Sunday, 1 June 2014

BISSMILLAHI ALLAHU AKBAR



SEKARANG ATAU NANTI

Ibadah adalah masalah personal. Namun yang menarik dalam Islam, apresiasi Sang Khalik atas ibadah manusia akan jauh lebih besar nilainya bilamana itu dilakukan bersama atau melalui kebersamaan dengan orang banyak ketimbang secara individual atau personal. Itulah sebabnya, sholat berjamaah jauh lebih banyak pahalanya ketimbang sholat sendirian.

Alkisah, saya pun ingin sekali pergi mengunjungi baitullah tidak sendirian. Saya ingin pergi bersama suami. Namun apa hendak dikata, keinginan tersebut walau telah disampaikan secara halus atau sindiran, rupanya belum berbalas sambutan seperti yang diharapkan. Berkali-kali disampaikan, responnya tetap sama. Mungkin beliau ada hal yang jauh lebih penting, mengurus ibunda dan adik-adiknya sepeninggal sang ayahanda. Praktis beliau menjadi kepala keluarga pengganti ayahandanya.

Sementara, keinginan hati ini sudah demikian besar. Mendaftar haji plus saja sekarang mengantri 5 (lima) tahun, sementara haji regular mengantri lebih dari sepuluh tahun. Bila umur ini tak cukup, maka saya tak ingin menjadi orang-orang yang merugi. Maka saat rejeki itu datang, serta merta saya pun mendaftarkan diri, walau hanya haji kecil, berselang sekitar sebulan dari jadwal keberangkatan ....


PERSIAPAN LILLAHITA ALA

Adalah seorang sahabat, yang tepatnya sudah menjadi saudara dan adik bagi saya, Andini Lita, maka saya pun mendaftar dengan pertolongan dia. Tanpa selembar kuitansi pun, saya mengikuti semua informasinya. Memperbarui paspor, mentransfer biaya umroh, imunisasi meningitis dan flu, manasik, hingga jadwal berangkat dan berkumpul di airport. Orang Tegal bilang, saya pasrah bongkokan.

Packing baru saya lakukan dua malam berturut-turut menjelang keberangkatan. Maklum, saya masih bekerja seperti biasa pada hari - H keberangkatan. Uang real, baru saya tukar di jumat terakhir saya ngantor, itu pun lagi-lagi saya tanya Lita, ibunya, yang juga berangkat 2 (dua) hari sebelum saya, dibekali uang berapa ? Maksud saya, agar saya bisa mengkira-kira berapa uang yang perlu saya bawa.


IJIN SUAMI

Saya dijadwalkan berangkat umroh Selasa, 20 - 29 Mei 2014. Namun, saya baru bisa minta ijin suami hari Sabtu malam sebelumnya, itu pun melalui sms. Imbas kehidupan di metropolitan, kehidupan sudah seperti robot. Setiap hari senin - jumat, bangun subuh sudah sibuk dengan keperluan masing-masing. Pulang kantor lepas, maghrib suami sudah sibuk dengan lap topnya di lantai atas hingga jam 24:00 wib, sementara saya jam 20:30 wib biasanya sudah teller, tertidur. Sementara setiap jumat malam suami pulang kantor langsung capcus ke Bogor kuliah dan baru pulang sabtu malam. Praktis, ga ada waktu yang pas untuk bicarakan hal ini secara serius. Apalagi sejak awal terlihat tidak merespon, saya perlu situasi yang benar-benar pas untuk itu. Alhasil, sms - lah yang paling pas, yang saya kirim saat beliau tengah berada di Karawang, hahahaha ....

Senin malam saat berangkat tidur, beliau bertanya, "Besok kamu sama ibu berangkat ke airport gimana ?" (karena esok pagi saya masih ngantor seperti biasa, sementara ibu masih di rumah).Saat saya jawab saya berangkat sendirian, beliau terbengong. "Kamu sure mau berangkat sendirian ? Kenapa kamu ga berangkat sama ibu ?" tanyanya keheranan. Wuakakakak ... sekali lagi nih, korban kehidupan ibukota, komunikasi ga' komplit. Setelah dijelaskan duduk perkaranya, akhirnya beliau mengerti dan ikhlas ridho melepas kepergian saya untuk melaksanakan ibadah umroh esok pagi ....


Sementara semua catatan hutang saya (KPR), surat-surat, dokumen, password semua (bank, internet, dll.), saya wasiatkan pada adik saya satu-satunya, detya. Dokumen di mana, hutang di mana, mencairkan di mana, KPR di mana, ada sekitar sepuluh catatan saya email ke detya secara detil di Selasa pagi 20 Mei 2014 itu. Yang terpenting, bila saya tidak kembali dan detya menemukan aib-aib saya, tolong tutupi dengan baik. Sementara pada suami, saya cuma bilang, bila saya berhalangan tetap, maka insya Allah ada orang yang akan mengurus hal-hal yang akan saya wasiatkan sepenuhnya untuk beliau.


BISSMILLAHIRRAHMANIRRAHIM, BERANGKAT

Selasa sore, menjelang ashar, 20 Mei 2014 saya pun tiba di bandara, sementara sejak pagi yang namanya kepala pusing bukan main. Gimana tidak, 2 (dua) malam berturut-turut saya kurang tidur karena packing yang ga kelar-kelar. Gimana mau kelar, lawong seharian sudah kerja, tiba di rumah urusannya juga banyak, jadi packing sebentar, ngantuk, ya tak tinggal tidung saja, itu pun sudah lewat tengah malam. Alhasil di hari - H saya pusing kepala bukan main. Sepanjang hari yang saya lakukan adalah istighfar dalam hati, berharap pusing kepala ini reda dan menghilang. Saya tak ceritakan hal ini sama ibu, tak mau beliau khawatir. Padahal asli, badan sudah doyong, pusing hingga badan pun panas dan ditambah pula cuaca Jakarta seharian itu sangat panas.

Begitu pesawat lepas landas, menjelang maghrib, saya terus istighfar dan bersiap tidur, membayar kekurangan waktu tidur 2 (dua) malam sebelumnya. Usai meng-qodho shalat, saya pun tidung pulas. Tiba waktu makan, ngantuk-ngantuk, saya paksakan melahap semua menu pemberian pramugari yang rasanya ... arab banget ! Hehehe ... Ndableg, saya makan saja sambil minta teh tawar panas, minum vitamin 4 tablet lifepak, 2 kapsul gel marine omega, 2 kapsul teegreen, dan 1 kapsul R2 night. Kelar makan, lanjut tidung !

Tengah malam, pramugari nyodori lagi makanan sepotong sandwich besar. Dengan mata berat, saya paksakan lanjut makan lagi, karena tak mau sakit, sementara pusing kepala mulai berangsur hilang. Tapi kalau terlalu lama melek, mulai berasa pusing lagi. Maka kelar menghabiskan sandwich, tanpa ba, bi, bu, saya tidung lagi !

Sekitar pukul 00:00 dini hari, kami transit di Abudhabi, menunggu penerbangan berikutnya pukul 02:05 waktu setempat. Masih tersisa pusingnya, saya usahakan tidur sebisa mungkin walau di kursi besi yang agak susah sih buat tidung. Tapi, Alhamdulillah !


SUBHANALLAH MEDINAH !!!

Setiap kali tersadar, mulut ini saya usahakan tidak berhenti istighfar. Banyak orang wanti-wanti untuk banyak istighfar dan sabar selama menjalankan ibadah di Tanah suci. Bagi saya, terlepas apa kata orang, kalau sudah urusan dengan Sang Khalik, saya ga punya option apa-apa kecuali berserah, lillahita ala, dan tentu saja terus istighfar ....

Dan ... subhanallah ... !!! Saya tiba juga di Medinah pas saat adzan subuh berkumandang di Masjid Nabawi, Medinah Al Munawarah, yang hanya beberapa puluh meter saja dari tempat saya berdiri, turun dari bus. Alhamdulillah ... !!! Rasanya apa ya ... ? Senang luar biasa, takjub, bingung dengan keajaiban ini, bahwa saya sampai juga di Medinah. Saya lupa dengan pusing kepala yang luar biasa mengganggu sejak berangkat dari Tanah air. Alhamdulillah, penginapan saya pun hanya berjarak sekitar 50 meter saja dari Masjid Nabawi yang terlihat sangat indah saat subuh itu ...


INDAHNYA MASJID NABAWI

Setelah bebersih mandi, sarapan, istirahat sebentar, saya dan 3 (tiga) orang teman sekamar yang (ketiganya masing-masing beda usia 15 tahun dengan saya, tua banget ya saya dibanding mereka ? Hahahaha ... ), bergegas menuju Masjid Nabawi. Beruntung, antrian bermunajat di Raudhoh baru saja dimulai pukul 07:00 waktu setempat.

Sholat di Raudhoh, bagian dalam Masjid Nabawi di mana bersemayam makam Rasullullah, Nabi Muhammad SAW, adalah sebuah kesempatan emas yang sangat diidam-idamkan oleh semua umat muslim yang berkunjung ke Masjid Nabawi. Namun khususon bagi jamaah perempuan, kesempatan bermunajat di Raudhoh sangat terbatas. Mengapa ? Karena untuk mencapai area Raudhoh, Jemaah perempuan harus melewati area ibadah jaamah laki-laki. Jadi, kesempatan bermunajat bagi jamaah perempuan di Raudhoh yang waktunya cukup lapang adalah dilakukan pada ba'da subuh dan ba'da isya.

Maka kami berempat yang culun-culun ini pun mengantri di rombongan "Bahasa/Melayu" demikian tulisan yang terpampang di papan yang dibawa oleh laskar perempuan Masjid Nabawi. Maksudnya, itu adalah kami, para jamaah dari Indonesia.

Di sela-sela waktu antrian itu, kami menuntaskan sholat tahyatul Masjid dan sholat dhuha. Tak lama, kami mulai berpindah tempat, mengikuti instruksi sang laskar pemandu kami, beringsut mendekati area Raudhoh, sedikit demi sedikit. Setiap berpindah, kami kemudiah disuruh duduk dan menunggu. Setelah berpindah tempat dan menunggu giliran sekitar 2 (dua) jam, akhirnya tibalah giliran kami, jamaah Indonesia memasuki area Raudhoh. Subhanallah ... !!!

Alhamdulillah saya pun berhasil merampungkan 2 x 2 rokaat sholat shunnah di shaf paling depan area raudhoh yang berkarpet hijau. Tak ada jamaah yang tak berlinangan air mata memasuki area Raudhoh ini. Mungkin semua terbayang akan dosa bercampur bahagia berkesempatan mengunjungi makam Rasulullah tercinta ....

Raudhoh berarti taman dan berdoa di raudhoh nilai keafdhal-annya sangat tinggi. Rasullullah pernah bersabda, "Antara rumahku dan mimbarku adalah raudhoh (taman) di antara taman-taman surga." Di sanalah Nabi Muhammad SAW membacakan wahyu yang diterimanya dan mengajarkan tentang Islam kepada sahabat-sahabatnya. Assalamualaika Yaa Rasullallah ! Assalamualaika Yaa Nabiyallah ! Assalamualaika Yaa Shafwatallah !!! Assalamualaika Yaa Habiballah !

Assalamualaikum adalah berjarak, sementara Assalamualaika adalah sapaan tak berjarak, artinya beliau yang kita sapa berhadapan langsung dengan kita. Maka setiap kali mengucapkan salam bagi beliau Baginda Rassul, leher pun terasa tercekat. Subhanallah ... ternyata dalam lubuk hati ini, betapa pun hina diri kita ini, qolbu ini tidak dapat berdusta, bahwa kerinduan hati kepada Beliau begitu besar ... Masya Allah. Mengingat betapa cintanya Beliau kepada umatnya, sementara kita seringkali lalai bersholawat baginya ....


TAHAJUD TERAKHIR

Sholat di Masjid Nabawi yang indah sungguh nikmat. Suasananya begitu syahdu dan tenang. Masjidnya begitu luas dan sangat indah. Kubahnya dapat membuka dan menutup sesuai dengan cuaca saat itu. Kadang sejumlah burung beterbangan di dalam langit-langit Masjid dan sesekali mendarat di dalam masjid.

Sabtu dini hari, 24 Mei 2014, sejak pukul 03:00 waktu medinah saya sudah menggelar sajadah di Masjid Nabawi. merampungkan sholat tahyatul Masjid dan melanjutkan shalat tahajud. Saya bermunajat, terus bermunajat di setiap sujud agar dapat berkesempatan lagi melaksanakan sholat di Masjid Nabawi dan berziarah di makam Rasulullah. Hingga saat ruku yang kesekian, adzan subuh berkumandang, air mata saya bercucuran ....

