Friday 7 October 2011

Kangen Si Jembrong




Si Jembrong lahir sekitar November tahun lalu, 2010. Ibu Si Jembrong adalah Si Lala, kucing rumahan turun temurun yang dibawa, diungsikan dari Bandung.

Tapi Sabtu malam, 24 September 2011, sekitar pukul 21.15 wib Si Jembrong meninggal. Jembrong sakit terserang virus calisa yang sangat mematikan.

Aku merasa sangat bersalah karena banyak alasan. Tepat seminggu sebelumnya aku sempet ngajak Si Jembrong arisan di Pejaten Village. Berangkt sejak jam 11.00 wib siang Si Jembrong kelihatan sekali tidak nyaman dan kepanasan selama di perjalanan naik si jeruk yang berpendingin udara sekalipun.

Arisan selesai lepas duhur, sepertinya Si Jembrong tersiksa sekali karena suara mall yang sangat berisik terlebih saat kita makan. Si Jembrong pun tidak mau makan. Kami sempat foto berdua sesungguhnya. Dan Si Jembrong juga banyak digendong penyayang kucing yang lain selama arisan. Si Jembrong jadi primadona dan rebutan banyak orang untuk digendong dan dibelai-belai.

Dari arisan, Si Jembrong masih aku ajak halal bil halal si jeruk di pondok indah. Kami baru pulang lepas maghrib. Si Jembrong masih tidak mau makan dan minum....

Tiba di bintaro Si Jembrong langsung aku bawa ke dokter dan sempat disuntik. Sayangnya resep dokter sengaja tidak aku tebus karena aku sudah kecapean karena pergi seharian. Apalagi Si Jembrong ya? Dan aku pun lupa untuk menebud resep Si Jembrong sampai esok harinya dan menganggap Si Jembrong akan baik-baik saja.

Jumat siang, 23 September 2011 lepas jumatan aku ditelpon bapak katanya Si Jembrong sakit sudah lemes sekali. Setelah minta tolong sana-sini akhirnya Si Jembrong bisa diantar ke dokter dan langsung diinfus.

Segera setelah pulang kantor aku langsung mampir nengok si Jembrong yang ternyata kondisinya sudah sangat payah & lemah. Aku memang selalu berusaha memberi semangat Si Jembrong. Dan Si Jembrong selalu merespon sapaanku dan berupaya keluar dari kandangnya walaupun terhuyung-huyung. Dan saya harus membujuknya agar mau kembali berbaring agar infusnya dapat mengalir baik.

Saat itu aku selalu bilang, walaupun sakit Jembrong tetap kucing yang paling cantik di dunia. Virus calisa menyebabkan air liur terus mengalir keluar dari mulut Si Jembrong serta mengeluarkan aroma yang anyir. Aku juga selalu mengajak Si Jembrong mengaji, membaca Surat Al Fatihah dan terus beristighfar.

Esok paginya, nafas Si Jembrong semakin keras bunyinya dan Si Jembrong tampak semakin susah bernafas. Si Jembrong pun dibantu dengan oksigen agar dapat bernafas. Semalam kandangnya pun sempat diberi lampu penghangat karena suhu tubuh Si Jembrong sempat menurun.

Pagi itu aku sempat besuk Si Jembrong 2x dan mengusapkan air zam-zam. Tapi nampaknya Si Jembrong juga terkena virus vip yang menyebabkan tubuhnya dipenuhi cairan di area abdomennya. Si Jembrong semakin kritis.

Menjelang siang aku pamit sama Jembrong mau jemput ibu di blok m. Aku bilang, segera setelah jemput ibu aku akan besuk Jembrong lagi. Aku selalu membesuk dan meninggalkan Si Jembrong di dokter dan menyapanya dengan "Assalamualaikum".

Tepat jam 21:00 wib aku besuk Si Jembrong lagi. Kondisinya sudah sangat payah. Aku memaksa dokter untuk mengeluarkan Jembrong supaya bisa mengobrol di meja periksa di ruang dokter.

Saat Jembrong sudah dibaringkan, Jembrong masih saja berusaha untuk berdiri. Air mata aku sudah tidak tertahan lagi. Aku mendekatkan wajahku ke wajah Si Jembrong sambil bicara, "Jembrong, kalau Jembrong sudah tidak kuat, tidak apa-apa. Kalau Jembrong sudah mau pulang, tidak apa-apa, yang ikhlas ya. Aku minta maaf lupa menebus obat. Aku minta maaf suka slentik kuping Jembrong kalau Jembrong pupup sembarangan di dapur. Maafin aku ya Jembrong aku tidak memperhatikan Jembrong saat di awal sakit di kemarin..." aku berlinang air mata. Subhanallah... Jembrong bereaksi terhadap setiap ucapanku. Jembrong mengerti loh kalau aku minta maaf dan Jembrong bereaksi dengan mengatupkan kedua matanya dengan lemah setiap kali aku bertanya. Aku terus mencium kebingnya.

Setelah pembicaraan yang sangat dekat itu... Aku pamit pulang....

Si jeruk baru saja naik ke car pot dan mesin belum juga kumatikan. Telepon seluler sudah berdering dari dokter. Aku tanya, "Si Jembrong meninggal ya, dok?" Drh. Endang memastikan dengan sanga menyesal.

Aku segera kembali ke dokter menjemput Si Jembrong yang sudah terbungkus koran di dalam dus bersiap untuk dilakban. Aku meminta dokter untuk mengeluarkanya. Si Jembrong pun kembali dikeluarkan dari dalam dus dan dengan hati-hati dilepaskan dai bungkusan koran....

Aku ga tahan lagi... Lihat tubuh Jembrong yang sudah tidak bernyawa. Melihat bulunya yang panjang sangat indah putih hitam kuning coklat keemasan... Ekornya yang lebat membuat Si Jembrong semakin cantik.

Sambil terus menangis aku meraih jasad Si Jembrong dalam pelukan. Tubuhnya masih hangat dan lembut. Aku menggendongnya terus sambil mengendarai si jeruk tiba di rumah.

Maka tengah malam itu pun saya sibuk mencari satpam untuk menggali kubur untuk Si Jembrong. Berbalut handuk mandi ukuran sedang, Si Jembrong aku kuburkan... Menghadap kiblat dan wajahnya pun mencium tanah. Semua makhluk ciptaan Allah SWT adalah Islam... Begitu pun Si Jembrong.

Hingga hari ini rasa menyesal seperti masih di hati. Si Jembrong yang suka menggigit kabel telepon hingga semua kabel ponsel ku pun putus tak bisa dipakai. Suaranya yang lembut dan wajahnya yang innocent membuat aku selalu kangen Si Jembrong.

Selamat jalan Jembrong sayang... Maafkan aku yaa... Demi Allah maafkan aku bila aku lalai menjagamu. Selamat berjumpa Allah SWT Sang Pencipta... Di surga... I love you Jembrong... Terima kasih sudah memaafkan kesalahanku... Assalamualaikum.
Published with Blogger-droid v1.7.4

No comments: