Monday, 1 September 2014

RIDHO ALLAH saja ....

Ceritanya sejak usai lebaran lalu saya sakit tak jelas. Tiba-tiba saja bangun tidur itu mendadak badan ini ngilu semua. Sakit itu terasa saat saya menunggu bapak diperiksa di UGD rumah sakit dekat rumah. Saya piker, karena bapak akhirnya diopname, saya putuskan saya baik-baik saja, cukup istirahat di rumah. Tapi ternyata, 3 (tiga) hari istirahat tidak kunjung sehat, saya malah panas tinggi. Akhirnya, saya dan bapak pun bersebelahan kamar deh di rumah sakit sama-sama diopname.

Nah, bicara soal sakitnya itu, sungguh menarik loh. Karena dari hasil lab semua baik-baik saja. Jadi yang saya rasakan itu, panas tinggi, badan ngilu semua, terutama di persendian tangan dari siku, pergelangan tangan dan telapak tangan. Pada kaki juga serupa, lutut, pergelangan kaki dan telapak kaki, sakitnya luar biasa. Jadi yang namanya telapak kaki itu ga' bisa napak ke lantai. Sementara lutut ga' bisa ditekuk. Alhasil, sholat pun saya sambil tiduran dan berangsur-angsur sambil duduk.

Hari terakhir diopname, tubuh saya memerah semua. Hari berikutnya saat transit di Cirebon menunggu kereta, seluruh kaki saya gatal luar biasa. Setelah menunda kembali ke Jakarta karena opname, dengan tertatih-tatih saya pun mengendarai si blueberry dan bekerja seperti biasa. Yang ada kerja 2 (dua) hari, esoknya saya istirahat lagi deh di rumah 4 (empat) hari. Persis peringatan Hari Kemerdekaan RI, 17 Agustus, di hari minggu itu, pulang upacara, saya pun langsung masuk UGD lagi. Upacara itu, hukumnya fardhu 'ain di tempat saya kerja. Jadi kalau tidak upacara bisa kena tilang satpam. 

KEBAIKAN SAHABAT

Adalah seorang sahabat shalat berjamaah di masjid sebelah kantor yang begitu kasihan melihat saya. Beliau ini adalah seorang sederhana penjual kelontong alat-alat elektronik seperti mur, lem, obeng, lampu, tang, gergaji dan sejenisnya. Beliau pulalah yang rajin membawakan saya masakan karena beliau tahu saya tidak punya pembantu ! Saya dinafkahi oleh seorang pedagang kaki lima. Beliau kasihan melihat  saya, sebab setiap kali sholat saya hanya bisa duduk sambil selonjoran kaki. Sementara setiap kali usai sholat, untuk berdiri saja saya harus dibantu orang lain karena pergelangan tangan saya tidak mampu menahan tubuh saya, sakit banget !

Suatu hari, sang sahabat bertanya, "Nama lengkap kamu siapa ?" Beliau sampai menelepon saya berkali-kali menanyakan hal yang sama. Saya cuma bilang, "Sudahlah bu, ga usah ..."

Tiba-tiba, jumat pagi, beliau menghubungi saya, "Kamu nanti ke sini ya, saya mau cerita. Duh, gimana ini saya bilangnya ?" Alhasil, menjelang Jumatan saya bertemu beliau dan mendengarkan kisahnya. Singkat kata, menurutnya, saya ini sakit dibikin orang. Siapapun yang mengirimkan penyakit itu pada saya, menginginkan hal yang sangat maksimal atas sakit saya. Maka beliau meminta saya untuk banyak berdoa.

"Alhamdulillah ... " cuma kata itu yang keluar dari mulut saya. Saya ga' tahu ilmu apa-apa soal beginian. Jadi saya berucap, "In shaa Allah saya baik-baik saja ..." Saat saya Tanya kepada beliau, kenapa melakukan ini, padahal saya tidak memberi informasi apa-apa pada beliau, sambil tertawa-tawa beliau berucap, "Saya kan punya kartu nama kamu ..." Waduh, saya sendiri lupa kapan memberinya kartu nama.  

MENGEJAR DUNIA

Sungguh tidak masuk di akal saya, bila manusia sedemikian berupayanya untuk mengejar dunia. Saya tahu, dalam kehidupan ini ada orang yang menyukai upaya lebih untuk melengkapi hidupnya. Caranya ya, bermacam-macam, selain cara-cara yang lazim dan rasional.

Persoalannya, saat ada pihak yang katanya melakukan hal demikian kepada saya, (wallahualam bisawam, ingat kisah tukang pijat) itu sungguh-sungguh membuat saya super duper heran. Lah saya ini siapa ? Pejabat bukan, orang pinter bukan, kaya raya juga ga, cantik apalagi (ga banget kan ?), lah kenapa harus merasa terancam dengan keberadaan saya ? Atau mungkin saya kege-eran. Bisa jadi alasannya karena sekedar tidak suka saya saja. Kalau ga suka kan, terserah, ga suka ya ga suka aja, jadi mau berbuat jahat apa-apa yang ga perlu alasan apa-apa lagi. Namanya juga ga suka ....


BANYAK BERSHALAWAT & SEDEKAH

Sekali lagi ya, saya kan ga' ngerti nih, urusan perklenikan. Saya juga ga' mau dosa karena urusan ini. Jadi kalaupun beberapa orang menyarankan saya melakukan ini itu, saya akan berpikir serius dan memastikan mana-mana yang sesuai dengan akidah, mana yang tidak.

Seorang tante rupanya sudah mengamati apa yang sedang dan tengah saya alami sejak sebelum ramadhan lalu. Beliau juga tercengang mengetahui apa-apa yang telah saya alami sejak berbulan-bulan lalu sebelumnya. Namun seiring berjalannya waktu, sedemikian besarnya ujian yang saya alami, rupanya apa yang saya alami sebelumnya adalah untuk kebaikan saya.

Beliau berpesan, banyak-banyaklah bershalawat. Bagi saya, saran beliau masuk akal dan sesuai akidah. Karena memang Rasulullah adalah satu-satunya manusia yang mampu memberikan syafaat kepada umatnya, atas izin Allah. Perbanyaklah shalawat setiap waktu, upayakan rutin di waktu dan dalam jumlah yang sama, khususnya setiap usai shalat. Perbanyaklah shalawat pada setiap pergantian waktu, saat maghrib dan selepas subuh. Karena memang saat-saat itulah energy negatif dunia sangat besar. Potensi terjadi musibah utamanya yang berkaitan dengan dunia klenik adalah di saat-saat demikian.

Sedekah, Islam selalu mengajarkan, sedekah adalah penangkal setiap musibah dan pembersih rejeki. Karena dalam setiap rejeki kita, terdapat rejeki bagi sesama kita di dalamnya, rejeki bagi mereka yang kurang mampu.

Bersedekah, yang penting bukan jumlahnya, namun istiqomahnya, sustainability-nya , keberlanjutannya, konsistensinya, frekuensinya. Jadi bersedekahlah setiap waktu, dengan hartamu, dengan senyummu, dengan bantuanmu dalam memudahkan urusan orang lain, dengan ilmumu, dan banyak hal lainnya, bahkan dengan sholatmu, dirimu sudah bersedekah kepada ratusan sendi yang ada pada tubuhmu. Subhanallah ....

RIDHO ALLAH

Sesungguhnya, dalam akidahnya, tidak akan terjadi sebuah teluh atau santet tanpa seijin Allah. Bagi saya, ridho Allah adalah segalanya. Bila dengan apa yang saya alami saat ini Allah ridho pada hidup saya dan mati saya, dunia saya dan akhirat saya, maka saya ridho. Bila dengan apa yang saya alami saat ini menghapuskan dosa-dosa saya yang terdahulu dan menghindari saya atas kesalahan yang mungkin saya lakukan kemudian, sehingga Allah ridho pada hidup saya dan mati saya, dunia saya dan akhirat saya, maka saya ridho.

Sesungguhnya, tidak ada yang lebih mewah dalam kehidupan dan kematian umat manusia selain ridho Allah SWT Sang Pencipta dan Pemilik Hidup seluruh makhluk. Maka sungguh saya merasa sangat malu bila saya harus berkeluh-kesah dengan apa yang saya alamai saat ini. Saya jauh lebih merasa takut bila Allah membenci saya dan menjauhkan saya dari karuniaNya.

Permohonan saya selalu sama, saya hanya ingin Allah meridhoi saya, pada hidup saya dan mati saya, dunia saya dan akhirat saya. Saya tahu permintaan saya itu adalah kemewahan luar biasa bagi saya yang sedikit ibadah dan amalannya dan yang miskin ilmunya. Namun bila saya tidak juga meminta keridhoan Allah, saya khawatir saya akan menjadi umat yang sombong karena tidak membutuhkan pertolongan Allah,  sehingga masuk ke dalam golongan orang-orang yang merugi, naudzubillahi mindalik. Padahal manusia itu adalah makhluk yang hina, yang hanya tercipta dari setetes mani. Semoga apa yang saya alami bisa menjadi pelajaran bagi teman-teman semua.

Saya bersyukur masih memiliki orang tua, bapak dan ibu, yang in shaa Allah selalu ridho dan mendoakan saya. Karena ridho Allah adalah ridho orang tua. Jadi, semoga Allah mengampuni saya dan senantiasa meridhoi saya, pada hidup saya dan mati saya, pada dunia saya dan akhirat saya, senantiasa menguatkan saya, senantiasa melindungi saya, senantiasa memberikan pertolongan kepada saya dan kita semua, aamiin ....
  

No comments: