Wednesday, 31 March 2010

BAD HABBIT

Hampir sepuluh tahun lalu, saat baru diterima bekerja di perusahaan baru, saya menempati sebuah ruang kerja atau kantor yang posisinya sangat strategis dibandingkan ruang-ruang kerja yang lain.

Seperti halnya rumah, posisi ruang kerja saya berada di pojokan (hook). Dengan posisi yang strategis dan kondisi ruang kerja yang sisi depan dan sampingnya berjendela besar-besar maka kami berenam yang berada di dalam ruangan selalu memiliki pemandangan yang menarik setiap harinya. Akibatnya ... tanpa saya sadari (mungkin juga oleh rekan sekerja yang lain), kami seringkali mengomentari siapapun yang lalu lalang di depan ruang kerja kami itu.

Nah lho ... jadi bad habbit (kebiasaan buruk) 'kan ? Karena kalau manusia sudah berkomentar ... sudah menjadi fitrahnya ... manusia itu penuh dengan kedengkian, maka seringkali lebih banyak komentar buruk ketimbang komentar baik yang meluncur dari mulut-mulut kami. Tak jarang kami pun mengolok-ngolok siapa pun orang yang lewat, kenal atau pun tidak kenal. Setelah itu kami tertawa terbahak-bahak. Buruk sekali ya ... ?

Setelah berkantor di sana hampir 3 (tiga) tahun ... saya pindah bagian dan menempati ruangan baru yang letaknya terisolir. Ruang kantor saya berada di lantai dua dengan kondisi yang sedikit lembab dan panas karena pendingin ruangan yang kurang optimal. Walaupun hanya sementara, namun yang pasti ruangan tersebut hanya dikelilingi tembok tanpa satu pun jendela untuk memandang ke luar. Wuakakakak ... !

Saat itulah saya baru menyadari kebaikan dari kondisi yang saya terima saat itu. Saya pun seraya bergurau menghubungi salah seorang mantan atasan dan mengatakan bahwa saya bersyukur sudah pindah bagian, karena dengan dengan demikian dosa saya berkurang karena saya tidak bisa ikut mengomentari atau mentertawai orang-orang yang lalu lalang di depan ruang kantor yang lama lagi. Dan sang mantan bos pun setengah mengumpat berkomentar "Sialan lu ... iya juga ya ... ?" katanya. Wuakakakak ... Alhamdulillah, untuk satu perkara saya terselamatkan ....

Saat ruangan yang tengah dipersiapkan sudah jadi, saya pun menempati ruangan kerja baru yang ... tetap ... dengan peluang yang sangat sedikit memiliki akses pemandangan ke luar. Namun ... ruangan saya kini bisa dibilang adalah ruangan dengan fasilitas terbaik yang dimiliki ruang kerja di antara ruang-ruang kerja yang lain. Maka muncullah persoalan yang lain lagi.

Ruang kerja itu memiliki fasilitas komunikasi yang nyaris sempurna. Akibatnya, siapapun dapat berkomunikasi dengan fasilitas kantor untuk alasan yang rancu, antara kantor dan urusan pribadi. Bad habbit lagi donk neeeh ... ?

Setelah hampir 3 (tiga) tahun saya pindah bagian lagi. Kali ini ... saya terhindar dari keduanya. Senangnya ... ! Saat saya masih mendapati beberapa rekan masih melakukan hal buruk yang pernah saya lakukan sebelumnya, saya pun tersenyum, mungkin dia butuh kondisi serupa saya agar terbebas dari kebiasaan buruknya.
Berbilang tahun kini, saya bersyukur telah melewati ujian yang mungkin bagi banyak orang sangat sepele dan tidak berarti apa-apa. Kadang kita lupa ya ... betapa kita harus pandai-pandai memanfaatkan apapun yang datang dalam hidup kita agar semuanya berlangsung sesuai ketentuan dan kebenaran. Kalau kita tidak mampu 'membaca dan berpikir' maka kita akan tergolong ke dalam orang-orang yang merugi ...

No comments: