Wednesday 30 September 2009

AREA MEROKOK & AREA MENYUSUI

Hampir 2 (dua) tahun berjalan sepertinya, perda larangan merokok diberlakukan. Walaupun belum mendapatkan respon yang terlalu positif alias dipatuhi oleh masyarakat, namun setidaknya sudah banyak fasilitas publik yang menyediakan atau mengakomodir ruang khusus merokok bagi para ahli hisab ini.

Kenyataan itu sungguh terbalik dengan hal yang mirip-mirip atau serupa konteksnya tapi sesungguhnya memiliki nilai kepentingan lebih tinggi, yaitu ruang menyusui bagi para ibu pekerja. Secara hitungan kasar maka terlihat bahwa fasilitas ruang merokok lebih banyak tersedia dibandingkan keberadaan ruang menyusui bagi para ibu pekerja di perkantoran.

Menyedihkan sekali ya ? Bagaimana bila saatnya nanti, saya mempunyai bayi mungil merah yang membutuhkan asi dari saya, di saat saya sudah mulai bekerja ? Bagi saya, tidak fair rasanya bila perempuan disodorkan dengan pertanyaan bahwa bekerja dan menjadi ibu rumah tangga adalah sebuah pilihan. Rasanya sudah tidak ... apa ya ? Tidak rasional, tidak manusiawi atau apa ya ?

Pasalnya, saat ini, biaya hidup begitu tinggi, utamanya biaya sekolah dan kesehatan. Saya tidak bicara bahwa belajarlah nrimo dengan hidup ini. Tidak. Karena bagi saya, setiap anak, setiap manusia berhak hidup layak. Dan saya sebagai orang tua wajib memenuhi apa yang menjadi hak anak-anak saya. Sangat jahat rasanya, bila hidup saya, sejak anak-anak hingga saat ini, atau hingga punya anak nanti ternyata lebih baik dari kehidupan yang dirasakan anak-anak saya. Naudzubilamindalik, jangan sampai. Kasihan mereka ....

Bagi saya, hidup harus diperjuangkan, bukan diterima begitu saja. Bagi saya, beranak pinak dan membangun keluarga bukan untuk membiarkan mereka menerima ketidakmampuan saya dalam memberikan penghidupan yang layak bagi mereka. Tapi sebaliknya, berkeluarga adalah sebuah tanggung jawab yang harus dpenuhi. Bahwa kehidupan saat ini sangat mahal, itulah tanggung jawab saya untuk melampaui itu semua dan memberikan yang terbaik bagi anak-anak saya. Subhanallah ... betapa beratnya.

Tapi sungguh, inssya Allah itu bukanlah beban. Semua itu adalah bentuk keimanan saya sebagai makhluk Allah yang mensyukuri segala karunia yang beliau limpahkan kepada saya. Maka sudah sewajarnya, sepatutnya, seharusnya, saya menjaga dan melakukan yang terbaik atas segala pemberian-Nya, dalam hal ini nanti, inssya Allah anak-anak saya.

Ya Allah, semoga kami tergolong orang-orang yang Engkau sukai ....

No comments: