Monday, 27 December 2010

BEDA GELOMBANG

SETELAH SEMBILAN TAHUN
Belum lama ini saya berkesempatan mengikuti assesment bersama ratusan pegawai lainnya di lingkungan perusahaan. Alasannya bukan untuk promosi, tapi untuk pemetaan pegawai katanya. Ah, tidak seberapa penting juga sih alasannya buat saya. Hahahaha, sebagai penggembira saya mah ikut saja, selagi gaji saya tidak dipotong, apapun alasannya, yuuuuk mariiii ... ya gaaaak ?

Nah, yang menarik ternyata bukan soal asssesment yang baru pertama kali saya ikuti setelah hampir sepuluh tahun bekerja, tapi ternyata saya jadi teringat tes-tes serupa yang pernah saya jalani selama ini. Tanpa saya sadari, ternyata saya telah bekerja secara formal, normatif memang hampir lima belas tahun. Namun secara informal, saya sudah bekerja sejak usia lima belas tahun saat menjadi penyiar radio semasa SMA di kampung dulu selama 3 (tiga) tahun berturut-turut.

Selama hampir lima belas tahun bekerja, setidaknya saya pernah mengikuti assesment dan wawancara di sejumlah perusahaan, antara lain :
  1. PT. Pura Barutama, Kudus, Jawa Tengah, Desk Publishing, Executive Secretary to VP
  2. Henkel Pharmaceutical, Semarang, Jawa Tengah, Public Relations
  3. Ciputra Mall, Semarang, Jawa Tengah, Public Relations
  4. Departemen Luar Negeri, Yogyakarta & Jakarta, Caraka Muda
  5. PT. DAI NIPPON, Jakarta, Rotogravure Manager
  6. PT. Royal BodyCare Indonesia, Jakarta, Corporate Secretary
  7. PT. Indonesia Power, Jakarta, Public Relations
  8. PT. HM. Sampoerna, Jakarta, Media Relations Specialist
  9. Universitas Pelita Harapan, Karawaci, Tangerang
  10. PT. Pertamina, Jakarta, Media Relations Manager
  11. Chevron Indonesia, Jakarta, Public Relations
  12. IMIDAP, UNDP, Media Relations Specialist
  13. Perusahaan Minning, Government Relations, Jakarta
  14. Universitas Bakrie, Jakarta, Communication Lecturer
  15. President University, Jakarta, Public Relations Manager
  16. PT. Mitra-TELKOM Indonesia, Jakarta
  17. ,Corporate Communication
  18. Universitas Pembangunan Jaya, Communication Lecturer
  19. Swiss German University, Jakarta, Communication Lecturer
  20. dll.
Sepertinya masih banyak lagi undangan assestment dan wawancara yang pernah saya lakoni. Beberapa di antaranya saya menangkan, walaupun belum tentu juga saya ambil pekerjaan itu. Banyak pula di antaranya yang saya gagal karena berbagai alasan, bisa jadi karena saya memang tidak memenuhi kualifikasi, ada pula yang kesepakatan tidak tercapai, dan berbagai alasan lainnya.

Saya menikmati semua pengalaman tes assestment maupun wawancara yang pernah saya jalani. Pada saat-saat seperti itu saya bisa bertemu dengan banyak orang hebat yang berhasil dan membuat saya terkagum-kagum. Saya juga berkesempatan melakukan obeservasi singkat saat memenuhi undangan assestment maupun wawancara di berbagai perusahaan besar itu mengenai orang-orang yang bekerja di sana, petugas pengamanannya, hingga iklim juga kebersihan toiletnya. Sebagai seorang praktisi humas, saya terbiasa memperhatikan banyak hal seperti itu.

YANG PERTAMA SELALU INDAH LUAR BIASA
Pengalaman assesment saya yang pertama adalah tahun 1996, di sebuah kota kecil di Jawa Tengah. PT. Pura Barutama, demikian nama perusahaan itu, memang berada di kota kecil, Kudus, sekitar 72 km ke arah timur dari Semarang. Walaupun berada di kota kecil, namun perusahaan yang saya lamar itu ternyata bukan perusahaan main-main yang kecil keberadaannya. Saat itu saja, perusahaan itu sudah memiliki pegawai sekitar 8.500 orang. Bila satu orang pegawai menghidupi 4 orang dalam sebuah keluarga, itu artinya perusahaan itu sudah menghidupi nyaris 25.000 orang ! Luar biasa bukan ?

Yang sangat menarik saat saya memperoleh pekerjaan di sana, saya mendapatkannya saat saya berulang tahun ke 23 ! Hahahaha, saya serasa dapat hadiah ulang tahun paling asik deh, dapat pekerjaan formal yang pertama hanya berselang 3 (tiga) bulan setelah saya lulus wisuda sarjana S-1 ! Yang tak kalah lucu, saat melamar sesungguhnya saya melamar posisi Desk Publishing. Namun saat proses tes berlangsung, seorang sekretaris senior justru menawarkan saya sebagai sekretaris direktur ! Namanya juga baru pertama kali, menanggapi tawaran itu saya enteng saja. Ya silakan saja, karena merekalah yang lebih tahu bagaimana hasil tes saya. Bila berdasarkan hasil tes itu kemampuan saya dianggap memenuhi syarat, saya tidak keberatan mencoba. Maka, saya pun diterima sebagai sekretaris direktur pemasaran ! Alhamdulillah !

Nah, giliran mulai bekerja pun tak kalah menggelikan. Saat saya masuk bekerja hari pertama, bos saya pun tak ada ! Padahal, saya ini bekerja sebagai Sekretaris Direktur Pemasaran. Rupanya beliau sedang melakukan business trip ke China sebulan lebih lamanya ! Hahahahaha !

Saya bekerja di Kudus dua setengah tahun lamanya. Bos saya itu masih 33 tahun saat saya bekerja untuknya yang masih bau kencur 23 tahun. Beliaulah yang telah banyak berjasa membuat kemampuan Bahasa Inggris saya menjadi lebih baik. Walaupun saya in charge sebagai Secretary to Director, tapi beliau mendelegasikan pekerjaan melampaui itu, sesuai kemampuan dan kompetensi saya sebagai seorang public relations.

Setiap kali dia business trip, beliau selalu meinggalkan saya dengan pekerjaan merenovasi ruang kerja seluruh divisi, training seluruh lini produksi, hingga turun ke pabrik mem-follow-up problem teknis di lapangan dan berkoordinasi dengan beliau yang berada di China ! Saya bahkan diserahi urusan pabx, mengurus SIM internasional, dan menyambungkan pembicaraan long distance Presdir di Guest House Kudus dengan beliau di China, sementara saya bekerja dari meja kerja head office !

Selama bekerja di Kudus itulah saya berkesempatan berkenalan dengan Mr. Sadoon, Duta Besar Irak untuk Indonesia bersama ibu dan putrinya. Hingga saya pindah ke Jakarta pun, saya masih sesekali menelepon Mrs. Sadoon dan bercengkerama melalui telepon. Mengurus VVIP - tamu perusahaan hingga karpet merah di bawah tangga pesawat di airport Semarang, Jogja maupun Solo adalah hal biasa yang saya lakukan saat itu. Walau harus bangun pagi buta dan sudah meluncur Kudus-Semarang jam 4 subuh, saya senang-senang saja tuh !

Suatu ketika saat melakukan psikotes menggambar, seorang psikolog mengomentari gambar saya, bahwa saya punya masa lalu yang indah soal pekerjaan, ya itulah, kebersamaan saya bersama teman-teman di Divisi Luar negeri selama bekerja di Kudus yang membuat saya sangat happy ! Maka saat kemarin siang tiba-tiba mantan Direktur saya itu menghubungi saya melalui telepon yang ternyata salah sambung, maka kami pun langsung ledek-ledekan dan mengobrol panjang lebar ! Senangnyaaaa ... ! Saya mengakhiri karir saya di Kudus pada Juli 1998 sebagai Secretary to Vice President yang notabene adalah putra pemilik perusahaan ....

YANG TERSULIT, YANG PALING BERKESAN
Assestment yang paling berkesan bagi saya adalah saat mengikuti tes di Departemen Luar Negeri pada tahun 1997. Tes yang diselenggarakan oleh Deparlu itu adalah tes paling sulit, paling menantang dan paling komplit yang pernah saya ikuti, tapi sekaligus paling saya suka !

Saat itu saya melamar sebagai Caraka Muda. Karena domisili saya di Kudus dan rumah di Tegal, maka saat diundang mengikuti tes tertulis tahap pertama, saya diminta hadir di Balairung Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Selama 2 (dua) hari tes tahap pertama itu, pada hari pertama di pagi hari kami ratusan peserta tes harus mengerjakan 5 (lima) soal esai, dari 6 (enam) soal yang tersedia. Kesemua soal itu berkaitan dengan kondisi politik Indonesia saat itu, sungguh saat menarik !

Beberapa soal yang saya ingat adalah mengenai pengertian politik bebas aktif, kasus Sipadan & Ligitan, kasus uskup Belo, kasus pemberian nobel perdamaian kepada Rammos Horta, serta perihal globalisasi dan transparansi. Siangnya, kami kembali disodori sejumlah pertanyaan dan diminta memilih 5 (lima) untuk dijawab dalam Bahasa Inggris. Tema pertanyaan pun masih seputar tentang perkembangan politik nasional saat itu.
Saya ingat betul, sekembalinya saya dari tes, saya langsung menulis ulang semua pertanyaan tes itu berikut jawabannya kurang lebih persis sama seperti yang saya kerjakan saat tes. Saya yakin, tanpa wawasan yang luas mengenai perkembangan negara dan situasi politik pada saat itu yang menjelang pemilu, mustahil para peserta tes dapat menjawab pertanyaa-pertanyaan itu dengan baik dan memuaskan.

Tentu bukan sebuah kebetulan, bila sejak kecil saya memang hobi membaca surat kabar dan majalah berita. Sejak SD, saya suka mencuri-curi membaca Harian Kompas langganan milik Bapak di bawah pintu rumah dan membukanya perlahan-lahan agar tidak kusut. Dan kebiasaan membaca Harian Kompas itu masih saya tekuni hingga kini. Saat saya bekerja di Kudus dan tengah mengikuti tes Deparlu itu, saya pun sudah berlangganan Harian Kompas, mingguan Gatra dan Tempo ! Sampai-sampai, petugas lopernya berkomentar aneh, karena perempuan muda, 23 tahun macam saya, kok langganan bacaannya media gituan. Hahahaha, tapi terbukti media tersebut sangat bermanfaat dan membantu saya melampaui setiap tes di Deparlu itu.

Pada hari berikutnya, kami diminta membuat konsep tulisan seandainya kami menjadi Diplomat RI, maka konsep diplomasi macam apa yang kami miliki untuk diterapkan dalam kebijakan politik luar negeri RI. Semua penjelasan itu harus dituangkan lagi-lagi dalam Bahasa Inggris sedikitnya 600 kata (kalau tidak salah).

Tak lama setelah itu, saya mendapat panggilan wawancara bersama 5 (lima) orang pejabat Deplu, katanya mereka itu Diplomat. Pada kesempatan itu, kami diminta mempresentasikan konsep yang telah kami tulis pada tes tahap pertama lalu. Setelah itu mereka mengajukan berbagai pertanyaan mengenai konsep tersebut, dan semua proses itu berlangsung dalam Bahasa Inggris. Wuiiih ... !

Pada tes tahap dua ini, terasa sekali atmosfer persaingan yang sengit. Namun yang menarik, hampir sebagian besar di antara kami membawa kliping koran maupun majalah mengenai perkembangan politik RI saat itu. Sambil menunggu giliran kami semua membaca bekal kliping masing-masing dan ada pula yang berdiskusi. Untung saya sudah banyak membaca melalui majalah dan surat kabar langganan, jadi saya memilih mengobrol dan berdiskusi dengan sesama peserta tes lainnya. Namun berdikusi di antara orang-orang pintar itu ternyata sungguh inspiring dan menyenangkan loh !

Pada bulan Mei 1997 saya mendapat panggilan lagi mengikuti psikotes di LPT (Lembaga Psikologi Terapan) Universitas Indonesia. Dari wilayah Jawa Tengah dan DIY tersisa 9 (sembilan) orang dari ribuan peserta, dan salah satunya adalah saya ! Semua peserta dari Jawa Tengah dan DIY adalah lulusan PTN, saya satu-satunya lulusan dari universitas swasta !

Di LPT UI, peserta tes dari seluruh Indonesia tersisa 250 orang. Saya ingat dari Papua ada 2 orang dan dari Manado pun tersisa 1-2 orang juga. Di snilah saya mengikuti psikotes paling lengkap yang sangat luar biasa ! Walaupun tidak berhasil mendapatkan pekerjaan itu, tapi tetap saja pengalaman mengikuti tes di Deparlu membuat saya sangat bangga dan kaya pengalaman !

SAYANG MENERIMA & TAK COCOK HARGA

Dari banyak tes dan wawancara, ada juga beberapa di antaranya yang saya berhasil memenangkannya dan menjual kompetensi saya. Namun, pada akhirnya tidak saya ambil tawaran itu justeru karena hal-hal teknis lainnya. Saya bercita-cita sekali bekerja di organisasi internasional macam UNDP, UNICEF, UNESCO, dll. Suatu ketika setalah melalui wawancara di salah satu badan internasional tersebut, saya pun diberi kabar kalau saya diterima bekerja untuk kontrak 6 (enam) bulan. Namun tak lama kemudian, mereka membatalkan itu, lantaran mereka kasihan karena bila saya menerima tawaran mereka berarti saya harus melepas pekerjaan saya di salah satu BUMN saat itu, yang menurut mereka sayang untuk ditinggalkan. Waduh, bagaimana ini ? La wong sayanya saja ga' ada masalah, tapi mereka justru merasa sayang ....



Di lain kesempatan, saya melihat sebuah Universitas kelas dunia di Indonesia membuka lowongan posisi PR Manager. Berhari-hari, berminggu-minggu saya melihatnya saja sekedar nice to know dan tidak sedikit pun berniat melamarnya karena lokasinya jauh dari rumah. Hingga suatu hari saya menerima surat elektronik dari sebuah perusahaan head hunter (pencari tenaga kerja on line) yang meminta saya mengirimkan CV lengkap saya kepada universitas tersebut. Well, nothing to loose, saya kirim saja CV lengkap saya.

Kurang dari seminggu, saya pun mendapatkan panggilan itu. Seorang mantan Menteri Riset dan Teknologi menunggu saya di mejanya untuk kemudian mengajak saya berbincang mengenai banyak hal. Pembicaraannya mengalir sangat hangat dan menyenangkan. Beliau banyak memuji kompetensi saya dan mengatakan secara terus terang, kriteria saya melampaui targetnya. Sopan betul beliau ya ... ? Hahahahaha ....

Sayangnya, pada saat negosiasi dengan pihak yayasan, kesepakatan tidak berhasil dicapai. Pada prinsipnya saya sangat negotiable, namun saya tetap harus realistis menghadapi hidup. Jadi dengan lapang dada, saya pun tidak berhasil memperoleh pekerjaan itu sebagai PR Manager. Setidaknya, bukan karena saya tidak mampu, tapi karena mereka belum mempunyai kebijakan untuk memberikan reward bagi saya setidaknya sama sebagaimana yang saya peroleh selama ini.

MANFAAT ASSESTMENT
Bagi saya, pengalaman mengikuti berbagai undangan assestment dan wawancara itu memberikan banyak manfaat. Pertama melatih saya dalam berdiplomasi secara personal dan yang lebih penting mengetahui posisi tawar kompetensi kita di luar apa yang kita miliki saat ini.

Begitupun saat assestment lalu sang spikolog mengomentari bahwa saya 'beda gelombang' dengan lingkungan yang saya hadapi saat ini. Ibarat sebuah gelombang adalah am sementara gelombang yang lain adalah fm, tentu tak mungkin bertemu bukan ? Kalau beda frekuensi tentu masih mungkin bergeser untuk menyesuaikan diri, tapi kalau beda gelombang ? Sama halnya setelan listrik, yang satu 220 dan lain 110 maka bisa bikin korslet kan ? Makanya, yang terbaik saat ini mungkin untuk tidak menggunakan gelombang yang saya miliki sambil terus berusaha mendapatkan gelombang lain yang sesuai untuk saya.

Rezeki tidak mungkin salah alamat, itu hal yang selalu saya yakini. Jadi kalaupun belum berhasil sekarang, itu bukan berarti gagal selamanya. Ikhtiar itu wajib hukumnya, dan pada setiap kejadian ada banyak hikmah di dalamnya. Allah SWT tentu telah mengatur agar semua yang terbaik bagi kita selalu tiba pada waktunya yang paling tepat dan sempurna. Inssya Allah, amin ....

2 comments:

Unknown said...

aslmkm. Wr. Wb.

Sebelumnya perkenalkan nama saya didi. Tulisan Mbak Firlly sangat menginspirasi saya, serasa nonton nonton kick andy. Hehe..
Kalau diperkenankan bertanya, saya ingin minta saran Mbak.. sampai kapan kah kita seharusnya berhenti mencari tempat kerja baru Mbak? Maaf lagi galau (bahasa sekarang hehe). Yang terakhir Mbak, saya baca Mbak pernah di Pt. P*ra Bar*tama , bagus tidak untuk perkembangan karir kita? Kebetulan saya lukusan IT.
Terima kasih Mbak. Semoga Mbak Fir tambah sukses. Amin...

Unknown said...

aslmkm. Wr. Wb.

Sebelumnya perkenalkan nama saya didi. Tulisan Mbak Firlly sangat menginspirasi saya, serasa nonton nonton kick andy. Hehe..
Kalau diperkenankan bertanya, saya ingin minta saran Mbak.. sampai kapan kah kita seharusnya berhenti mencari tempat kerja baru Mbak? Maaf lagi galau (bahasa sekarang hehe). Yang terakhir Mbak, saya baca Mbak pernah di Pt. P*ra Bar*tama , bagus tidak untuk perkembangan karir kita? Kebetulan saya lukusan IT.
Terima kasih Mbak. Semoga Mbak Fir tambah sukses... amin..