Monday 16 November 2015

GW DAH MO MATI YA, DOK ?

2nd, 3rd, 4th OPINION

Jadi, begitu keluar opname di hari Senin 19 Oktober 2015 lalu itu, begitu masuk kerja di hari Jumatnya, sore saya langsung menemui seorang dokter obgyn di sebuah klinik kebidanan internasional di bilangan prapanca. Hasilnya, idem. Begitu dipegang sama dokternya, beliau langsung berguman, "Oh ... iya ... ini mah berasa, besar ini myom-nya ..." Daku diam saja, dokter bintaro bilang tumor, dokter prapanca bilang myom, daku ga tahu bedanya.

Omong punya omong, diputuskan daku langsung suntik sesuatu yang harganya sekisaran harga sepatu boot atau cicilan kpr rumah bujangku di bintaro. Gunanya suntikan itu, pertama untuk meminimalisir perdarahan saat dioperasi, kedua untuk menunda menstruasi. Mengapa menunda menstruasi, supaya Hb daku tidak drop lagi. Sayang kan sudah transfuse 2 kantong mpe sesek napas, kalau Hb drop lagi gegara menstruasi yang keluar sangat banyak darahnya ... ?

Berikutnya, diputuskan jadwal operasi. Sesuai rencana semula, daku berniat operasi di minggu ke-2 atau ke-3 November antara tanggal 9 atau 16 November 2015. Well, karena suntikan bekerja efektif setelah 2 minggu, maka operasi paling cepat baru bisa dilakukan tanggal 6, dan saya putuskan memilih tanggal 9.

Tetapiiii ... ternyata ini dokter prakteknya di RS. Medistra, di bilangan pancoran Jl. Gatot Soebroto, getoooh. Ini dokter ga praktek tempat laen lagi. Jabang bayiiiii ... !!! Jauh aja yak, gimana urusannya ? Tapi ya sudahlah, gimana nti aja, yang penting sekarang suntik aja dulu. Dan cuuuss ... suntik deh di pantat kanan, kelar, pulang .... eh, salah, kuliaaaah ... !!!

Pulang, tiba di rumah pukul 23.00 malam karena si jeruk kutinggal di kantor, gegara jam ketemu dokternya melewati jam 3in1 alias lewat dari pukul 17.00, jadilah daku pulang naek commuter line tengah malam, sambil sempoyongan. Daku ingat, kala menaiki gerbong dibantu seorang penumpang perempuan yang memapahku naik ke atas gerbong, Alhamdulillah, barakallah mbak yaa ... terima kasih ....

GW DAH MO MATI YA, DOK ?

Minggu, daku konsul via WA dengan karib saat SMA, seorang dokter spesialis jantung, dr. Faris Basalamah. Kwkwkwkw ... sakitnya tumor di rahim, konsulnya ma dokter jantung. Hahahaha ... Daku mulai berkisah dunk, kronologis keluarga ibu yang genetis CA (kanker) dan kakak ibu yang berpulang karena kanker serviks, di usia yang beti (beda tipis) dah dengan usiaku saat ini ....

"Gw dah mo mati ya, dok ?" pertanyaan gw absurd gitu ke Faris. Kalem si dokter ngejawab, "Gaaaak ..." katanya. Daku konsul banyak hal ma Faris, termasuk cari dokter bagus yang rekomen tapi yang di bintaro aja. Berbilang menit, Faris kasih satu nama dokter obgyn di Bintaro, tapi juga kasih satu nama lagi dokter obgyn lulusan Jerman, perempuan, yang praktek di RS Pondok Indah. Obrolan di hari minggu itu, berakhir dengan rencana konsul ke Pondok Indah hari Senin.

Maka pagi-pagi itu dari kantor saya menghubungi RS Pondok Indah, minta nomor urut konsul ke dokter dimaksud untuk hari itu juga. Dapat urut 2, pukul 18.30. Welldone !

Ketemu dokternya yang sepantaran itu, daku berasa ketemu teman lama saja, padahal baru kenal. Dokternya baik dan ramah. "Saya lihat dari dalam ya ?" tawarnya. "Oh, plis ... ga mau dok. Sakit ..." daku merajuk. Pokoknya paling ga mau ada barang sesuatu di dalam sana, ga juga papsmear, ga juga kateter, ga bangeeeeeettt ... !!! "Oh, ya sudah, kita lihat dari atas (USG) aja ya ..." akhirnya beliau mengalah.

Hasilnya ? Ah tentu saja sama, "Oh iya, ini ada di rahim. Rahimnya bagus, panjang. Ukuran normal rahim 7 cm, rahim kamu sekitar 9 cm." katanya. Tiga buah gambar hasil USG pun tercetak. Sebelum pulang, beliau buatkan daku surat pengantar tulisan tangannya untuk dokter di RS Premier Bintaro yang beliau rekomendasikan. Setelah saling berpelukan dan memberi ciuman, daku pun pulang dengan tenang.

Daku beruntung sempat bertemu dengan beliau di hari Senin malam itu, sebab di hari Sabtu, beliau akan terbang untuk belajar hingga 2 bulan ke depan ! Tidak ada yang kebetulan di dunia ini bukan, selain karena ijin Allah ?

The 4th Obgyn, nemuin dokter yang dimaksud, di hari Kamis, 29 Oktober 2015. Begitu bertemu, USG lagi, "Oh iya" lagi, ya sudah ... bungkuuuusss ... !!! Daku pun melapor bahwa daku sudah suntik yang mahal itu. Dan kami berdiskusi soal tanggal operasi, maka diputuskanlah operasi hari Selasa, 10 November 2015 pukul 06.00 pagi, masuk rumah sakit Senin, 9 Oktober 2015 untuk observasi kondisi bilamana diperlukan transfuse darah lagi hingga tingkat Hb mendekati normal, minimal di atas angka 10, sebelum operasi.

Kata dokternya, "Prosedurnya sama dengan caesar, cuma ini yang dikeluarkan bukan bayi, tapi tumor ..." Well, daku seringkali bersyukur untuk banyak hal yang daku tidak mengerti sama sekali, jadi ga kepikiran apa-apa, karena ga tahu yang ditakutin apa. Hehehe ...

Sebelum meninggalkan klinik, dokter membekali dengan bererot dokumen dari yang konsul anastesi, konsul jantung, cek darah HIV, foto thorak, dsb. Pusing yes ngurus gini2an, ribet, tapi mau gimana lagi. Maka begitu keluar klinik daku langsung daftar rawat inap, pesan kamar, beres, pulang. 

LOH, KOK MENS ?

Sesuai rencana, daku akan operasi Selasa, 10 November 2015. Namun ternyata, akhir Oktober itu, daku menstruasi. Lah, terus suntikan kemarin itu ? Yah, namanya juga sakit. Ikhlasin saja.

Daku menunggu-nunggu kapan kelar ini mens. Hingga tanggal 8 daku masih mens juga. Daku berkoordinasi dengan kebidanan rumah sakit. Bila hingga tanggal 9 daku masih mens, maka operasi mundur.

Subhanallah, persis di hari Senin pagi itu, daku benar-benar kelar itu mens. Allah sungguh Maha Pemurah ... Maha Pengatur ... Maha Kuasa .... Alhamdulillah ....

GA DAPAT KAMAR

Maka di hari Senin itu, 9 November 2015 daku beberes rumah semaksimal mungkin supaya nti kalau pulang rumah sakit, rumah dalam keadaan rapi. Kebayang, kelar operasi ga bisa ngapa2in kan repot ya ngelihat rumah berantakan, empet rasanya. Kelar beberes rumah bada ashar, daku pun meluncur ke rumah sakit.

Prosedur seperti biasa, biar kata mau ke IGD dalam keadaan tepar juga, daku langsung menuju lobi terlebih dulu, menurunkan 'perbekalan'. Petugas sekuriti yang semuanya daku kenal baik, menyambut seraya berkomentar, "Bawaannya banyak banget bu, mau liburan ?" tanyanya sambil menurunkan koper pink, backpack pink, kantong dokumen medis, dan kantong obat. Daku cuma bisa nyengir, "Gitu deh, mas ... Saya titip dulu ya, saya ke admin sebentar ..."

Tiba di meja admin, dari kejauhan seorang suster dari poli si ganteng, dokter orthopaedist daku yang dasyat banget gantengnya itu, menghampiri, bertanya dengan raut muka keheranan, karena mendapati saya duduk di meja pelayanan pendaftaran rawat inap. Katanya, "Ibu kenapa lagi ?" Daku senyum-senyum aja. Kwkwkwk, tiap pengkolan rumah sakit ini teman-teman daku bertebaran ya, sudah menjadi keluarga, Alhamdulillah. "Ada tumor di rahim, mbak. Saya mau operasi in shaa Allah besok pagi ..." jawab daku. Si suter terlihat iba, "Yang sabar ya, bu ..."ujarnya sambil menepuk-nepuk punggung daku dengan lembut. Subhanallah ... daku pun mengangguk-angguk ....

Tak lama, Mas Gofur, petugas satpam yang sudah mejadi sahabat daku menghampiri dengan membawa sejumput dokumen, "Bu Firlly, mari saya antar ke kamar ..." sapanya ramah sambil berusaha melayani saya sesuai prosedur. Daku pun jadi tertawa-tawa karena berasa aneh digituin. Dulu waktu pertama kenal sih ga pa-pa, tapi sekarang sudah jadi sahabat, digituin daku jadi cekikikan. Karena tiap kali ke rumah sakit, prosedurnya daku biasanya menemui mereka dulu, ketawa2, ngobrol, kadang nitipin kunci mobil, becanda, lucu2an deh pokoknya. "Mau pake kursi roda, mba ?" tawarnya. "Yaelaaaah ... masih bisa jalan keleees mas biarpun pincang ..." jawab daku pede maksimal.

Ternyata, daku tidak mendapatkan kamar yang daku minta, padahal sudah minta sejak tanggal 29 Oktober sementara hari daku masuk adalah 9 November, sepuluh hari pesan tapi ga dapat kamar, sebel juga sih rasanya. Tapi akhirnya, ah ... sudahlah, rejekinya ini, harus disyukuri, Alhamdulillah, berlatih sabar, berlatih prihatin. Setidaknya, permintaan dapat kamar yang dekat dengan meja admin suster jaga terpenuhi. Jadi bila terjadi sesuatu yang urgent, suster cepat datang.

Pihak rumah sakit karena tidak dapat memenuhi permintaan daku untuk menyediakan kamar dengan satu bed, akhirnya menempatkan daku di kamar dengan 2 bed, namun bed sebelah dikosongkan. Baik yaaa ... jadi daku benar2 bisa sendiri dan berkonsentrasi.

Disambut ramah seorang suster yang sudah kutemui sejak di poli konsul dengan dokter, daku langsung memeluk dan mencium kedua pipi suster yang tengah hamil 7 bulanan itu. Daku pun berbenah mempersiapkan diri, persiapan mental lahir dan batin. Daku langsung diminta makan malam, karena saat daku masuk, makan malam sudah tersedia. Daku memutuskan sholat maghrib terlebih dulu, baru mam.

Kelar maghrib, mam dan isya, suster menghapiri menyampaikan safety induction, hand washing procedure dan interview medical profile and experience. Kelar itu, daku pun tidur agak cepat supaya kondisi fit esok pagi.

"MET ULANG TAHUN YA ..."   

Kelar sholat subuh suster menghampiri meminta saya mandi berkeramas. Padahal daku sudah mandi besar sejak Senin sore, bersiap kalau-kalau daku mati paska operasi jadi daku dalam keadaan suci. Tapi ternyata daku harus mandi lagi dengan sabun khusus yang disediakan rumah sakit. Ya sudah, samina wa'atona saja, lakukan saja. Serahkan pada ahlinya.

Menjelang pukul 6 daku mengirim pesan pendek ke anak kesayangannya bu Stella yang Hari Pahlawan berulang tahun. Detya sedang di Bangka Belitung. Ucapan ulang tahun daku cuma dijawab singkat, "thq u" katanya. Hahahaha ... cucian deh lu dikacangin ....

Setelah dapat panggilan dari kamar operasi, daku pun didorong menuju lantai 2 ke operation theatre. Mengenakan kerudung putih berenda ala Syria dan membawa sebuah tab, saya memasuki ruang operasi seorang diri dengan santai dan cengar cengir sih aslinya, hahaha ... Bismillahirrahmanirrahim, lillahita'ala ....


"SEPERTINYA SAYA FAMILIAR DENGAN WAJAH IBU ..."

Memasuki area recovery di operation theatre, daku disambut ramah oleh seorang paramedic pria. Beliau lalu menanyakan hal-hal secara prosedur dengan sejumput dokumen di tangannya. Lalu katanya, "Tunggu ya bu, dokternya belum datang ..." Eeeeee ... tak lama kemudian, beliau balik badan lagi, katanya, "Sepertinya saya familiar dengan wajah ibu ..." sambil raut wajahnya berpikir mencoba mengingat-ingat sesuatu. Daku pun kalem menjawab, "Saya baru operasi meniscus akhir April lalu, mas ..."

Maka petugas paramedic itu pun senang, "Wah iyaaaa ... betul kan, pantesan saya sejak tadi mengingat-ingat sepertinya saya sudah kenal wajah ibu. Dulu sama dokter ***** (si ganteng), ya bu ?" tanyanya penasaran. "Iya, betul," jawab saya senyum-senyum. Mas Trias, demikian nama paramedic itu, langsung memanggil kawan sejawatnya mengabarkan keberadaan saya. "Kamu ingat ibu ini ga ? Dulu operasi meniscus sama tim kita juga ..." tanyanya gembira. Mas Trias sampai-sampai mengecek data daku di komputer tak jauh dari tempat daku rebah. "Wah betul bu, waktu itu oleh saya juga bu, yang mendampingi ..." beliau pun tertawa senang, rasa penasarannya terjawab sudah.

Bayangkan ya, sebegitu banyaknya pasien, beliau sampai2 ingat tampang saya. Padahal tampang perempuan di kerudungin kan sama semua ya ? Apalagi polosan ga pakai make up (daku memang sehari-hari ga make up-an). Jadi daku amaze aja ada petugas paramedic yang mengenali wajah daku. Sementara, pasien yang beliau hadapi selama ini, sejak April ke November kan banyak sekali ya pastinya ... ? Subhanallah, Alhamdulillah ... Bertambah lagi satu orang sahabat daku di rumah sakit ini. Masya Allah ... !!!  

"MBA, SAYA MALU ..."

"Dokternya sudah datang, bu sedang di parkiran ..." kata Mas Trias. Daku pun lalu didorong masuk kamar operasi. Kasur dipepetkan ke meja operasi, saya pun diminta pindah ke meja operasi, sendiri. Dulu saat operasi meniscus, daku diangkat oleh petugas paramedic saat prosesi ini.

Seorang suster bagian anastesi menghampiri, memperkenalkan diri, daku diminta nyaman selama operasi. Daku lalu diminta duduk dan diperkenalkan dengan seorang dokter anastesi. Maka dokter mulai meraba tulang belakang, dan daku pun meminta maaf, karena ya ... gimana ya ... daku kan nyaris terbuka di banyak auratnya. Daku lalu membalikan badan sebentar, "Bissmillahirrahmanirrahim dulu ya, dok ..." pinta daku. "Iya bu, bismmillahirrahmnirrahim ... saya akan mulai suntik ya, bu. Ini sekarang saya suntikan," Dan cuuuuusss ... "Aduh, aduh, aduh, sudah dok suntiknya, sudah, sudah, sudah ... sakit dok ... astaghfirullahaladzim ..." daku mulai berisik ! Hahahaha ....

Kelar disuntik, daku pun kembali direbahkan dengan bantuan suster. Lalu suster yang lain merapat, keduanya mulai bersiap memasang kateter pada saluran kemih daku. Innalillahiwainnailaihi rojiun ... Saat operasi dengan si ganteng, daku masih bisa bernego agar bisa dioperasi berpakaian lengkap di kamar operasi bahkan tidak menggunakan kateter meskipun bius dengan prosedur spinal (local). Tapi kali ini, daku tidak sedekat itu dengan dokternya. Lagi pula sulit rasanya operasi caesar tanpa kateter kan ya ?

Maka dengan tubuh yang sudah terbius, mati rasa dan tak bertenaga, kedua suster itu mulai menyingkap kedua kaki daku untuk dipasang kateter. Dan daku, masya Allah ... masih bisa merapatkan kedua kaki lagi karena tak kuat menahan malu, "Saya malu suster ... saya malu ..." keluh daku menyadari paramedic pria masih bersliweran di sekeliling daku. "Ga pa-pa bu, mereka semua sedang di meja, jauh, saya sekarang sedang menutupi ibu (dengan badan mereka)," jelasnya. Daku pasrah total. Padahal, batuk saja daku sudah tidak mampu menggerakkan dada karena sudah powerless tak bertenaga, tapi ini kedua kaki masih sanggup daku gerakkan gegara stress menahan malu.

Urusan kateter kelar, operasi pun dimulai. Suster membantu daku membuka tab sehingga daku bisa membaca surat kesukaan, Ar Rahman. Tapi baru juga membaca 16 ayat, daku tertidur. "Suster saya pusing," itu kalimat terakhir yang daku sampaikan ke suster, dan setelah itu daku pun tertidur pulas. Rupanya, walaupun bius local, suster diminta memberikan obat tidur karena daku masih bisa aduh-aduh selama operasi.

Di ujung operasi tahu-tahu daku sudah melek lagi. Sakti yak timing obat tidurnya ? Mas Trias berdiri di samping kepala seraya bertanya, "Ibu mau lihat hasil operasinya ?" tawarnya. Daku cuma mengangguk-angguk saja, masih pusing kepala. Tak lama beliau menyodorkan segumpal daging yang masya Allah besarnya, tepat di samping kepala daku. Cuma dalam hitungan detik, daku langsung memalingkan muka, ga kuat lihatnya. "Nanti saya foto saja, ya bu. Nanti saya kirim gambarnya ke ibu ?" tawarnya, baik sekali. Lagi-lagi, daku cuma mengangguk-angguk.

Jadi rupanya, dari dalam Rahim daku berhasil dikeluarkan 5 (lima) buah tumor, yang satu ukurannya sangat besar nyaris berdiameter 10 cm lebih, sementara sisanya yang 4 biji berukuran 1,5 - 2 cm seukuran bakso. Takut daku lihatnya ....

"TAMPANG GUE JELEK YA, NGGA ?"

Kelar operasi, Angga, guru piano daku, brondong rumahan yang baik hati itu menyempatkan diri untuk menemani. Kebetulan setiap pagi dan sore Angga mengantar dan menjemput adiknya berangkat dan pulang kerja ke titik shuttle bus antar jemput kantornya, tak jauh di rumah sakit. Maka mampirlah dia. Daku memang cerita tentang rencana operasiku ini hanya kepada kedua orang sahabat, Angga dan Lita, adik kelasku SMA.

Maka selama membesuk, Angga bolak-balik panggil nama daku mulu. "Mbak, sudah bisa buka mata belum ? Mbak, masih pusing ya" tanyanya gusar. Daku 'kan ga punya saudara laki2 ya, jadi melihat Angga tuh berasa punya adik laki2 gitu. Dan anehnya daku ga berasa yang butuh kakak laki2 gitu ... Lucu ya ?

Sementara Angga, anak paling besar, jadi ga punya kakak kan ya. Jadi daku selain suka nge'bully', daku juga suka bicara sama dia, semisal memintanya sholat saat kita sedang ngemall rame2 dengan orang2 symphony. Yang ada sekarang, saat sedang mengajar daku yang datangnya ketelatan sehingga ketemu adzan saat di tengah2 proses belajar mengajar, Angga sudah bisa tuh, langsung meminta ijin, "Mbak saya sholat dulu yaaa ... ?" Kebayang ga senangnya jadi saya ? Alhamdulillah ...

Sekalinya daku melekin mata, "Nah ... itu sudah bisa melek matanya ..." katanya senang. "Masih ngantuk ya, mbak ?" tanyanya penasaran. "Ngga, tapi pusing," jawab daku lemah gitu. Dan daku mulai mengajukan pertanyaan konyol, "Tampang gw jelek ya, Ngga ?" kwkwkwk ... "Yaelaaaaah, ga mbak ...." jawabnya sambil ketawa.

"YA ALLAH IBU KESAKITAN SEKALI YA, KASIHAN ..."

Jadi, operasi dimulai pukul 06.40 kelar sekitar pukul 07.40, recovery hingga menjelang pukul 09.00 dan lewat pukul 10.00 efek bius mulai hilang. Rasa sakit pun mulai menyerang tanpa ampuuuunnn ... !!!

Daku pikir ya, operasi meniscus lalu dan jadi pincang itu hidup daku sudah kelar, kesakitan selama 6 bulan therapy dan ga bisa jalan normal tuh rasanya sudah berasa "I am done" gitu. Daku pikir, opname terakhir Oktober lalu dan kejang2 nyaris 4 jam itu rasanya sudah mau mati beneran, saat baca istighfar saja susahnya masya Allah. Tapi ini kali ... sungguh ga ke'omong lagi rasa sakitnya.

Air mata mengalir deras di kedua ujung mata, sementara daku berusaha terus bisa istighfar sekuat tenaga. Daku ga bisa lagi membuka mata karena menahan sakit yang teramat luar biasa. Dan waktu berjalan terasa amat lambat, sementara kateter di bawah sana sungguh semakin melengkapi semua rasa yang sudah ga lagi terucap.

Daku berkali-kali minta obat penghilang rasa nyeri. Sementara di tangan kiri, sebotol morfin aktif mengalir melalui infus sebagai penghilang rasa nyeri. Tapi akibatnya, daku jadi pusing kepala dan mual luar biasa. Perut kosong, sakit untuk kontraksi tapi terpaksa muntah berkali-kali. Astaghfirullahaladzim ... Daku cuma bisa istighfar ....

Segitu begonya kondisi daku mungkin saat itu ya, segitu teparnya, suster-suster sampai pada kebingungan dan bolak-balik menawarkan diri untuk menghubungi keluarga yang bisa diminta datang untuk menemani. Dan daku bergeming, tetap mau sendiri. Dokter jaga pun tak kalah khawatir bolak-balik menghampiri daku yang sudah setengah pingsan kali ya menahan sakit, "Ya Allah ... ibu kesakitan sekali yaa ... kasihan ..." katanya iba. Dan daku asli sudah mulai sesenggukan berguncang-guncang. Sungguh drama situasi pagi itu. Hahahaha ....

Hingga menjelang pukul 9 malam daku sholat sambil antara ada dan ga ada gitu nyawanya. Dan ga terhitung berapa kali daku sudah muntah2. Yang pasti semua makanan sejak pagi sudah keluar semua tak bersisa. Akhirnya suster memberikan infus nutrisi untuk membantu daku spy kondisi tidak terlalu lemah karena kurang asupan makanan.

"KAMU NAKAL ..."

Setelah dua malam menginap, akhirnya daku mendapatkan kamar yang dipesan, Maka Rabu pagi itu, 11 November 2015 daku pindah ke kamar yang sendirian. Pffffuiihh ... Alhamdulillah, lebih nyaman, daku bisa istirahat lebih baik.

Tetiba agak siang, Lita 'melapor', "Mbak, kok status bbm ibu begitu ? Aja2 ibu ngerti kon lara, mba ?" Waduh ... bisa runyam deh nih urusan. Eeeh ... benar saja, sorenya bada ashar, ibu dan bapak datang, jauh2 dari Tegal !!!

Pertama nongol tampang bokap, senyum-senyum ga pa-pa. Berikutnya, nongol nyokap dengan mata sembab ala drama sinetron 'Tersanjung' era 80-an itu menyeruak sambil menahan tangisnya. Nyokap tahu, kalau nyokap nangis di depan daku gegara urusan yang gini2 menyoal diriku, daku pasti pasang muka adem, alias cuek aja, ga daku urusin, hihihihi ... Katanya, "Anak nakal !" seraya mencium daku. Kwkwkwkw, waduh, lagi kali ini daku dikatain nakal ma nyokap, aslinya kan daku badung kelas dewa yak, bukan nakal ? Hahahahaha ... !!!

Tiba malam, daku minta nyokap bokap pulang untuk istirahat di rumah. Tahu dunk reaksi nyokap yang drama ituuuuu ... ? "Kamu kenapa sih ga mau ditemenin ibu di sini ... ?" tanyanya sensi, sesensi kucing bunting itu, sambil suaranya tercekat. Sementara daku tetep rebah munggungin nyokap miring ke kanan. Bukan apa-apaaaa ... ngapain juga coba tidur di rumah sakit kan yaaa ? Ga enak, biarpun extra bed nya spring bed tebal lebih bagus dari hotel Mulia, sumpah, dan sofanya nyaman. Lagian, dakunya jadi ga bisa istirahat, sebab kamarnya jadi berisik dan berantakan banyak barang, daku ga bisaaaaaaa ... huuuuuu ....

Akhirnya dengan bersungut2 dan manyun, mereka tidur di rumah. "Ibu jauh2 dari Tegal, yang ditemuin ga mau ditemenin ..." Ibu merajuk kesal. Daku dengan santai nyautin, "Udahlah ... di rumah aja bisa main ma tidung sama si kuning ..." kwkwkwkwk ....

KELUARGA BESARKU

Siangnya, Bian, helper bagian rehab medic yang selalu antar jemput aku dari dan ke kamar selama therapy menuju ruang rehab medic mengetuk pintu, melongokkan kepala, "Kebiasaan deh, kalo sakit ga mo ngabarin. WA napeee ... ?" katanya sebel. Bian tahu daku sakit dari therapistku, mba Imi. Sebelum operasi, daku sempat mengirimkan pesan pendek ke sejumlah sahabat memohon maaf lahir dan batin serta doa berkaitan dengan operasiku. Kalau2 ga ada umur kan, daku sudah minta maaf, iya kaaan ... ?

Maka seperti biasa, setiap kali daku opname, maka Bian selalu daku minta menghabiskan seluruh jatah makanku. Hahahaha ... Sementara daku, minta tolong Bian pesenin nasi ayam penyet yang sambelnya, masya Allah pedesnya ... !!! Hahaha, gilingan ya, tp kali ini daku ga berani pesen itu ayam, perut kalau ngejan bakal sakit luar biasa.

Bada isya ya, kalau tak salah, teman2 serombongan dari rehab medic datang membseuk, mereka para therapists. Waaaah ... daku senang bukan main dan bisa ketawa2 (aslinya sih senyum2 doang, ga bisa ketawa kan ...?) Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah wa syukurillah ... gimana ya menjelaskannya ? Berada di antara orang-orang yang menyayangi kita itu sungguh luar biasa, nikmat sekali, subhanallah. Ga ke'omong lagi deh pokoknya.

Tulus sekali mereka sayang ma aku berarti ya selama ini. Bayangkan, sejak operasi meniscus akhir April lalu, therapy, opname lagi, operasi lagi, opname lagi, mereka selalu besuk, ikut mukul2in punggung daku saat meriang kemarin gegara panas tinggi dan badan sakit semua, dan sekarang mereka bikin daku ketawa2 senang ... Masya Allah ... !!! 

Kamis, 12 Oktober 2015, pagi2, Bu Emma, HRD Rumah Sakit Premier Bintaro yang rumahnya persis depan rumahku saat bujang, di Taman Permata 2 Bintaro, datang membesuk. Bu Emma ini, udah seperti apa yaaa ... kakak perempuan kali ya buat daku. Bayangin dunk, daku yang ga pernah punya rasa need untuk punya kakak (maklum daku anak paling besar), bisa menganggap somebody else sebagai kakak, apalagi kakak perempuan lagi, kan sesuatu banget tuh !

Maka kami pun berpelukan, saling memberikan ciuman hangat. Bu Emma baru besuk, karena sejak hari pertama daku opname, beliau sedang bertugas sama si gantengku (cieee ... si gantengku) ke Surabaya. Bu Emma sempat tuh, kirimin foto si ganteng dari Surabaya. "Dapat salam niiih dari dokter ***** ..." katanya. Daku pun GR maksimal la yaaaaouuww ... kampret tuh dokter, teteeeup somfereeeeett tampangmu itu dok, ganteng bangeeeet ... !!!  :p


HORE, BOLEH PULANG ... !!!

Maka Kamis siang menjelang ashar itu pun daku boleh pulang. Kembali dijemput mas Gofur, satpam rumah sakit, sahabatku itu, daku diantar ke lobi, tetaaap ... tanpa kursi roda, jalan saja pelan2.  Sementara si biru dibawa Pony, daku bulang bersama nyokap dan bokap.

Turun dari mobil, anak-anaku datang menyambut dunk, kangen banget keknya mereka, si kuning, si pincang, si kentek, si abu, si utih, si cemeng 3 ekor, dst. hahahaha ... Alhamdulillah sudah mpe rumah.

GENETIS CA

Jadi sementara ini daku istirahat (lagi) dulu. In shaa Allah Jumat, 20 November 2015 kontrol sambil melihat hasil patologi. Semoga, hasilnya bukan CA ya. Sebab, di garis ibu ada faktor genetis CA (kanker). Kakak perempuan ibu (bude) meninggal di usia kurang dari 50 tahun, karena kanker seviks. Jadi, daku yaaa ... sudah ada di rentang usia itu laa yaa ...

Mohon maaf lahir batin kepada semua handai taulan, para sahabat terkasih, brondong2 yang suka daku bully. Pasti selama ini daku buanyaak banget salahnya ya ... dan doa seorang sahabat itu adalah salah satu doa yang mampu menjadi syafaat kita di hari penghitungan nanti. Bahkan silaturahim yang terjaga di antara para sahabat semasa di dunia in shaa Allah dapat terjalin dan berjumpa lagi kala di surga nanti. Subhanallah ya, keutamaan menjaga tali silaturahim.

Itulah ibroh dari menjaga tali silaturahim. Sesungguhnya silaturahim itu melapangkan rezki, memanjangkan umur, serta menjauhkan diri dari bala atau celaka. Maka perbanyaklah menjalin silaturahim dan jagalah dengan sebaik-baiknya persaudaraan. Sekali lagi mohon maaf lahir batin, semoga Allah meridhoi hidup dan mati kita, dunia dan akhirat kita, menutupi aib dan keburukan kita, di dunia, akhirat dan hari kiamat. Menjaga kita dari fitnah dunia, akhirat dan hari kiamat. Aamin ... aamin .. aamiin ... yaa rabbal alamiin ... Barakallah ....

:*

No comments: