Ceritanya naksir baju di sebuah butik sederhana dekat rumah. Ada 2 (dua) warna dengan model yang sama. Sayang tak ada warna pink kesukaan saya, adanya warna putih + gold dan peach + putih.
Seperti biasa, baju pilihan saya biasanya yang girly-girly gitu dan dengan disain feminine. Saya tidak suka baju berdisain kasual atau androgine. Saya juga tidak suka baju warna gelap seperti biru, coklat, merah. Kebanyakan baju saya warna soft saja, maklum ... berasa hitam. Jadi kudu cari baju yang ramah di muka ... Hahahaha ....
Nah, maka mencobalah saya baju berbahan full brokat warna peach itu. Baju berpotongan A - line terusan tanpa lengan itu berpadu dengan mini jacket berpotongan princes warna putih, juga berbahan brokat. Jaket ini dipermanis dengan aplikasi brokat dan payet sederhana warna peach sehingga terkesan manis dan girly2 gitu deh.
Begitu pun dengan baju terusannya, pada bagian pinggangnya teraplikasi brokat warna senada dengan payet sederhana sebagai aksen pemanis di garis pinggang.
Setelah mematut diri, saya agak ragu. Honestly, karena bagaimana pun ini bukan warna kesukaan saya. Walaupun peach merupakan warna lembut, tp aslinya peach itu adalah warna orange yang nyolok banget menurut saya.
Maka saya mencoba warna yang lain, yaitu putih. Modelnya sama. Hanya saja, yang ini gaunnya berwarna putih, blazernya berwarna gold.
Setelah mematut-matut lagi, akhirnya saya panggillah si mbak penjaga toko untuk memberikan penilaian. Tahu ga, apa katanya ... ? "Yang putih bagus ya, kak. Terkesan mewah dan anggun. Tapi sepertinya kakak lebih cocok pakai yang peach ..." katanya.
"Yang putih, saya pakai jadi kaya orang tua ya mba ?" tanya saya polos. "Hahaha ... iya kak. Saya dari tadi mau bilang tapi takut kakak tersinggung ..." kata si mbak. Kita ketawa ngakak deh di ruang ganti yang sempit itu.
BUKAN GUE BANGET
Disainnya, ya gitu deh ... potongan boleh jadi sederhana atau simple, tapi tetep ada aplikasi pemanis yang girly2 gitu. Atau, potongannya ala princes banget, dari rok yang bertumpuk, blus ber-ruffles, aplikasi renda hingga pita. Paduannya, ya high heels stiletto pink atau beige, atau boot.
Makanya, sekali waktu nih, daku ngantor pakai rok potongan A line warna biru donker berpadu dengan blus biru langit flower print putih abu2 kecil serta berkerudung donker, itu brondong di kantor langsung komentar, "Mbak, kok kaya guru madrasah sih pakai bajunya ... ???" Buseeeeeettt ... !!!
Aduh, maaf ya para pahlawan tanda jasa madrasah, bukan bermaksud underestimate, tapi maksudnya pilihan pakaian saya hari itu, bukan gue bangeeeeddsss ... !!!
Seorang teman bagian pemasaran bertanya dengan penasaran, "Kamu kenapa pakai baju seperti itu ... ?" Satpam, satpam niiiih ... pun komplen, "Mbak, kenapa bajunya begitu ... ?" Kalau saya tidak pakai kaca mata, satpam juga yang komplen setiap kali saya lewat di pos 1 penjagaan, "Kaca matanya mana, mba ?"
Kalau saya pakai sepatu teplek, teman2 kantor pun berkomentar, "Loh, tumben pakai teplek ... ?" Kalau saya pakai celana panjang (saya jaraaaaaaaaaaannnnnggg sekalai pakai pantalon atau celana panjang), mereka pun komentar, "Kok pakai celana panjang ... ?" Kwkwkwkwk ...
Padahal bukan siapa2 ya, tapi dikomplenin mulu ma orang kalau penampakan tidak sesuai standar dan ga mencerminkan gw banget dalam keseharian. Makanya, geli juga, bisa ya gw, ngantor rapi gitu, tapi kalo ngemall, sekolah, ke rumah sakit/dokter, jalan2 ke mana gitu, penampakan bias dekil abis gitu.
Habisan ya menurut gw, masa orang suruh total football ya 24 jam keceh badai terus ? Kan cape yeeeess ... ? Dan yang terpenting kesian badan kite juga suruh stay tune keren terus. Pan pada saat kita tampil keceh, itu yang namanya gesture, cara jalan, sikap, dan seterusnya kan harus sinkron. Pakai baju anggun ya jalannya harus yang anggun, sikapnya juga gitu. Masa penampakannya anggun sikapnya tomboy kan ngga banget dunk ya ....
Makanya, daku pakai pantalon/celana panjang itu kalau kepaksa aja, saat olah raga di kantor tiap jumat misalnya. Atau saat konvoi komunitas roda empat. Selebihnya mah, ga suka pakai celana panjang.
Daku baru kerja berbilang tahun2 pertama, saat hadir di sebuah undangan teman kantor yang menikah, salah seorang sekretaris senior komentar, "Firlly rapi amat ..." gegara saya datang berkain kebaya dan bersanggul rapi sederhana. Tiba2 seorang sekretaris senior yang lain langsung nimpalin, "Oh dia kalau kondangan selalu rapi, berkebaya dan bersangul (jaman jahiliyah, belum berkerudung)..." tanpa daku sempat jawab komentar sebelumnya. Hehehe ...
Seperti saat komunitas roda empat road show dan mengunjungi istana dan harus mengenakan batik, ya saya tetap memilih pakaian favorit saya, kebaya ! Hahaha ... biar kate nyupir jugaaa ... :p
Jadi yang gitu ya, kalau sesuatu sudah melekat, maka agak susah juga saat kita beda dikit, langsung dikenalin dan ujung2nya dikomplen orang. Padahal, badan, badan kite yeeesss ... ?
No comments:
Post a Comment