Monday 27 December 2010

BEDA GELOMBANG

SETELAH SEMBILAN TAHUN
Belum lama ini saya berkesempatan mengikuti assesment bersama ratusan pegawai lainnya di lingkungan perusahaan. Alasannya bukan untuk promosi, tapi untuk pemetaan pegawai katanya. Ah, tidak seberapa penting juga sih alasannya buat saya. Hahahaha, sebagai penggembira saya mah ikut saja, selagi gaji saya tidak dipotong, apapun alasannya, yuuuuk mariiii ... ya gaaaak ?

Nah, yang menarik ternyata bukan soal asssesment yang baru pertama kali saya ikuti setelah hampir sepuluh tahun bekerja, tapi ternyata saya jadi teringat tes-tes serupa yang pernah saya jalani selama ini. Tanpa saya sadari, ternyata saya telah bekerja secara formal, normatif memang hampir lima belas tahun. Namun secara informal, saya sudah bekerja sejak usia lima belas tahun saat menjadi penyiar radio semasa SMA di kampung dulu selama 3 (tiga) tahun berturut-turut.

Selama hampir lima belas tahun bekerja, setidaknya saya pernah mengikuti assesment dan wawancara di sejumlah perusahaan, antara lain :
  1. PT. Pura Barutama, Kudus, Jawa Tengah, Desk Publishing, Executive Secretary to VP
  2. Henkel Pharmaceutical, Semarang, Jawa Tengah, Public Relations
  3. Ciputra Mall, Semarang, Jawa Tengah, Public Relations
  4. Departemen Luar Negeri, Yogyakarta & Jakarta, Caraka Muda
  5. PT. DAI NIPPON, Jakarta, Rotogravure Manager
  6. PT. Royal BodyCare Indonesia, Jakarta, Corporate Secretary
  7. PT. Indonesia Power, Jakarta, Public Relations
  8. PT. HM. Sampoerna, Jakarta, Media Relations Specialist
  9. Universitas Pelita Harapan, Karawaci, Tangerang
  10. PT. Pertamina, Jakarta, Media Relations Manager
  11. Chevron Indonesia, Jakarta, Public Relations
  12. IMIDAP, UNDP, Media Relations Specialist
  13. Perusahaan Minning, Government Relations, Jakarta
  14. Universitas Bakrie, Jakarta, Communication Lecturer
  15. President University, Jakarta, Public Relations Manager
  16. PT. Mitra-TELKOM Indonesia, Jakarta
  17. ,Corporate Communication
  18. Universitas Pembangunan Jaya, Communication Lecturer
  19. Swiss German University, Jakarta, Communication Lecturer
  20. dll.
Sepertinya masih banyak lagi undangan assestment dan wawancara yang pernah saya lakoni. Beberapa di antaranya saya menangkan, walaupun belum tentu juga saya ambil pekerjaan itu. Banyak pula di antaranya yang saya gagal karena berbagai alasan, bisa jadi karena saya memang tidak memenuhi kualifikasi, ada pula yang kesepakatan tidak tercapai, dan berbagai alasan lainnya.

Saya menikmati semua pengalaman tes assestment maupun wawancara yang pernah saya jalani. Pada saat-saat seperti itu saya bisa bertemu dengan banyak orang hebat yang berhasil dan membuat saya terkagum-kagum. Saya juga berkesempatan melakukan obeservasi singkat saat memenuhi undangan assestment maupun wawancara di berbagai perusahaan besar itu mengenai orang-orang yang bekerja di sana, petugas pengamanannya, hingga iklim juga kebersihan toiletnya. Sebagai seorang praktisi humas, saya terbiasa memperhatikan banyak hal seperti itu.

YANG PERTAMA SELALU INDAH LUAR BIASA
Pengalaman assesment saya yang pertama adalah tahun 1996, di sebuah kota kecil di Jawa Tengah. PT. Pura Barutama, demikian nama perusahaan itu, memang berada di kota kecil, Kudus, sekitar 72 km ke arah timur dari Semarang. Walaupun berada di kota kecil, namun perusahaan yang saya lamar itu ternyata bukan perusahaan main-main yang kecil keberadaannya. Saat itu saja, perusahaan itu sudah memiliki pegawai sekitar 8.500 orang. Bila satu orang pegawai menghidupi 4 orang dalam sebuah keluarga, itu artinya perusahaan itu sudah menghidupi nyaris 25.000 orang ! Luar biasa bukan ?

Yang sangat menarik saat saya memperoleh pekerjaan di sana, saya mendapatkannya saat saya berulang tahun ke 23 ! Hahahaha, saya serasa dapat hadiah ulang tahun paling asik deh, dapat pekerjaan formal yang pertama hanya berselang 3 (tiga) bulan setelah saya lulus wisuda sarjana S-1 ! Yang tak kalah lucu, saat melamar sesungguhnya saya melamar posisi Desk Publishing. Namun saat proses tes berlangsung, seorang sekretaris senior justru menawarkan saya sebagai sekretaris direktur ! Namanya juga baru pertama kali, menanggapi tawaran itu saya enteng saja. Ya silakan saja, karena merekalah yang lebih tahu bagaimana hasil tes saya. Bila berdasarkan hasil tes itu kemampuan saya dianggap memenuhi syarat, saya tidak keberatan mencoba. Maka, saya pun diterima sebagai sekretaris direktur pemasaran ! Alhamdulillah !

Nah, giliran mulai bekerja pun tak kalah menggelikan. Saat saya masuk bekerja hari pertama, bos saya pun tak ada ! Padahal, saya ini bekerja sebagai Sekretaris Direktur Pemasaran. Rupanya beliau sedang melakukan business trip ke China sebulan lebih lamanya ! Hahahahaha !

Saya bekerja di Kudus dua setengah tahun lamanya. Bos saya itu masih 33 tahun saat saya bekerja untuknya yang masih bau kencur 23 tahun. Beliaulah yang telah banyak berjasa membuat kemampuan Bahasa Inggris saya menjadi lebih baik. Walaupun saya in charge sebagai Secretary to Director, tapi beliau mendelegasikan pekerjaan melampaui itu, sesuai kemampuan dan kompetensi saya sebagai seorang public relations.

Setiap kali dia business trip, beliau selalu meinggalkan saya dengan pekerjaan merenovasi ruang kerja seluruh divisi, training seluruh lini produksi, hingga turun ke pabrik mem-follow-up problem teknis di lapangan dan berkoordinasi dengan beliau yang berada di China ! Saya bahkan diserahi urusan pabx, mengurus SIM internasional, dan menyambungkan pembicaraan long distance Presdir di Guest House Kudus dengan beliau di China, sementara saya bekerja dari meja kerja head office !

Selama bekerja di Kudus itulah saya berkesempatan berkenalan dengan Mr. Sadoon, Duta Besar Irak untuk Indonesia bersama ibu dan putrinya. Hingga saya pindah ke Jakarta pun, saya masih sesekali menelepon Mrs. Sadoon dan bercengkerama melalui telepon. Mengurus VVIP - tamu perusahaan hingga karpet merah di bawah tangga pesawat di airport Semarang, Jogja maupun Solo adalah hal biasa yang saya lakukan saat itu. Walau harus bangun pagi buta dan sudah meluncur Kudus-Semarang jam 4 subuh, saya senang-senang saja tuh !

Suatu ketika saat melakukan psikotes menggambar, seorang psikolog mengomentari gambar saya, bahwa saya punya masa lalu yang indah soal pekerjaan, ya itulah, kebersamaan saya bersama teman-teman di Divisi Luar negeri selama bekerja di Kudus yang membuat saya sangat happy ! Maka saat kemarin siang tiba-tiba mantan Direktur saya itu menghubungi saya melalui telepon yang ternyata salah sambung, maka kami pun langsung ledek-ledekan dan mengobrol panjang lebar ! Senangnyaaaa ... ! Saya mengakhiri karir saya di Kudus pada Juli 1998 sebagai Secretary to Vice President yang notabene adalah putra pemilik perusahaan ....

YANG TERSULIT, YANG PALING BERKESAN
Assestment yang paling berkesan bagi saya adalah saat mengikuti tes di Departemen Luar Negeri pada tahun 1997. Tes yang diselenggarakan oleh Deparlu itu adalah tes paling sulit, paling menantang dan paling komplit yang pernah saya ikuti, tapi sekaligus paling saya suka !

Saat itu saya melamar sebagai Caraka Muda. Karena domisili saya di Kudus dan rumah di Tegal, maka saat diundang mengikuti tes tertulis tahap pertama, saya diminta hadir di Balairung Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Selama 2 (dua) hari tes tahap pertama itu, pada hari pertama di pagi hari kami ratusan peserta tes harus mengerjakan 5 (lima) soal esai, dari 6 (enam) soal yang tersedia. Kesemua soal itu berkaitan dengan kondisi politik Indonesia saat itu, sungguh saat menarik !

Beberapa soal yang saya ingat adalah mengenai pengertian politik bebas aktif, kasus Sipadan & Ligitan, kasus uskup Belo, kasus pemberian nobel perdamaian kepada Rammos Horta, serta perihal globalisasi dan transparansi. Siangnya, kami kembali disodori sejumlah pertanyaan dan diminta memilih 5 (lima) untuk dijawab dalam Bahasa Inggris. Tema pertanyaan pun masih seputar tentang perkembangan politik nasional saat itu.
Saya ingat betul, sekembalinya saya dari tes, saya langsung menulis ulang semua pertanyaan tes itu berikut jawabannya kurang lebih persis sama seperti yang saya kerjakan saat tes. Saya yakin, tanpa wawasan yang luas mengenai perkembangan negara dan situasi politik pada saat itu yang menjelang pemilu, mustahil para peserta tes dapat menjawab pertanyaa-pertanyaan itu dengan baik dan memuaskan.

Tentu bukan sebuah kebetulan, bila sejak kecil saya memang hobi membaca surat kabar dan majalah berita. Sejak SD, saya suka mencuri-curi membaca Harian Kompas langganan milik Bapak di bawah pintu rumah dan membukanya perlahan-lahan agar tidak kusut. Dan kebiasaan membaca Harian Kompas itu masih saya tekuni hingga kini. Saat saya bekerja di Kudus dan tengah mengikuti tes Deparlu itu, saya pun sudah berlangganan Harian Kompas, mingguan Gatra dan Tempo ! Sampai-sampai, petugas lopernya berkomentar aneh, karena perempuan muda, 23 tahun macam saya, kok langganan bacaannya media gituan. Hahahaha, tapi terbukti media tersebut sangat bermanfaat dan membantu saya melampaui setiap tes di Deparlu itu.

Pada hari berikutnya, kami diminta membuat konsep tulisan seandainya kami menjadi Diplomat RI, maka konsep diplomasi macam apa yang kami miliki untuk diterapkan dalam kebijakan politik luar negeri RI. Semua penjelasan itu harus dituangkan lagi-lagi dalam Bahasa Inggris sedikitnya 600 kata (kalau tidak salah).

Tak lama setelah itu, saya mendapat panggilan wawancara bersama 5 (lima) orang pejabat Deplu, katanya mereka itu Diplomat. Pada kesempatan itu, kami diminta mempresentasikan konsep yang telah kami tulis pada tes tahap pertama lalu. Setelah itu mereka mengajukan berbagai pertanyaan mengenai konsep tersebut, dan semua proses itu berlangsung dalam Bahasa Inggris. Wuiiih ... !

