pensiun pegawai memperoleh pesangon 32x gaji (nantinya sesuai uu naker besarnya meningkat menjafi 120x gaji). Selain itu, tiap bulan para pensiun masi menetima uang pensiun bulanan & tunjangan kesehatan. Aduransi, padti... Bingkisan sembako hadiah lebaran, juga selalu diberikan. Dan masih banyak... 'keuntungan' yang lain.

FAKTA

Tapi, bila aku, perempuan, harus menempuh perjalanan 200 km, bintaro-karawang, sedikitnya 4 jam pp, plus 2 jam persiapan sejak sebelum subuh, itu artinya, tubuh aku ini terkuras tenaganya secara fisik 14 jam, setiap hari! Bagi aku kondisi ini rasanya sudah tidak rasional lagi. Aku merasa sangat diperbudak dengan semua ini....

Ajaibnya, begitu rasionalnya aku memikirkan ketidakrasionalan ini, dan begitu kerasnya ikhtiar usahaku berhijrah dengan melamar & wawancara kerja ke sana ke mari, tapi kenyataannya Allah SWT masih menghendaki aku ada di sini....

Sesungguhnya apa yang manusia pikir buruk baginya, bisa jadi itu baik baginya. Sebaliknya sesungguhnya apa yang manusia pikir itu baik bagi dirinya, bisa jadi itu buruk baginya. Karena Allah SWT - lah yang Maha Mengetahui segala sesuatu dan Dialah yang paling mengetahui hal yang terbaik bagi umatnya.

Tugasku sekarang hanya ikhlas, bersabar, dan menunggu. Karena sesungguhnya pertolongan Allah SWT itu sangat dekat, bahkan lebih dekat dari urat nadimu....

Subhanallaahh...

Published with Blogger-droid v2.0.4