Pada tes tahap dua ini, terasa sekali atmosfer persaingan yang sengit. Namun yang menarik, hampir sebagian besar di antara kami membawa kliping koran maupun majalah mengenai perkembangan politik RI saat itu. Sambil menunggu giliran kami semua membaca bekal kliping masing-masing dan ada pula yang berdiskusi. Untung saya sudah banyak membaca melalui majalah dan surat kabar langganan, jadi saya memilih mengobrol dan berdiskusi dengan sesama peserta tes lainnya. Namun berdikusi di antara orang-orang pintar itu ternyata sungguh inspiring dan menyenangkan loh !

Pada bulan Mei 1997 saya mendapat panggilan lagi mengikuti psikotes di LPT (Lembaga Psikologi Terapan) Universitas Indonesia. Dari wilayah Jawa Tengah dan DIY tersisa 9 (sembilan) orang dari ribuan peserta, dan salah satunya adalah saya ! Semua peserta dari Jawa Tengah dan DIY adalah lulusan PTN, saya satu-satunya lulusan dari universitas swasta !

Di LPT UI, peserta tes dari seluruh Indonesia tersisa 250 orang. Saya ingat dari Papua ada 2 orang dan dari Manado pun tersisa 1-2 orang juga. Di snilah saya mengikuti psikotes paling lengkap yang sangat luar biasa ! Walaupun tidak berhasil mendapatkan pekerjaan itu, tapi tetap saja pengalaman mengikuti tes di Deparlu membuat saya sangat bangga dan kaya pengalaman !

SAYANG MENERIMA & TAK COCOK HARGA

Dari banyak tes dan wawancara, ada juga beberapa di antaranya yang saya berhasil memenangkannya dan menjual kompetensi saya. Namun, pada akhirnya tidak saya ambil tawaran itu justeru karena hal-hal teknis lainnya. Saya bercita-cita sekali bekerja di organisasi internasional macam UNDP, UNICEF, UNESCO, dll. Suatu ketika setalah melalui wawancara di salah satu badan internasional tersebut, saya pun diberi kabar kalau saya diterima bekerja untuk kontrak 6 (enam) bulan. Namun tak lama kemudian, mereka membatalkan itu, lantaran mereka kasihan karena bila saya menerima tawaran mereka berarti saya harus melepas pekerjaan saya di salah satu BUMN saat itu, yang menurut mereka sayang untuk ditinggalkan. Waduh, bagaimana ini ? La wong sayanya saja ga' ada masalah, tapi mereka justru merasa sayang ....



Di lain kesempatan, saya melihat sebuah Universitas kelas dunia di Indonesia membuka lowongan posisi PR Manager. Berhari-hari, berminggu-minggu saya melihatnya saja sekedar nice to know dan tidak sedikit pun berniat melamarnya karena lokasinya jauh dari rumah. Hingga suatu hari saya menerima surat elektronik dari sebuah perusahaan head hunter (pencari tenaga kerja on line) yang meminta saya mengirimkan CV lengkap saya kepada universitas tersebut. Well, nothing to loose, saya kirim saja CV lengkap saya.

Kurang dari seminggu, saya pun mendapatkan panggilan itu. Seorang mantan Menteri Riset dan Teknologi menunggu saya di mejanya untuk kemudian mengajak saya berbincang mengenai banyak hal. Pembicaraannya mengalir sangat hangat dan menyenangkan. Beliau banyak memuji kompetensi saya dan mengatakan secara terus terang, kriteria saya melampaui targetnya. Sopan betul beliau ya ... ? Hahahahaha ....

Sayangnya, pada saat negosiasi dengan pihak yayasan, kesepakatan tidak berhasil dicapai. Pada prinsipnya saya sangat negotiable, namun saya tetap harus realistis menghadapi hidup. Jadi dengan lapang dada, saya pun tidak berhasil memperoleh pekerjaan itu sebagai PR Manager. Setidaknya, bukan karena saya tidak mampu, tapi karena mereka belum mempunyai kebijakan untuk memberikan reward bagi saya setidaknya sama sebagaimana yang saya peroleh selama ini.

MANFAAT ASSESTMENT
Bagi saya, pengalaman mengikuti berbagai undangan assestment dan wawancara itu memberikan banyak manfaat. Pertama melatih saya dalam berdiplomasi secara personal dan yang lebih penting mengetahui posisi tawar kompetensi kita di luar apa yang kita miliki saat ini.

Begitupun saat assestment lalu sang spikolog mengomentari bahwa saya 'beda gelombang' dengan lingkungan yang saya hadapi saat ini. Ibarat sebuah gelombang adalah am sementara gelombang yang lain adalah fm, tentu tak mungkin bertemu bukan ? Kalau beda frekuensi tentu masih mungkin bergeser untuk menyesuaikan diri, tapi kalau beda gelombang ? Sama halnya setelan listrik, yang satu 220 dan lain 110 maka bisa bikin korslet kan ? Makanya, yang terbaik saat ini mungkin untuk tidak menggunakan gelombang yang saya miliki sambil terus berusaha mendapatkan gelombang lain yang sesuai untuk saya.

Rezeki tidak mungkin salah alamat, itu hal yang selalu saya yakini. Jadi kalaupun belum berhasil sekarang, itu bukan berarti gagal selamanya. Ikhtiar itu wajib hukumnya, dan pada setiap kejadian ada banyak hikmah di dalamnya. Allah SWT tentu telah mengatur agar semua yang terbaik bagi kita selalu tiba pada waktunya yang paling tepat dan sempurna. Inssya Allah, amin ....

Tuesday 21 December 2010

IBUKU

Subuh-subuh, pulang dari rumah sakit pagi tadi tiba-tiba ibu telepon. "Halo, assalamualaikum," kata ibu. "Ada di mana kamu ?" tanyanya. "Di rumah," jawab saya. "Wing, kamu tahu lagu ini ga, 'Kasih ibu, sepanjang masa ...' tahu 'ga ?" tanyanya.

Tahun lalu, saat diminta sebagai pembicara sebuah siaran radio dalam rangka memperingati Hari IBu, ibuku minta saya membuatkan materi dialog yang bertema teknologi dan peran ibu. Pagi ini, ibu meminta saya mendiktekan lagu KASIH IBU untuk meng-up date statusnya di facebook.

Saya pun baru teringat kalau hari ini ternyata HARI IBU. Ya sudah deh, subuh-subuh itu saya mendikte ibu lagu "KASIH IBU". Kasih ibu, kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi, tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia, sementara ibu mencatat di seberang telepon sana. Dari speaker telepon terdengar suara bapak menyanyi lagu itu keras-keras. Ternyata Bapak hafal lagu itu, dan ibu sebel dengar suara nyanyiannya yang kueraasss itu ... wuakakakak !

"Selamat hari ibu ya Bu," kata saya. "Lah, emoh," katanya seperti biasa reaksinya kalau diberi selamat ulang tahun. "Hadiahnya mana ?" tagihnya. Hahahahahaha ... "Selamat hari ibu juga buat si kucing mbok ya, Bu" pinta saya. "Iya deh, tuh kucing mbok lagi nyusuin anak-anaknya, 5 ekor yang baru dilahirkan 3 hari lalu" jawabnya.

Sudah 37 tahun 11 bulan, Stella Emilina binti James Pangkey, itulah nama indah beliau, menjadi ibu saya, dengan segala kekurangan dan kelebihan (berat badan) nya, hahahahaha. Tapi yang pasti, walaupun kadang kala suka judes setengah mati, ibu saya itu memang asli cantik, pinter masak dan fashionable abis ! Ibu, tidak pernah ragu pakai baju yang tabrak warna sekalipun ! Jarang sekali ibu pakai baju yang berwarna kalem, selalu cerah, terang benderang, sehingga semakin menonjolkan kulit putihnya yang seperti susu atau pualam ya ?  Begitupun warna lipstiknya, selalu merah cerah sepedas cabe ! Semasa mudanya, ibu aktif berolah raga, jago voli, tenis sekaligus merias penganten tradisional dan berorganisasi. Namun bakat berdandan itu tak menurun sedikit juga pada kami anak-anaknya. Kasihan deh luuuu ... (gue gitu maksudnya).

Ibuku itu, 'pemain sinetron', cepat sekali mewek, dan membuat setiap acara keluarga mengharu biru dengan tangisannya. Karena kepiawaiannya dalam menangis itu, kami anak-anaknya sering dikomplain saudara2 lantaran tangisan ibu membuat seluruh keluarga jadi ikut menangis ! Wuakakakak ... ! Kegemarannya membuat kue kering setiap kali ramadhan sejak saya kecil dulu, seringkali membuat saya sebeeeeeeell, karena saya dipaksa membantunya dari bedug subuh sampai seharian mencetak kue-kue itu dengan tangan ! Sekarang, karena saya tidak lagi tinggal di rumah ibu, di setiap lebaran saya dengan manja selalu saja minta jatah kastengel dan nastar buatannya yang dasyat !

Ibuku yang berdarah Manado itu, kalau mau masak bubur tinutuan, bubur khas Manado, justeru telepon ke saya bertanya resepnya ! Gubraaaaakkkk ! Saat ini, ibuku menjadi satu-satunya anggota dewan perwakilan rakyat daerah perempuan paling senior (tertua) di Kota Tegal, di antara para anggota dewan lainnya yang usianya lebih muda dari saya.

Semoga di hari ibu ini, ibu semakin mendapat kemuliaan Allah SWT, tetap terjaga kecantikannya, tetap luar biasa kekuatan dan ketabahannya, ketegarannya dalam mendapingi bapak dan kami anak-anaknya. Semoga Allah senantiasa mencintai beliau karena amalan dan ibadahnya yang luar biasa. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kesehatan, rezeki dan kemudahan di segala urusan beliau karena keikhlasannya mengurus dan mempermudah segala urusan kami anak-anaknya, selama ini. Semoga doa-doanya yang khusuk, senantiasa menjaga kami dan mengantarkan kami anak-anaknya ke kehidupan yang senantiasa diridhoi Allah SWT, karena keridhoannya. Sebagaimana sabda rasul kepada para sahabatnya yang bertanya tentang manusia yang layak dihormati dengan sangat di muka bumi ini,"... maka itu adalah ibumu, ibumu, ibumu, baru bapakmu ..."

Tuesday 23 November 2010

INSIDEN JABAT TANGAN SANG MENTERI DAN FIRST LADY

Kunjungan Presiden Amerika Serikat, Barrack Hussein Obama ke Indonesia pada 9-10 November 2010 lalu rupanya menyisakan sebuah peristiwa menarik. Pasalnya, Menkominfo Tifatul Sembiring kedapatan berjabat tangan dengan first lady, ibu negara AS, Michele Obama. Keruan saja, peristiwa langka ini pun menjadi kontroversi di media massa nasional bahkan pemberitaan di negara paman sam pun ramai-ramai menjadikannya berita utama .....

Tifatul Sembiring, Sang Menkominfo seperti yang diketahui masyarakat luas adalah salah satu menteri kabinet pembangunan bersatu jilid 2 yang berasal dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Bukan pula sebuah rahasia, bahwa Sang Menteri, dengan keyakinanannya sebagai pemeluk Islam adalah sosok yang tidak biasa berjabat tangan dengan kaum hawa. Kebiasaan ini bukan merupakan kebiasan aneh yang dipilih orang Sang Menteri saja. Banyak pemeluk agama Islam lainnya di Indonesia ini, baik perempuan maupun pria yang juga menghindari berjabat tangan atau bersentuhan dengan lawan jenis demi menjaga kehormatan masing-masing pihak.

Nah, hal inilah yang kemudian menjadi sebuah 'insiden' kecil dan menuai banyak perdebatan. Jabat tangan kontroversial itu terjadi saat Sang Presiden AS beserta ibu tengah melakukan kunjungan ke Istana Negara dan menerima sambutan secara protokoler Presiden RI dan ibu beserta para menterinya tanpa terkecuali Menkominfo. Caranya, ya jabat tangan itu tadi !

Kisahnya bermula saat Sang First Lady tiba di hadapannya, Sang Menteri tertangkap kamera terkesan menyambut uluran tangan Sang First Lady secara serta merta. Tidak hanya itu, memang dalam rekaman gambar terlihat bahwa Sang Menteri bahkan menggenggam erat tangan sang First Lady dengan kedua tangannya dengan penuh antusias. Gambar boleh bicara begitu, tapi keyakinan dan suasana hati yang sebenarnya belum tentu sama dengan yang terlihat di gambar.

PILIHAN KEYAKINAN ADALAH PRIVASI
Suatu ketika beberapa tahun lalu saya sempat membaca profil seorang pejabat bank sentral yang dimuat dalam sebuah media massa. Ia seorang perempuan, setengah baya dan berkerudung dengan jabatan cukup tinggi. Kebiasaannya antara lain adalah melaksanakan shalat dhuha segera setibanya beliau di kantor. Untuk itu, beliau selalu mempersiapkan dirinya untuk shalat dhuha sejak berangkat dari rumah dan menjaga wudhunya hingga tiba di kantor.

Beliau sungguh beruntung dapat melaksanakan niatnya dengan berhasil dan relatif tanpa kendala yang berarti. Pertama, karena beliau seorang pejabat tinggi maka setiap hari ke kantor beliau diantar supir. Beliau hanya duduk di kendaraan tanpa harus melakukan aktivitas yang memungkinkanya bersentuhan dengan orang lain yang dapat membatalkan wudhunya. Misalnya, membayar tol yang bisa jadi petugasnya adalah seorang pria sehingga dapat membatalkan wudhunya. Kedua, di tempatnya bekerja memiliki budaya yang memungkinkannya menjaga wudhunya dengan aman.

Kebetulan, sesekali saya pun ingin melakukan hal yang sama, melakukan shalat dhuha di kantor dan menjaga wudhu sejak dari rumah. Persoalan pun menjadi jauh rumit bagi saya. Pertama soal berkendara itu tadi karena berkendara sendiri maka saya berpeluang untuk batal wudhu saat membayar tol atau parkir saat harus mampir ke suatu tempat misalnya sebelum menuju kantor. Kedua, ini jauh lebih sulit, budaya tempat saya bekerja adalah penganut berjabat tangan hampir di setiap kesempatan ! Hahahaha ... !

BUDAYA LOKAL JABAT TANGAN
Mungkin, lingkungan tempat anda bekerja termasuk yang menganut soal berjabat tangan siapa saja, di mana saja, kapan saja. Jadi, sejak tiba di pintu gerbang dan bertemu petugas pengamanan hingga petugas kebersihan, seluruh pegawai sudah 'terbiasa' dengan berjabat tangan dengan siapapun yang ditemuinya. Tiba di ruangan pun 'harus' berjabat tangah dengan pegawai lain yang sudah tiba di sana.

Saat berurusan dengan pegawai di ruang yang berbeda pun 'wajib' berjabat tangan dengan sang tuan rumah dan semua penghuninya. Saat mengikuti sebuah rapat di ruang rapat manapun pun tidak bisa tidak, siapa pun kudu berjabat tangan dengan semua yang hadir di sana. Begitu pun saat pulang kerja dan mengakhiri setiap aktivitas, setiap orang musti saling berjabat tangan. Akhirnya kesimpulannya, pegawai yang tidak turut membiasakan diri dalam salah satu bagian budaya itu menjadi terlihat 'aneh' dan terseleksi alam ....

Seorang teman perempuan walaupun bukan penganut Islam fanatik, tapi ia termasuk yang merasa nyaman untuk tidak bersalaman dengan lawan jenis. Ia pun bercerita saat ia mencoba memulai sesuatu yang baru untuk mensubstitusikan kebiasaan berjabat tangan dengan ucapan salam yang baik dan lebih meriah. Maka, kala memasuki ruang kerja di pagi hari ia pun mengucapkan salam "Assalamualaikum" dan selamat pagi kepada siapa saja sambil melambaikan tangan sembari menuju ke meja kerjanya. Ia menyadari, bahwa hal ini besar kemungkinan menimbulkan salah paham terutama di kalangan atasan karena bisa saja menganggap para pegawai tidak sopan karena tidak berjabat tangan.

Kebetulan saya, ingin sekali bisa melaksanakan shalat dhuha di kantor. Berjabat tangannya itu sendiri, tidak terlalu menjadi soal bagi saya. Saya hanya butuh menjaga wudhu saya agar bisa melaksanakan shalat dhuha di pagi hari. Maka saat saya disodori tangan yang mengajak berjabat tangan biasanya saya segera merespon dengan mengatupkan kedua belah tangan sambil mengucapkan selamat pagi atau assalamualaikum, sembari mengatakan maaf saya masih punya wudhu akan shalat.

Secara kasat mata, umumnya mereka mengerti, namun entah dalam hatinya. Tanpa bermaksud riya atau pamer ibadah, keterusterangan akan hal itu perlu disampaikan agar tidak salah paham walau tetap saja ibarat memakan buah simalakama. Kenyataannya, saya pernah sekali waktu sudah menyampaikan secara baik2 tentang niat shalat saya, namun seorang atasan pria justru menyentuh wajah saya dengan kedua tangannya dan 'nguyel2' kepala saya. Saya pun marah bukan kepalang dibuatnya. Mungkin maksudnya bercanda, tapi tentu kurang pas dalam hal ini.

Pepatah bilang, "Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung" itu benar adanya. Namun manakala budaya yang harus diikuti tidak selaras dengan keyakinan spiritual menyangkut prinsip-prinsip religius tentu ini menjadi persoalan yang serius. Untuk itu, manusia pun 'terpaksa' memilih. Bila, setiap makhluk sosial memiliki toleransi yang baik mengenai perbedaan pilihan itu, seharusnya hal seperti ini tidak lagi menjadi soal.

CANGGUNG
Dalam kasus Menkominfo, dalam jejaring sosialnya beliau tetap bersikeras bahwa ia pada prinsipnya tetap dengan keyakinannya bahwa ia tidak berjabat tangan dengan lawan jenis. Pasalnya kejadian saat itu sangat situasional. Saat Sang First Lady sudah mengulurkan tangannya, ia merasa tidak enak hati untuk tidak menyambut uluran tangannya. Selain itu, bila ia tetap menolak uluran tangan sang First Lady, berpotensi untuk menimbulkan rasa malu, canggung, ketidaknyamanan pada kedua belah pihak, baik bagi First Lady, maupun pemerintahan RI yang mana salah seorang Menterinya mengabaikan uluran tangan First Lady tamunya untuk sekedar berjabat tangan.

Sesungguhnya situasi seperti ini bisa jadi hanya dapat dirasakan dan dimengerti oleh mereka yang pernah mengalami hal seperti ini. Sesungguhnya mereka pun merasa canggung terpaksa menolak uluran tangan seseorang apalagi dalam situasi yang resmi dan protokoler, maka suasana menjadi jauh lebih sulit.

TOLERANSI DAN MENGHARGAI PILIHAN
Intinya sesungguhnya bukan pada jabat tangannya, tapi penghargaan atas pilihan sikap orang lain, mampukah kita melakukan itu ? Bila yang bersangkutan suatu ketika melampaui keyakianannya sendiri, yakinlah itu pasti sangat situasional dan ada alasannya. Anda toh bisa merasakan, seorang CEO yang menganut keyakinan serupa namun disodorkan pada pilihan satu-satunya; "jabat tangan" saat bersilaturahmi lebaran, maka jabatan tangannya sungguh terasa hambar, tawar, dingin tanpaadanya 'rasa' sedikitpun di dalamnya. Tak ada genggaman yang erat, tak ada ayunan yang meyakinkan, tak ada pula kehangatan di sana. Apalagi wajahnya, yakin karena apa yang ia lakukan tidak sesuai dengan keyakinannya maka sudah jabatan tangannya terasa begitu dingin, ekspresi wajahnya pun tak kalah dingin, beku bagai gunung es.

Demikianlah keyakinan ... tak bisa dipaksakan. Kalaupun tetap digugurkandan terjadi di luar kebiasaan itu karena sebuah alasan yang wajar dan toleransi itu sendiri. 'Ia', keyakinan itu bertoleransi atas kebiasaan orang banyak ....

Thursday 18 November 2010

KASUS GAYUS REALITA SISTEM PERADILAN INDONESIA

Secara normatif, biaya hidup tertinggi di Indonesia adalah biaya kesehatan dan pendidikan. Namun Kasus Gayus, merupakan realita, kenyataan hidup yang sebenarnya di Indonesia. Peradilan di Indonesia adalah mafia. Peradilan di Indonesia adalah gangster. Peradilan di Indonesia bisa jadi melampaui kebutuhan yang lebih utama, pendidikan dan kesehatan manusia.

Yakinlah, membeli kebebasan bukan hanya dilakukan oleh Gayus saja. Membeli kebebasan dari sistem peradilan di Indonesia adalah hukum tak tertulis yang sebenarnya "ditegakkan" oleh aparat hukum di Indonesia. Sebut saja, kepolisian, kejaksaan, pengadilan hingga rumah tahanan atau lapas, semuanya sama saja, berujung dan berpangkal pada uang !

Akibatnya, perlawanan, perjuangan melawan peradilan di Indonesia tak ubahnya sebuah prestise. Siapa yang punya uang lebih, maka akan bisa jauh lebih banyak "membeli" previlegde peradilan ! Pengurangan hukuman, kemudahan fasilitas, perolehan remisi, grasi, hingga pembebasan hukuman sangat tergantung pada banyaknya nilai rupiah yang Anda miliki !

Lihat saja perilaku polisi lalu lintas di pinggir jalan. Mereka itu ibarat pengemis berseragam ! Pengemis, masih berbesar hati, jujur memposisikan dirinya sebagai pengemis sejak awal. Tapi lihat kelakukan polisi. Mereka memasang perangkap, bersembunyi dan "priiiiit ... !" mereka menangkap para korbannya setelah menciptakan peluang, mengintai beberapa waktu, dan "menangkap tangan" korban-korbannya.

Model BAP pun sangat mungkin dinegosiasikan bila uang dengan piawai mampu berbicara. Putusan final pengadilan bahkan mahkamah agung pun bisa cepat diserahkan apabila kecepatan uang mampu mengucur lebih banyak dan lebih cepat. Tanpa uang, maka peluang Anda diperlakukan adil oleh sistem peradilan sungguh amat kecil !

Rutan di manapun menarik pungutan berbilang ribuanrupiah per orang yang akan berkunjung. Sementara begitu memasuki pintu lapas atau rutan, pengunjung masih pula harus menyiapkan uang bagi "mbah maridjan" alias juru kunci. Tiba di dalam rutan, pengunjung masih juga harus memberikan upeti demi kelancaran selama berkunjung.

Penghuni rutan pulang, plesir, bepergian, berobat, cuti, dsb ? Itu sebuah keniscayaan ! Semua orang kaya yang berada di rutan melakukannya ! Itu bukan rahasia lagi. Maka kasus Gayus ini sebagai pemicu terbongkarnya sistem peradilan di Indonesia ? Tentu saja sama sekali tidak.

Kasus Gayus menjadi tunggangan atas banyak kepentingan. Baik kasus hukumnya itu sendiri maupun kepentingan politik yang saling berkait dan bersinggungan di antaranya. Maka Gayus pergi ke Bali nonton tenis, sementara di pengadilan air mata buayanya berkilah ia rindu keluarga, istri dan anak-anaknya, itu tentu bisa dilakukan di rutan bukan ? Atau paling apes ya kabur ke rumah.

Namun begitulah sistem peradilan di Indonesia. Sekali lagi, ini adalah sebuah kekeliruan yang sistemik serta dialkukan secara berjamaah, bertahun-tahun di seluruh wilayah tanah air. Berat hati mengakui ? Sayang sekali, negara Indonesia tercinta ini, memang seburuk itu saat ini. Suatu hari akan berubah menjadi baik, inssya Allah ya. Namun demi sebuah kejujuran, inilah realita yang sebenarnya yang harus dibenahi tanpa pandang bulu, siapa saja.

Thursday 21 October 2010

TAKE IT OR LEAVE IT

When you dissapointed about something, it is not about take it or leave it. Not at all. If you dissapointed about your country, will you leave it and go abroad for better living ? Absolutely not, mostly reason not. When you dissapointed with your mom, dad, sister even with the whole family, will you leave them for other family ? Come on ! It doesn't make a sense, does it ?

Then when you feel upset with your job, your bos, and all the things there, will you leave it without any plan ? Sure you will not ! Tehre are so many reasons that we have to think about before we decide the big decision about our life, don't we ? It doesn't mean that we also only keep silent with all the bad situations, right ?

It's your own right to speak up, to scream, to ask about your right ! Even they don't want to listen and make it to you, at least you have already controlled them that they do something wrong with other people's life by your loudly screaming. If they are insist to ignore your right, you are able to laugh at them as a looser !

Facing the bad situation is not easy. Endure with suffer need big effort. No one knows how bad it is unless they have their own experiences. Again, it is not about take it or leave it. It is not fair at all when you say, "Just take it or leave it !" Furthermore, if we are living at the same land from the same bowl, it means that they are not the real bos ! They are only such the bad guys ! Most of whom are cruel !

However, struggling to survive is achieve. You have to proud to your self that you are not the same person as they are. You are not the opportunist as they are. Your are more taft than they are. As you are able to see, as soon as they out of their time here, no body is respect to them anymore ! That's the fact ! Because they always act as the bad guy before to others, selfish, take advantage to other people and rude. So don't worry, keep on moving ! There is nothing to be worried as long as you always do the right thing ! Inssya Allah !

Wednesday 22 September 2010

Belum lama, saya terkaget-kaget saat memenuhi undangan interview untuk sebuah posisi PR Manager di sebuah perusahaan bergengsi, saya berhadapan dengan seorang mantan menteri ! Saya nyaris tidak bisa ngomong karena kagetnya.

Pasalnya, sesungguhnya saya tidak pernah melamar posisi tersebut. Saya memang tahu perusahaan itu tengah mencari PR Manager. Namun karena satu dan lain hal, saya tidak mengacuhkan iklan itu dan tidak berniat melamarnya. Suatu ketika sebuah surat elektronik saya terima yang isinya meminta saya mengirimkan CV saya lengkap ke perusahaan tersebut. Tanpa target apa-apa, saya pun mengirimkan CV seperti yang mereka minta.

Kurang dari seminggu saya pun diundang wawancara hingga bertemu dengan sang mantan Menteri Ristek itu. Saya sempat memastikan apakah beliau adalah menteri yang sering saya saksikan di tv ? Ternyata memang beliaulah orangnya. Maka wawancara pun mengalir hangat dilanjutkan dengan diskusi yang menarik. Tantangannya hanya satu, soal riset. Padahal, itu menjadi minat saya sekali, walaupun bisa jadi saya tidak pandai soal itu. Tapi saya sungguh menikmati pekerjaan riset dan analisis. Maka hasilnya pun, beliau tertarik dengan kemampuan saya.

Bila kini saya tidak mengambil kesempatan itu, semata-mata karena saya memang harus rasional. Bukan lagi menjadi Harimau yang menjadi impian saya, menjadi semut pun ternyata tidak mengurangi kenikmatan yang saya peroleh selama ini. Jadi tanpa mengurangi rasa hormat, saya pun melepas kesempatan yang sangat baik ini. Dan pengalaman ini sungguh sangat indah, merasakan diri ini ternyata berguna dan dihargai secara pantas, tidak berlebihan apa adanya .... 

APA KATA DUNIA

Pagi ini, seorang sahabat, petugas pengamanan, memanggil dari kejauhan dengan penuh niat dari balik pagar. Sejurus kemudian sahabat ini berkisah bahwa saya diadukan oleh seorang sekretaris direksi yang merasa dirinya senior, gara-gara parkir ! Singkat kata, saya dianggap menggunakan lahan parkir yang khusus diperuntukkan bagi pejabat saja, termasuk posisi sekretaris direksi. Secara, saya bukan pejabat maka saya pun dianggap melanggar olehnya (sang sekretaris) sehingga dilaporkan kepada pejabat tinggi yang berwenang.

Padahal, kenyataannya saya hanya numpang parkir sejenak untuk menurunkan barang karena dekat dengan ruang kerja saya. Menjelang setengah delapan dan sebelum area parkir itu ditutup rapat, saya sudah megeluarkan kendaraan dari area tersebut dan memarkirkan si jeruk, mobil mungil kesayangannya saya, tak jauh dari kendaraan sang sekretaris di lahan parkir depan yang bebas bagi saipa saja. Setiap hari, setiap pagi. Itu menjadi ritual yang sama-sama kami lakukan dan kami bisa saling lihat setiap hari, setiap pagi, sama-sama mengantri lahan parkir depan dan mermarkirkan kendaraan di area yang sama.

Maka para sahabat saya ini pun terpaksa menerima tegur dari sang pejabat berwenang sehubungan dengan 'pelanggaran' yang saya lakukan. Mereka pun memastikan kepada atasannya bahwa saya tidak pernah memarkirkan kendaraan di area itu kecuali menumpang beberapa saat sambil menunggu lahar parkir di depan dibuka. Sahabat pengamanan yang lain yang lebih senior pun tak kalah kecewa dan menyarankan saya untuk menegur sang sekretaris karena aduannya yang tidak benar. Saya pun menjawab, untuk apa sih bersitegang ngurusi hal seperti ini walaupun sebenarnya sebel juga. Tapi ya sudah, saya memilih untuk melupakannya ....

Lain waktu, jauh hari sebelumnya, saya pun ditegur petugas pengamanan dengan sangat sombong dan keras lantaran parkir di tempat yang sesungguhnya bebas peruntukannya alias bukan untuk pejabat. Begitu saya memindahkan si jeruk, tak lewat dari 10 detik, mobil sang sekretaris yang sama dengan kisah di atas, memarkirkan kendaraannya di sana, dan tak ada persoalan apa-apa. Dan saya, terbengong-bengong menyaksikan kejadian sungguh aneh tapi nyata itu. Ha3x ... ajaib nian hidup ini ....

Kisah yang lain, setahun lalu, saya dipercaya dirut untuk mengatur sebuah perhelatan besar, termasuk mengatur para sekretaris direksi di mana dia ada di dalamnya. Acara berlangsung sukses, semua orang gembira, semua orang puas. Hasil survey kepada seluruh peserta yang jumlahnya nyaris 160 orang, saya terpilih dengan suara terbanyak sebagai petugas yang paling cekatan, dan sebagai petugas yang paling ramah. Tak lama setelah penobatan itu saya menerima pesan singkat dari sekretaris itu juga, dengan makian dan kata-kata yang kasar mempertanyakan penghargaan orang-orang atas kinerja saya dalam menghelat acara. Sementara sekretaris-sekretaris yang lain tak kalah pedas marah-marah melalui telepon saat meninggalkan acara dengan begitu saja tanpa pamit. Karena apa ? Karena mereka merasa mereka adalah pejabat, sementara saya bukan, dan saya mengkoordinir mereka. Dan mereka tidak bisa menerima itu. Apa lacur, semua sikap buruk itu pun terpaksa saya terima dengan lapang dada ....

Pada pertengahan 2008, saya dan beberapa teman yang lain secara personal, mendapat fasilitas kantor, sebuah alat untuk bekerja. Yang menarik, pemberian fasilitas semacam ini sangat jarang terjadi. Jadi, saya dan teman-teman sungguh beruntung dan menyukuri hal ini. Sekitar dua tahun kemudian, atasan saya yang juga memiliki fasilitas alat yang sama, ternyata fasilitas yang dimilikinya itu rusak. Jadilah ia 'menagih' fasilitas milik saya karena mungkin menurutnya saya sudah punya alat yang sama, yang lebih canggih, lebih mahal, milik pribadi. Kalah pamor dan kedudukan, berat hati saya 'kasih pinjam' alat itu. Saya pikir, beliau hanya meminjam beberapa waktu. Ternyata enam bulan telah berlalu ....

Bulan lalu, saya tertimpa musibah dan alat kerja milik pribadi saya raib digondol pencuri, diambil paksa dari kendaraan saya bersama 5 (lima) tas kerja saya yang lain dengan segala isinya. Kini saya tak punya lagi alat kerja. Yang saya heran, atasan saya ini tidak juga punya pengertian, kesadaran untuk mengembalikan fasilitas yang seharusnya menjadi hak saya untuk saya gunakan. Sudah diminta pun tetap tak bergeming. Hingga hari ini ! Saya sampai tidak tahu lagi, di mana perasaan dan rasionya ?

Saya bahkan pernah ditanya oleh seorang pejabat yang lain, seraya melecehkan, "Kamu bisanya apaaaaaaa ?" Ha3x ... rupanya sedemikian bodohnya saya, sehingga saya benar-benar tidak berguna dan tidak memberikan manfaat apa-apa bagi sekitar saya. Jangan-jangan ijasah saya palsu yaaaa ... ?

Saya jadi teringat perjalanan waktu saat saya tengah berjuang untuk berada di sini, saya bertaruh selama hampir satu tahun lamanya. Saya meminta kepada Sang Kuasa seakan saya akan dicabut nyawanya esok pagi ! Saya meminta, meminta, dan terus meminta kesempatan hebat yang saya pikir sangat baik ini, agar saya dapat berada di sini. Bila umat muslim wajib shalat 5 waktu dalam sehari, saya paling sedikit shalat 7 kali dalam sehari selama hampir setahun ! Sampai-sampai saat saya berhasil mendapatkan kesempatan ini tepat 3 hari menjelang hari raya nyaris sepuluh tahun lalu, saya seakan memenangkan lailatul qadar sebelum lebaran datang ! Subhanallah ... sungguh luar biasa nikmatnya ... ! Allah sungguh Maha Pemurah, Maha Pendengar dan Maha mengabulkan, mengijabah doa-doa saya yang sangat penuh alpa ini ....

Kini, setelah saya berada di sini, hingga saat ini, dan begitu banyak ketidakadilan, kezaliman yang saya terima, Subhanallah ... saya tetap bersyukur, karena belum ada satu kesempatan lain pun yang ternyata mampu memberikan kenikmatan sebagaimana yang saya peroleh bertahun-tahun terakhir berada di sini dengan segala perlakuan yang tidak menyenangkannya. Allah pasti punya rencana. Namun sungguh, tetap istiqamah dan sabar adalah sebuah pembelajaran yang tidak mudah ... Semoga Allah mengampuni dosa-dosa saya, dan memuliakan kita semua dengan limpahan karunia dan keridhoanNya, di dunia dan akherat. Amin ....

Sunday 5 September 2010

PENGINGKARAN HAWKING

Kompas, Sabtu, 4 September 2010 mengungkapkan teori baru Stephen Hawking tentang penciptaan jagad raya. Dalam bukunya The Grand Design yang disusunnya bersama ahli fisika asal AS, Leonard Mlodinow, spontanitas dalam terjadinya jagad raya tidak memerlukan pencipta, alias menciptakan dirinya sendiri !!! Astaghfirullahaladzim ... !

Pada 1988 dalam bukunya A Brief History of Time, Hawking menganggap bahwa Big Bang, teori asal usul terjadinya alam semesta yang sangat terkenal itu hanyalah konsekuensi dari hukum gaya berat. Walau kedua teorinya berbeda kesimpulan tentang asal usul jagad raya, intinya tetap sama saja, menurutnya tak ada campur tangan Tuhan dalam kehidupan alam semesta ini ! Masya Allah !

Stephen Hawking, mulai menderita distrofi neuromuskular pada awal 20-an usianya. Kini, di usianya yang 68 tahun penyakit yang dideritanya semakin bertambah parah dan Hawking nyaris lumpuh total. Dalam keterbatasan fisiknya, Hawking bergantung pada synthesizer suara yang membantunya mampu tetap berkomunikasi dan menyampaikan pemikiran-pemikian teorinya yang kontroversial kepada dunia.

Hikmah apa yang dapat dipetik dari teori baru yang dihasilkan Hawking ini ? Entah apa yang terpikir dalam benaknya. Mungkinkah Hawking terlalu sibuk memikirkan dunia sehingga tak ada lagi ruang dalam fikirannya tentang keesaan Allah SWT, Sang Maha Pencipta ?

Kadang menjadi manusia bodoh jauh lebih menyenangkan. Karena, seringkali kebodohanlah yang membuat manusia tidak mampu memahami pemikiran manusia lain dengan teori-teorinya yang 'melampaui' batas pemikiran manusia biasa. Namun sebaliknya, seringkali justru kebodohan itu pulalah yang menjaga manusia atas rasa syukurnya kepada Sang Pencipta. Bahwa kemampuannya dalam berpikir dan membedakannya itu sudah menjadi salah satu bukti nyata kebesaran Allah Sang Pencipta yang patut disyukuri, selain berjuta keajaiban lainnya tentang alam semesta dan kehidupan jagad raya. Lalu apa yang kau pikirkan sesungguhnya Hawking ? Mungkinkah ia menduga bahwa ilmu pengetahuan dan ketauhidan Sang Pencipta tak pernah sejalan ? Wallahualam bisawam.

Sunday 15 August 2010

Character Assassination

I feel tired to be oppressioned. Look, the house is not belong to you. You are such a visitor, too. Just like me ! By the time, you'll leave ! And you, will never ever able to kick me off, as you realize that you're just no bodies too.

I have been punished almost for ten years for any reason that I have never known, if ... there is. They can not explain me because there is nothing wrong that I do that makes the house on fire. I have already lost all opportunity that I should have. It's such a systemic cruel life. I was offered a chance but in fact it's just nothing more than a damn threat ! They have already enjoyed character assassination for poor people ! They are not different with a murder !

A flower wort need a good place, ante to grow, need appropriate water to live and need open space to breath. A flower wort deserve to have it all as that's all what a flower wort need to live. Then without a chance, how could you prove your life ?

Don't they realize, it was the general who lost the war, not the soldier ? So do the public. It's not the populace who was unperforms, but the leader who has failed to oficiate ! Hence, if the folk who have to pay the bill, it doesn't make a sense at all ! It's unfair ! It's embarrassing !

So many bad guys devilish poor people who have no power to fight. But if they concern that the poor people is unuseful and need to be threwn away, that's so cruel and unhuman ! It's immoral !

Panggilah dengan sebaik-baiknya sebutan

Seorang laki-laki beranak 4 (empat) selalu memanggil istrinya dengan sebutan "ndut". Sementara sang istri dan keempat anaknya memanggil keduanya dengan sebutan ayah dan ibu. Satu demi satu anak-anaknya pun menikah. Anak pertama, perempuan, menikah. Anak kedua seorang laki-laki, pun menikah.

Anak lelaki ini memiliki seorang istri yang langsing, kecil, mungil. Namun apa yang terjadi, si anak lelaki ini memanggil istrinya pun dengan sebutan "ndut" ! Boleh jadi, ia menyebut istrinya demikian karena selama berpuluh tahun ia menyaksikan orangtuanya, ayahnya, memanggil ibunya dengan sebutan demikian. Mungkin ia berpikir bahwa sebutan yang demikia itu adalah sebutan yang wajar atau biasa-biasa saja. Sayangnya ia tidak tahu sebutan yang demikian itu sangatlah menyakitkan perasaan bukan saja bagi istrinya, bahkan juga bagi yang mendengar ....

Begitulah tanggung jawab orang tua. Tanpa mereka sadari mereka telah menjadikan anak-anaknya meniru perbuatan mereka, baik dan buruknya. Karena setiap anak itu pada dasarnya dilahirkan fitrah, putih bersih seperti secarik kertas, kedua orang tuanyalah yang menjadikan mereka seorang majusi atau muslim ....

Padahal rasulullah senantiasa memanggil istrinya dengan sebutan "Ya Khumairoh" , atau berarti "Hai si pipi kemerah-merahan." Dalam setiap nama dan sebutan adalah sebuah doa, maka sebutkanlah dengan sebaik-baiknya sebutan bagi setiap orang yang kita kasihi dan sesama umat manusia ...

Laki-laki sebagai makhluk Allah SWT, seringkali hanya 'tahu' sedikit haknya. Padahal kewajiban dari padanya jauh lebih banyak & berat. Bahwa kehebatan laki-laki justru terletak pada keutamaannya dalam memperlakukan perempuan sebagai makhluk yang sangat dimuliakan Allah SWT, secara baik. Sebagaimana rasul menjawab pertanyaan salah seorang sahabat, tentang siapa yang paling dihormati di dunia ini, maka Rasul menjawab "Ya ibumu, ibumu, ibumu, baru bapakmu ..."

Maka, laki-laki sebagai imam keluarga tanpa ilmu (agama) yang ada hanyalah kerusakan di muka bumi. Perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki yang bengkok. Maka bila kau paksakan ia akan patah. Karenanya memang sudah menjadi fitrahnya seorang laki-laki itu memang melindungi, menafkahi dan menghormati perempuan. Laki-laki tanpa perempuan mau jadi apa ? Perempuan tanpa laki-laki pun akan menjadi apa ? Maka Allah pun berfirman "Kujadikan kamu sebagai makhluk yang berpasang-pasangan dari kaummu sendiri agar engkau merasa nyaman kepadanya ..."

Sebaliknya, sudah menjadi fitrahnya, perempuan adalah mahluk yang lemah lembut. Maka tidak seharusnya laki-laki meperlakukan perempuan dengan kasar, dalam kata apalagi perbuatan. Hanya laki-laki pengecut dan kerdil hatinya yang memperlakukan perempuan dengan kasar. Kekasaran laki-laki dalam memperlakukan perempuan menunjukkan kedangkalan dan kesombongan hatinya terhadap ketentuan Allah SWT ....

Sunday 25 July 2010

MENDADAK EKSIS !!!

Ceritanya Rabu lalu saya menghadiri sebuah konvensi bergengsi bagi kalangan profesional, cendekiawan, akademisi hingga pengamat humas gitu deh. Konvensi Nasional Humas (KNH) 2010 itu digelar di sebuah hotel berbintang yang berada persis di area jembatan Semanggi, Jakarta Selatan. perhelatan akbar itu berlangsung selama 2 (dua) hari plus 1 (satu) hari ekstra untuk berkunjung ke salah satu stasiun tv berita swasta terbesar di Indonesia.

Ada 2 (dua) hal menarik yang terjadi selama saya mengikuti perhelatan tersebut. Pertama, kebetulan pembukaan KNH 2010 berlangsung di Istana Wakil Presiden dan dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden Boediono. Nah, sesaat setelah beliau membuka secara resmi KNH 2010, maka kami pun berkesempatan berjabat tangan satu per satu dengan beliau. Ini dia, tiba giliran saya, tiba-tiba Wapres menegur dan bertanya kepada saya, "Dari Mana ?" Maksudnya, tentu saya berasal dari institusi mana ? Secara, sebelum menjabat sebagai Wapres beliau adalah orang nomor satu di Bank Sentral negara ini, maka jawaban saya atas pertanyaan beliau tentu ... sangat 'kebetulan' cuo ... cok dan pas banget geeetoh, menyangkut asal muasal saya. He3x ... Ga' terlalu penting sih, tapi lumayan bikin GR dah ditanya sama Wapres ....

Kedua, ini dia ... salah satu pembicara di KNH hari pertama adalah dedengkot PR yang selain punya basic kuat secara akademis juga punya jam terbang sebagai Presiden Direktur di sebuah perusahaan pertambangan besar di Indonesia selama bertahun-tahun, beliau kini juga memiliki perusahaan konsultan sendiri, Kiroyan Partner. Ya, salah satu pembicara di sana adalah Noke Kiroyan.

Kebetulan, Noke Kiroyan membahas seputar kompetensi dan SKKNI bidang kehumasan dalam presentasinya. Awalnya, beliau mengatakan bahwa betapa sulitnya mendapatkan informasi tentang SKKN Bidang Kehumasan yang sesungguhnya telah diluncurkan oleh Pemerintah sejak 2008 lalu. Namun, beliau berhasil mendapatkan sumber tulisan mengenai SKKNI Bidang Kehumasan itu dari internet meskipun bukan melaui web resmi pemerintah atau instansi yang terkait. Dan, tiba-tiba saja, dalam presentasinya itu beliau menyebutkan, membaca, menyampaikan sebuah kutipan yang beliau ambil dari sebuah blog, dan blog itu adalah blog sayaaaaaaaaaa ... ! Tak tanggung-tanggung, beliau pun menyebut alamat blog saya, http://www.firllydiahrespatie.blogspot.com/ dengan lantang, tegas, jelas dan menyatakan sikapnya : sangat setuju dengan bahasan saya mengenai 'nasib' SKKN yang tertulis dalam blog saya. Maka, saya pun mendadak eksis selama berlangsungnya Konvensi itu hingga akhir acara, karena kutipan sakti beliau ! Ha3x ....

Nah, di ujung presentasi sesinya saya pun memberanikan diri dan memanfaatkan kesempatan untuk bertanya langsung kepada  sang maestro. Beliau pun terkejut dan tersenyum lebar dengan pandangan mata yang bersahabat saat mendengar saya menyebutkan nama saya sebelum mengawali pertanyaan. Kepadanya saya bertanya, kira-kira apa yang harus dilakukan untuk meng'educate para CEO agar memahami peran PR secara benar bahwa PR adalah fungsi manajemen ? Saya pun menyampaikan, seandainya seorang sekelas beliau bersama instansi terkait berkenan melakukan road show ke seluruh BUMN & instansi pemerintah untuk share knowledge dan memberikan pencerahan kepada para CEO tentang kehumasan, tentulah sepak terjang kehumasan di instansi pemerintah berpeluang untuk maju pesat. Pasalnya, sejak awal sejumlah pembicara melakukan presentasi, sebagaimana telah sering saya ungkapkan dan tulis dalam blog saya salah satu hal yang menghambat melajunya profesi kehumasan di Indonesia adalah 'lack of knowledge' (bahkan 'lack of will') justru dari para CEO-nya.

Bisa dibayangkan, orang sekelas beliau tentulah sangat menjaga sopan santun dan etika. Dan beliau menanggapi pertanyaan saya dengan normatif. Pada dasarnya bila hal itu dikehendaki bisa saja dilakukan hal semacam itu yang ditujukan kepada para CEO. Namun yang lebih banyak beliau komentari justru pujiannya atas blog saya yang katanya sangat bagus dan menarik. Beliau juga berharap semoga sejak saat ini, semakin banyak lagi yang akan membaca blog saya ! Walah dalah, saya dapat promosi gratis dari orang sehebat dia ... !!!

Maka saat sesi berakhir, saya pun tak bisa menahan diri untuk bertemu dengan sang Divo, Noke Kiroyan. Sekali lagi, dengan kematangannya dan penuh kebapakan, beliau menyambut tangan saya dan menjabatnya dengan hangat. Saya sampaikan padanya, terima kasih banyak sudah mengunjungi dan membaca blog saya. Beliau pun dengan rendah hati juga menyampaikan terima kasih karena beliau telah mendapatkan materi untuk presentasinya hari itu pun di antaranya setelah membaca blog saya. Katanya, "Yang rajin menulis ya ..." He3x ...

Saya lalu bercerita, bahwa sesungguhnya saya sudah sangat ingin bertemu beliau sejak beliau jadi pembicara di Konferensi Internasional IPRA, awal Februari 2010 lalu di Jakarta. Tapi saya tidak berkesempatan untuk menemuinya karena beliau selalu dikerubuti orang-orang hebat dan wartawan. Sekarang, saat saya berkesempatan bertemu, saya pun meminta kartu namanya. Ternyata, beliau juga meminta juga kartu nama saya. Saat saya berkilah "Bapak 'kan tidak butuh kartu nama saya?" Beliau pun dengan ramah menukas bahwa dia pun butuh kartu nama saya. 

Akibat insiden mendadak eksis itu, maka 'pengakuan-pengakuan' pun mulai bermunculan. Sejumlah mahasiswa dan sarjana komunikasi yang baru lulus pun menghampiri dan menyampaikan pengakuannya bahwa mereka selama ini sudah (pernah) membaca blog saya, dan tidak menyangka akan bertemu saya di perhelatan KNH 2010 ini. Ha3x ... maka peserta yang lain pun mengomentari saya, "eksis ni yeeee" ... sementara yang lain bilang saya "bloger ni yeeeee" .... Sekali lagi kwakakakakakakakak !

Maka saat saya bebersih diri di rest room pun, tiba-tiba teman-teman jadi ramah menghampiri dan mengajak ngobrol. Maka saat acara makan malam teman-teman satu meja pun tak kalah ramah. Bahkan adik-adik mahasiswa dari meja seberang pun pindah. Keesokan hari pun, teman-teman baru yang semula tidak kenal kini jadi akrab. Ha3x ... Tapi percayalah, mengacuhkan atau tidak mengacuhkan saya, mereka semua tetap akan saya hormati sebagai teman-teman yang menyenangkan ....

Merasa senang karena 'eksis' pada dasarnya manusiawi dan hal biasa, itung-itung itu bonus. Tapi yang lebih membuat saya senang adalah bahwa saya merasa bersyukur catatan-catatan saya dapat bermanfaat dan dibaca oleh orang lain. Itu saja ! Apalagi kalau hasil kerja kita bermanfaat bagi orang lain yang menurut pandangan kita dan kebanyakan orang adalah sosok yang hebat !  Wajar 'kan ? Karena sebagai khafilah di bumi, pada dasarnya pada setiap diri manusia itu adalah seorang pemimpin, yang akan dimintai pertanggungjawabannya di hari akhir. Artinya, sebagai manusia hendaknya kita tidak menjadi makhluk sia-sia. Maka sampaikanlah barang satu ayat yang bermanfaat bagi orang lain ....

Thursday 8 July 2010

"KAMU CHINA, YA ?"

Cerita ini sungguh lucu. Kejadiannya hampir sepuluh tahun lalu. Kala itu saya sedang mengikuti proses rekrutmen di salah satu instansi pemerintah. Saat tengah mengantri tes kesehatan saya duduk besebelahan dengan kandidat yang kebetulan asli jawa dan berperangai sangat halus, jawa banget dah pokoknya.

Di tengah-tengah ngobrol, tiba-tiba teman saya ini berguman masgul, katanya, "Wah hebat ya, sekarang instansi pemerintah juga merekrut tenaga kerja keturunan China." Saya pun merespon positif, "Oya ? Memangnya siapa yang China, mba ?" tanya saya. Kawan saya pun dengan yakin bertanya balik pada saya, "Lho, kamu China 'kaaaaaaaan ?" Whaaaaaaaaaat ? Rasanya saya mau ngakak sekeras-kerasnya ! Asli, teman2 saya yang asli China bisa keberatan neh, kalau komunitasnya terselip spek yang hitam macam saya ini ! Ha3x ...

Teman saya ini pun kaget bukan kepalang setelah mendapatkan kepastian bahwa saya bukan keturunan China. Padahal, saat itu ada kandidat lain yang asli Palembang dan lebih layaklah dikira China. Dia berkulit putih persih dan kelopak mata pun tidak terlalu berlipat-lipat amat. Miriplah dengan orang China. Tapi entah kenapa, teman2 saya yang sama-sama tengah mengikuti tes kala itu lebih sreg menuduh saya China ketimbang teman saya yang asli Palembang itu ! Kwkwkwkwk !

Memang sepuluh tahun lalu saya belum mengenakan kerudung setiap hari. Khususnya saat proses rekrutmen itu. Jadi, mungkin dengan mata saya yang cuma segaris, mereka mengira saya adalah China. Tapi padahal 'kan saya hitam banget getooh loh ! Sungguh, saya tidak keberatan disangka China. Saya toh bergaul dengan banyak teman2 China secara damai sejak saya balita. Ironisnya, betapa seringnya saya dituduh seperti itu ya ? Kasian teman2 saya yang asli China donk ya ... semoga mereka tidak keberatan mendapatkan compliment yang spek-nya mirip juga ga' sama mereka. Ha3x ....

Ibu saya yang keturunan Manado dan bapak saya yang asli Yogya membuat saya penampakannya jadi seperti China gosong sih ketimbang China beneran. Tapi anehnya, saya begitu sering dikira China. Lucu ya ? Tapi sekali lagi, pengalaman ini merupakan bukti bahwa sesungguhnya di antara kita tahu bagaimana mengapresiasi orang lain tanpa membedakan ras. Hanya saja, kebetulan saudara-saudara kita yang berethnis China memang lebih suka berwirausaha daripada menjadi pegawai seperti orang melayu kebanyakan. Hal itu sudah menjadi kemampuan genetik mungkin ya ? Makanya tak heran ada pepatah "belajarlah hingga negeri China" karena memang mereka sangat ulet dalam bekerja dan layak menjadi inspirasi kita semua !

Tuesday 6 July 2010

PAK GURU DATANG BERTAMU

Saya, boleh jadi ... menjadi murid yang paling bersyukur untuk urusan yang satu ini. Seorang guru matematika kala SMA dulu, Pak Muktamad, bertandang dan menginap di rumah selama beberapa hari untuk berlibur. Kisahnya berawal saat minggu lalu selepas maghrib tiba-tiba beliau menelopon dan mengutarakan keinginanannya untuk berlibur dan menginap di rumah saya di Jakarta. MS, begitu beliau biasa disapa, adalah seorang guru yang super duper killer ! Padahal, nilai tertinggi yang pernah saya raih saat ulangan dan menjadi muridnya adalah 3,5 ! Ha3x ... ! Begitu pun teman-teman saya yang lain, tapi jangan tanya berapa banyak teman2 saya yang meraih nilai 100 di NEM-nya karena gemblengan beliau itu !!!

Singkat cerita, jadilah MS datang ke Jakarta menggunakan Kereta Cirex pada Jumat siang. Malam sebelumnya beliau berangkat dari rumahnya di Pemalang dan menginap di salah seorang adiknya di Tegal. Beliau memang tinggal di Pemalang, bukan di Tegal. Saya bersama Rina, adik kelas beberapa tahun di bawah saya pun menjelang sholat Jumat meluncur ke Gambir menjemput beliau. Saat kami menemuinya, MS terlihat sedang duduk ngelepar di lantai, bersandar di salah satu pilar besar dengan santai. Cuek banget dah ! Beliau sempat berguman, jangan2 saya tidak serius mau menjemput dia. Ada2 saja, mana mungkin ? Sesaat kemudian kami bertiga pun meluncur menuju blok M dan menikmati masakan ikan kuah asam khas sulawesi di bilangan senopati, jaksel. MS terlihat menikmati betul santap siangnya dan makan dengan lahap.

Kembali ke kantor lewat pukul 14.00 wib, MS saya tinggal di masjid sebelah kantor menunggu saya pulang tepat pukul 16.00 wib. He3x ... pak guru disuruh nunggu. Begitu bubar kantor, MS saya ajak  jajan lagi, kali ini bersama suami di sebuah cafe favorit saya. Niat hati sesungguhnya sore itu saya menghelat reuni dadakan bersama teman2 SMA yang berada di jakarta yang sudah saya hubungi sejak rabu pagi. Sayang, sebagian besar menyatakan ketidaksanggupannya, alhasil reuni dadakan pun batal, saya gagal menggelar surprise untuk beliau.

Selepas maghrib kami pun pulang, langsung nonton tv, ngobrol, istirahat. Keesokannya, pagi2 sekali beliau sudah bangun dan berolah raga bersama suami jalan pagi keliling Bintaro. Tak lama saya menyusul dan mengajaknya melihat pasar kaget yang biasa digelar setiap akhir pekan dan menikmati semangkok zuppa sup. Sejak kedatangannya, beliau mengutarakan ingin beli celana jeans, beruntung, di pasar kaget ada gerai yang menjual celana jeans import. Setelah memilih dan mencoba, dapatlah satu yang cocok. Suami pun memilih satu.

Kembali ke rumah, istirahat dan makan siang. Menjelang asar, beliau saya ajak ke PI Mall untuk menemani saya ujian Bahasa Inggris. Kelar ujian kami pun nonton Russian Accrobat Sircuss Trapezze, makan malam, lalu pulang. Sebelum tiba di rumah, kami sempat mampir beli martabak kesukaan untuk camilan nonton bola. Tiba di rumah, teh poci diseduh, tv dipasang, martabak digelar. Cantiiiik  !!!

Keesokan paginya, jam 07.00 wib pagi kita berlima, saya, suami, MS, dan 2 kerabat yang lain sudah on the way menuju PRJ kemayoran ... !!! Asli seharian itu pun kami ngublek PRJ, makan kerak telor dan pulang mampir ke elektronic city. Wah ... badan ini rasanya mau remuk tapi senang !

Senin pagi, saat saya berkemas kerja, MS juga berkemas, rupanya beliau juga mau pulang. Saat saya tawarkan mau menunggu di Gambir atau di blok M, beliau memilih menunggu di Gambir, padahal kereta Cirek baru berangkat pukul 11.00 wib. Baiklah, pagi2 kami pun meluncur menuju Gambir dan menyiapkan sedikit oleh2 untuk MS dan keluarga di Pemalang. Saya dan suami terpaksa buru2 meninggalkan beliau di Gambir karena menjelang pukul 07.00 wib kawasan sudriman thamrin akan memberlakukan 3 in 1. Beruntung beliau mengerti.

Well, tidak banyak yang bisa saya berikan untuk beliau sesungguhnya, tapi semoga beliau berkenan dengan apa yang sudah saya lakukan selama kedatangannya di Jakarta, dengan segala keterbatasan keadaan kami berdua, saya dan suami.

Yang menarik adalah, sementara saya begitu akrab dengan beliau selama menjadi muridnya, tapi suami sebaliknya. Dulu bagi kami murid yang mengambil program IPA (fisika maupun biologi) dalam seminggu sedikitnya kami belajar matematika 6-8 jam seminggu. Nah, begitu killernya beliau, sampai-sampai setiap kali ada pelajaran matematika, suami saya dulu sudah muntah-muntah di rumah sebelum berangkat sekolah. Untunglah, sejak menikah, suami sudah tidak muntah-muntah lagi kalau bertemu beliau. Menikah dengan saya berarti satu paket, bersahabat pula dengan guru2 dan dosen2 saya. Ha3x ....

Begitu akrabnya saya dengan beliau, saya dan kedua orang tua saya pun 'mampu' meculiknya dari kelas saat mengajar lantaran saya minta ditemani mengurus paspor di Pemalang. Ha3x ... bukan hal baik untuk ditiru nih. Maklum, pengurusan paspor di karesidenan Pekalongan dilayani oleh Kantor Imigrasi Pemalang. Jadi, mumpung sedang berada di Pemalang, sayang donk kalau tidak silaturhami dengan beliau ? Saat kepala imigrasi menyadari bahwa anaknya adalah murid beliau, maka kami pun diterima dengan sangat baik dalam pengurusan paspor. ha3x ... KKN deh ... !

Ha3x ... tanpa saya sadari ternyata saya punya banyak memori dengan guru-guru saya sejak TK, SD, SMP, SMA bahkan kuliah ! Subhanallah, tanpa jasa mereka tentu saya tidak bisa menjadi seperti saya sekarang ini. Maka sudah selayaknya saya menghormati mereka. Walaupun saya bukan orang hebat, tapi setidaknya saya punya pekerjaan, bisa mencari uang sendiri dan inssya Allah tidak kekurangan, karena amal baik beliau semua selama saya sekolah. Semoga Allah swt membalas segala jasa baik mereka dan kami murid-muridnya tidak melupakan jasa baiknya. Amin.

Monday 21 June 2010

"Sorry, full house ... "

The story is began when I was studying at SMP Pius 2, a junior high school at my home town, Tegal. There is an English teacher, named Mr. Louis. For the best of my belief, I was taught by Mr. Louis at the second & third level.
Honestly, I am bad in English. I even ever got score 4 for my English. Hence, Mr. Louis told me, "I am sorry, full house" to describe that he couldn't help me more as I didn't make any improvement. It was a statement from an easy essay that all student have to learn about & Mr. Louis use that statement for me.

The "problem" is ... Mr. Louis is also a music teacher. And as a Music Teacher, he gave me a significant opportunity as I won some singing competitions at that time. Then, he asked me to sing "Gunung Manahutu" at inauguration night. The thing that make the opportunity is so special is ... I was the one & only singer with more than 40 people backing vocals & 20 people music players !!! What's an unforgetable momment that I've ever had ....

Fortunetaly, the story is change then. I passed final national examination and got score more than 8 for my English ! It's just because of Mr. Louis !!!

When I was invited for interview for my first job, I came to Mr. Louis's house, asked for his advice and tips. And the result is, I got the job as an Executive Secretary to Vice President and I was recommended good in English ! Oh my God !!! When I move to Jakarta for diferent job as Corporate Secretary, again, I was recommended that I am good in English. And now, as I have worked as a Public Relations at a stated own company, once again, people knows me good in English ! But in fact, I am not that good, at all. Hahahaha ...

I remember, Mr. Louis always remind us to make our vocabulary notes that is separated in person, things and place. So if we find a new word, example for "doctor," then we have to define the meaning of doctor in our "person" vocabulary note, as follows : Doctor is a person who look after ............ etc. What's a clever & perfect teacher !

When I met Mr. Louis at the end of May for junior high school reunion in my hometown, I saw that Mr. Louis was so different 'caused of his sickness. But I knew that he was very happy to see all of us at that night. On the second day reunion, lunch time, Karolina told me that Mr. Louis got stroke attact last night at 02.00 am, in the early morn' actually. I thought Mr. Louis was too happy so that he has been shocked. At noon, finally I found him was laying in a bed at ICU taking a rest. Me, Macky, Cicilia & Elcy staring at him who was slept support by oxigen.

One thing that made me so sad is I was informed by Mr. Louis little sister that actually Mr. Louis has prepared at least 2 (two) songs at reunion night. Unfortunetaly, there is no one invited him to the stage to perform, but me. When I asked to the MC for inviting Mr. Louis to perfom, I was reminded by another theacher that it would be impossible for Mr. Louis to sing. Becaused of stroke Mr. Louis has trouble to walk & talk, so how to sing ? In fact, we're wrong ... I'm so sorry Mr. Louis, I should be more insisted thta night so that you are able to perform and show us how much you miss to sing a song in front of us ....

That's my Mr. Louis' story all about. I am so proud when I chat to expatriates and they are impressed as I speak English so british ! No wonder, Mr. Louis always show us which one is British English and which one is American English. Moreover, he did the same thing & show us how to pronounce all the word in different slank. Again, it's just because of Mr. Louis. Mr. Louis ... I know that I couldn't give you as you have given to me and my future. But I am sure that God will bleseed you as you always do your best for your student with love ... Thank you Mr. Louis, we hope you always health. We love you ....

Sunday 6 June 2010

JADI MINORITAS

Cerita ini bukan cerita tentang sara, walaupun mungkin kental dengan nuansa itu. Cerita ini lebih pada pengalaman luar biasa indah yang saya rasakan selama ini, berada di tengah-tengah perbedaan yang terjalin luar biasa tulus dan ihklas bersama teman-teman sekolah.

Alkisah, sejak umur 4 (empat) tahun saya sekolah di taman kanak-kanak (TK) katholik yang terkenal & sangat disiplin di kota kelahiran saya, kota kecil, di Jawa Tengah. Melanjutkan ke sekolah dasar (SD) saya pun masih bersekolah di yayasan sekolah yang sama. Hingga melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, lagi-lagi saya menghabiskan waktu saya di sekolah menengah pertama (SMP) di sana. Alhasil, saya sedikitnya menghabiskan sebelas tahun bersekolah di sekolah katholik. Bisa dibayangkan, saya bertemu dengan teman yang sama sejak saya TK hingga SMP ! Kwkwkwkwk ! Seru kaaaaaan ?

Layaknya anak kecil, saya tentu tidak mengenal yang namanya perbedaan dalam kaca mata sara. Apalagi menjadi minoritas, saya tidak tahu sama sekali. Yang saya tahu, teman-teman saya sebagian besar memang keturunan china, bermata sipit, berkulit putih dan berbeda keimanan dengan saya. Namun selebihnya, saya melakukan banyak hal di sekolah bersama-sama seluruh teman-teman yang saya kenal. Percayakah, hingga kini saya masih ingat berbagai doa dan lagu-lagu gospel yang pernah saya tahu sejak saya kecil dulu. Saya menganggapnya sebagai ilmu pengetahuan. Sebuah perbedaan yang selayaknya tidak perlu menjadi permasalahan ....

Kami belajar di kelas yang sama, mengikuti pelajaran tari jawa klasik bersama-sama, menghafal tembang mocopat bersama, berlatih drum band dan menjadi juara, berlatih ensamble dan tampil di TVRI Jogjakarta serta menginap di salah satu sekolah susteran di Jogja, dan masih banyak lagi. Satu-satunya perbedaan mungkin, uang sekolah saya lebih murah dibandingkan teman-teman saya, karena orang tua mereka jauh lebih kaya raya daripada orang tua saya ! Hahahahahaha ... ! Ya, uang sekolah menjadi salah satu wujud toleransi nyata di antara kami yang bersekolah di sana. Jadi yang mampu mensubsidi yang lainnya.

Kini, 22 (dua puluh dua) tahun berlalu, kami pun berkumpul lagi dalam sebuah acara reuni yang luar biasa menyenangkan. Dan saya, masih merasakan kebersamaan itu ! Bayangkan saja, tidak satu orang pun di antara kami para alumni diwajibkan membayar dengan besaran tertentu. Sebaliknya, siapa pun boleh mengirimkan donasinya, berapapun besarnya. Yang tidak mampu, tidak perlu menyumbang.

Tidak hanya itu, teman-teman penggagas reuni pun berkeinginan mengumpulkan semua kepala sekolah (saat itu ada 2 kepala sekolah yang bertugas), guru, petugas tata usaha hingga tukang kebersihan dan tukang kebun ! Padahal, ada di antara mereka yang sudah pensiun, sakit, pulang kampung, yang keberadaannya cukup jauh dari kota kami. Alhamdulillah, teman-teman berhasil menjemput mereka satu demi satu yang 'tercecer', menyediakan penginapan yang layak dan mengantarkan mereka kembali pulang ke kota asalnya. Maka di hari reuni itu, para alumni yang berasal dari 6 (enam) kelas itu (berarti lebih dari 200 alumni) pun berhasil menemui 34 (tiga puluh empat) orang yang telah berjasa mendidik mereka. Luar biasa .... !!!

Maka, pada 28-29 Mei 2010 lalu, reuni yang berlangsung 2 hari satu malam itu pun berlangsung sukses, meriah dan menyenangkan, di ballroom sebuah hotel berbintang 3 terbaik di kota kami, dilanjutkan berkumpul dalam api unggun dan di berakhir di sebuah lapangan futsal. Semua makanan masa kecil kami tumplek blek di sana. Kami tinggal datang, dibagi kaos dan souvenir serta memandangi pasfoto lugu kami semua 22 tahun lalu yang terpampang besar-besar di sepanjang dinding ballroom hotel. Maka kami pun dibuat takjub dengan tampang culun kami lengkap dengan cap jempol !

Dengan bijaksana, salah seorang guru kami dalam pidatonya menyampaikan kesannya pada hajat reuni ini. Bahwa beliau bisa melihat dan merasakan, ada wajah-wajah sukses di antara kami, tapi juga ada wajah-wajah belum sukses di antara kami. Namun itu semua tidak menjadikan perbedaan sedikitpun di antara kami. Beliau dapat merasakan kebersamaan yang tulus di antara kami. Demikianlah nilai-niali yang beliau-beliau tanamkan pada kami berpuluh-puluh tahun lalu. Inilah buahnya, kebersamaan yang nyata ....

Saya, menjadi satu di antara 4 (empat) orang alumni yang hadir berkerudung. Subhanallah. Bagi saya, itulah indahnya perbedaan. Dalam lingkungan ini, sesungguhnya saya merasakan diri saya sebagai minoritas yang sangat bersyukur & beruntung. Saya memiliki teman-teman yang sangat baik. Mereka semua (yang mayoritas) sangat penuh pengertian terhadap perbedaan yang ada, yang bisa jadi sangat sensitif di antara kami (yang minoritas). Sahabat-sahabat saya ini, rekan-rekan panitia, dalam berbagai kesulitan finansial dalam penyelenggaraan kegiatan reuni ini selalu menekankan "... kan tidak semuanya mampu ..." termasuk saat panitia akhirnya memutuskan membagikan hem rompi alumni yang sangat gaya kepada semua alumni dengan free. Mereka mengutamakan kebersamaan, apapun yang terjadi. Dan pembicaraan itu hanya terjadi di antara mereka, saya pun tidak tahu bila saya tidak bertanya ada masalah apa ?

Sebaliknya, karena saya termasuk kelompok minoritas, maka teman-teman minoritas yang lain, baik yang berbeda suku, keyakinan maupun status ekonomi pun memiliki kesan yang sama serta punya caranya sendiri menyikapi keindahan ini. Intinya, saya dan mereka (yang minoritas) sama-sama mengerti situasi ini. Mereka, secara tulus menyampaikan ucapan terima kasih kepada teman-teman penggagas acara atas undangan dan segala kesempatannya untuk bergabung dalam acara yang luar biasa penuh kenangan dan menyenangkan ini, melalui saya. Mungkin, mereka berpikir saya menjadi panitia dalam hajatan besar ini. Padahal, saya pun hanya tamu. Ternyata, baik mereka yang mayoritas maupun kami yang minoritas sama-sama menyadari apa & bagaimana mereka seharusnya bersikap dan lakukan dalam posisi mereka masing-masing. Subhanallah ... betapa indahnya Allah telah memberikan kedamaian seperti ini di antara kami ...

Masih terbayang dalam ingatan saya, malam itu, saat lagu Hymne Guru dialunkan bersama alumni dan siswa, dalam kegelapan berteman bias lilin-lilin kecil. Saya melihat wajah para guru itu sungguh masgul, tertegun, terkesima, mata mereka nanar, tersentuh, terharu, bahagia, bangga ... dan entah apa lagi. Kami para muridnya tak akan mampu membawa kebersamaan tanpa nilai-nilai yang senantiasa mereka tanamkan 22 tahun lalu itu.


Menjadi minoritas, bila berada dalam lingkungan mayoritas yang sangat penuh toleransi dan pengertian sungguh hanya kebaikan semata yang akan kita tuai. Saya sangat menghargai atas pertemanan yang tulus yang telah dijalin oleh teman-teman semasa kecil saya dulu itu. Bisa jadi, dalam benak mereka tidak pernah terlintas soal minoritas dalam interaksi sosial ini. Bisa jadi ini hanya persaaan saya saja yang terlalu naif. Karena, interaksi ini, hubungan pertemanan ini benar-benar tulus dan nyata. Dan itu, agak sulit diterima oleh nalar, akar pikiran saya, di situasi bangsa belakangan ini. Namun saya percaya, tak ada yang tak mungkin bila Tuhan menghendaki. Dan atas seizin-Nya-lah maka seluruh nikmat ini dapat kami rasakan. Subhanallah, semoga keindahan dan ketulusan ini akan senantiasa terjaga. Amin ....

Tuesday 25 May 2010

The Most Expensive Groupies in the World

It could be me, become the most expensive groupies in the world. I go for work every single day for doing nothing. At least, without doing something that give me a chance to actualize myself professionally.

I am not working at the right & suitable place with my educational background and experiences. On the contrary, I can not contribute my energy optimumly to the company. Fortunetaly, I am paid for much money, every month includes bonus, incentives, and many more priviledge by the company. The most sadness of the story is, I have spent for years to face this terrible situation. So, that is a very, very, very serious problem. Not only for me but the most important thing is ... for the the company. That's why, I said that me, myself, could be the most expensive groupies (of the company) in the world.
However, as a human being, I take all of this fairly. Actually I am so greatfull with everything I have with my job. I am not tired, I am not doing over time at all, I am paid much money, I get my bonus, incentives & others allowance, I receive priviledges including the pension allowance and I am okay. Not everybody get lucky as I am. So, there is nothing to be worried, isn't it ?

Tuesday 20 April 2010

SELAMAT HARI KARTINI !!!

Alhamdulillah, wa syukurillah ... Subhanallah. Hari ini, semua rakyat jelata Indonesia tengah merasakan nikmatnya, hasil perjuangan Raden Ajeng Kartini, yaitu memperoleh kesempatan belajar yang pada awalnya hanya menjadi hak kaum bangsawan dan orang-orang kaya. Jadi, RA. Kartini bukan hanya pahlawan emansipasi, namun lebih dari itu, pahlawan pendidikan bagi golongan masyarakat bawah, strata paling rendah seperti kita kebanyakan.

Kartini lahir sebagai putri seorang Bupati Jepara yang menganut poligami. Ironisnya, setelah remaja, Kartini pun dinikahi oleh Bupati Rembang yang juga menganut poligami dan telah memiliki 3 (tiga) orang istri.

Besar dalam keluarga yang ayahnya berpoligami, Kartini merasakan kesengasaraan yang nyata akibat kehidupan keluarga yang berpoligami. Namun hikmahnya, walaupun Kartini menjalani kehidupan poligami, sang suami memberikan keleluasan bagi Kartini untuk mengembangkan kemampuan diri dan berbuat banyak hal. Dan apa yang dilakukan Kartini saat itu telah berbuah manis yang kini dirasakan oleh rakyat kebanyakan saat ini, yaitu kesetaraan dalam status sosial, mendapatkan kesempatan untuk belajar, meraih pendidikan setinggi-tingginya.

Khususnya bagi kaum perempuan Indonesia, Kartini-Kartini masa kini, maka peringatan hari Kartini akan lebih tepat bila didedikasikan kepada kaum pria. Dengan harapan agar kaum pria mempunyai pemahaman dan pandangan yang jauh lebih moderat dan menghargai keberadaan perempuan dengan segala kelebihan dan kodratnya. Jadi, apa yang diperjuangkan oleh Kartini dapat dimanfaatkan oleh kaum perempuan dan bermanfaat bagi semua pihak secara tepat dan optimal.

Bahwa kodrat yang dimiliki oleh semua makhluk bukan berarti sebuah halangan. Begitu pun perempuan. Apakah kodrat yang dimiliki kaum adam sebagai maklhuk yang kuat secara fisik dengan pemikiran yang rasional (katanya) menjadi sebuah kekuatan sementara kodrat yang dimiliki kaum hawa yang lemah lembut dan perasa menjadi sebuah kekurangan ? Tentu sama sekali bukan demikian.

Bahwa Kartini bukanlah kaum feminis. Begitu pun para perempuan Indonesia hari ini, mereka bukan feminis. Namun saat kini para perempuan mempertanyakan haknya, mengapa masyarakat menuduhnya sebagai feminis ? Kartini saat ini adalah perempuan yang berperan ganda, sebagai ibu rumah tangga dan sebagai perempuan bekerja. Namun penghargaan kepada perempuan atas peran gandanya yang tak mudah tidak secara nyata dapat dirasakan.

Kartini Indonesia sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaan rumah tangga bukanlah pekerjaan perempuan. Pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan bersama. Membesarkan anak bukanlah pekerjaan perempuan, membesarkan anak adalah kewajiban bersama, ayah dan ibu. Namun lihatlah, Kartini saat ini, bangun lebih pagi dan tidur paling akhir. Dan kaum pria tetap meminta haknya membabi buta tanpa pengertian sama sekali apalagi penghargaan dan ucapan terima kasih yang disampaikan dengan lembah lembut.

Kartini Indonesia sebagai perempuan bekerja. Perempuan menuntut ilmu hingga tinggi dengan ijasah yang sama dengan kaum adam, dengan nilai yang bisa jadi lebih baik. Namun, perempuan bekerja tidak mendapatkan fasilitas yang sama dengan apa yang diperoleh oleh pekerja pria. Perempuan masih dianggap sebagai lajang. Padahal bila ia seorang single parent, bukankah perempuan itu sebagai tulang punggung keluarga ? Ada apa ini ? Tiba di kantor di jam yang sama, bekerja dalam kurun waktu yang sama lamanya, dan meninggalkan kantor bahkan lembur dengan hitungan waktu boleh jadi lebih lama. Tapi mengapa perempuan tidak mendapatkan hak yang sama ?

Peran ganda perempuan saat ini adalah sebuah realita. Bahwa hidup kini semakin berat. Biaya hidup semakin besar. Kesehatan dan pendidikan anak-anak semakin mahal. Maka, peran ganda perempuan menjadi alternatif untuk membantu mewujudkan sebuah keluarga yang sejahtera sesungguhnya menjadi sebuah solusi yang "win-win solution".

Hal yang paling mendasar dalam hal ini adalah, kaum adam perlu lebih membuka diri dan memberikan pengertian mengenai keberadaan dan peran ganda perempuan secara lebih bijaksana dan legowo. Kemajuan perempuan tidak untuk dihadapkan pada pernyataan "Perempuan (isteri) adalah hak saya (suami), maka perempuan harus mengikuti semua yang saya katakan, boleh dan tidak boleh !" Perempuan menjadi ibu rumah tangga dan bekerja bukanlah sebuah kondisi yang harus dipilih, namun sebaliknya menjadi sebuah strategi sekaligus solusi yang mempunyai resiko yang harus ditanggung bersama.

Kaum adam tidak boleh lagi melakukan bullying baik secara fisik maupun mental terhadap prestasi yang diraih kaum perempuan hanya berbekal priviledge yang dimiliki dan ironisnya hanya diketahui secara terbatas dengan penafsiran yang sangat subyektif. Sesungguhnya kaum adam menjadi hebat kala mereka bisa menghargai kaum perempuan.

Kartini saat dulu dan sekarang tetaplah sama, mereka, kaum perempuan bukanlah subyek. Kartini saat ini adalah pejuang dengan segala resikonya, termasuk hak reproduksinya. Kartini bekerja menjadi demikian lelah secara fisik sehingga besar pengaruhnya terhadap kesehatan resikonya. Ditambah lagi dengan bullying yang kerap diterimanya, maka Kartini saat ini pun menjadi lelah secara fisik dan mental.

Perempuan adalah tulang punggung suatu negara. Karena negara yang kuat berawal dari didikan para ibu. Dan ibu merupakan madrasah, sekolah dasar yang terbaik yang dimiliki oleh anak-anak tanpa pamrih. Dari darah seorang peremupuan pulalah gen intelegensia diturnukan kepada anak-anaknya, bukan dari kaum pria. Namun demikian, adalah orang tua yang menjadikan anaknya seorang kafir, majusi atau seorang muslim. Orang tua artinya tentulah ayah dan ibu.

Jadi, tidak berlebihan rasanya bila Hari Kartini didedikasikan kepada para kaum pria. Dan, berkaca dari realita yang dihadapi saat ini maka sudah selayaknyalah kaum pria lebih menghargai para Kartini Indonesia. Kartini Indonesia bukan ancaman bagi kaum pria. Kartini Indonesia juga sama sekali tidak berambisi untuk merendahkan kaum pria dengan prestasi dan peran ganda yang berhasil dijalaninya selama ini. Para Kartini bisa menjadi partner dalam banyak hal. Selamat Hari Kartini !!!