Subhanallah ... hati saya hancur luar biasa, menyadari ini adalah ruku terakhir tahajud saya di Masjid Nabawi. Sedih bukan main rasanya, menyadari belum tentu saya berkesempatan hadir lagi di tempat yang sangat indah ini, melaksanakan shalat berdampingan dengan saksi bisu, mihrab Nabi Muhammad SAW tercinta. Sesenggukan saya merampungkan tahajud dan shubuh seraya berharap Allah SWT meridhoi saya untuk kembali berkunjung bersama seluruh keluarga tercinta ...


6 JAM MENUJU MEKAH

Selepas sholat dhuhur dan makan siang, tepat pukul 14:00 waktu Medinah kami meninggalkan Medinah Al Munawarah menuju Mekkah Al Mukarammah yang biasanya memakan waktu sekitar 6 (enam) hingga 7 (tujuh) jam. Perjalananan darat pun ditempuh menumpang bus.

Ini dia. Seumur-umur sejak lahir, saya adalah si pemabok perjalanan darat. Perjalanan Tegal - Cirebon yang hanya 72 km saja alias 1,5 jam paling lama, saya mabok muntah-muntah. Perjalanan Jakarta - Bandung tengah malam pun saya mabok 2 - 3 kali hingga memuntahkan seluruh isi perut saya. Itu naik kendaraan pribadi. Apalagi naik kendaraan umum, saya ga' pernah naik angkot karena tukang mabok itu. Kalaupun naik bus umum juga terpaksa. Moda transportasi sahabat adalah kereta api. Bila jalur darat, menyupir sendiri adalah yang terbaik.

Perjalanan ke Mekkah ini pun, saya kebagian duduk di 3 - 4 baris dari belakang. Saya pasrah. Sesaat sebelum berangkat saya kirim pesan singkat sama suami minta didoakan supaya lancar selama perjalananan dan tidak mabok. Subhanallah ! Saya tidak mabok hingga tiba di Mekkah Al Mukarammah bada' isya ! Alhamdulillah ... !!!


BISSMILLAHI ALLAHU AKBAR !!!


Setelah makan malam dan memasukan barang bawaan ke kamar, saya dan rombongan bersiap melaksanakan umroh. Saya sangat bersyukur, para ustadz dan ustadzah yang mendampingi rombongan sungguh orang-orang yang berdedikasi tinggi, bertanggung jawab kepada seluruh rombongan dan berilmu tinggi. Subhanallah, pahala mereka sungguh amat besar.

Kami memulai umroh dengan shalat isya berjamaah. Rombongan melaksanakan umroh dalam sebuah kelompok yang kuat dan kompak. Kaum pria yang berabadan besar memimpin di depan dalam ikatan rantai manusia yang kuat. Sementara yang lainnya membuat pagar betis mengelilingi jamaah perempuan di tengah-tengah. Ustadz Lutfi melafazkan setiap doa thawaf, sejak putaran pertama hingga putaran terkahir dengan lantang ! Jamaah mengikuti dengan kompak dan tak kalah lantang ! Subhanallah, merinding dan bercucuran air mata kami semua. Bissmillahi Allahu Akbar ... !!!

Setelah melaksanakan thawaf, kami melaksanakan sholat sunnah dilanjutkan dengan sai (berlari-lari kecil) dari safa ke marwah, sebanyak 7 (tujuh) kali. Di sinilah dulu Siti Hajjar, istri Nabi Ibrahim ditinggalkan seorang diri di Tanah yang tandus dan gersang bersama bayi mungilnya, Ismail. Saat persediaan perbekalan telah habis, Siti Hajjar berlari dari safa ke marwah untuk mencari air. Beliau berlari sebanyak 7 (tujuh) kali, dan terhenti kala kaki kecil Ismail menghentak ke bumi hingga dengan seizin Allah SWT, bumi pun mengeluarkan mata air, air zam - zam yang terus mengalir hingga saat ini. Subhanallah ....

Saat ini, jamaah melaksanakan sai tidak lagi kepanasan sebagaimana yang dirasakan Siti Hajjar dahulu. Lorong panjang antara safa dan marwah walaupun mendaki pada kedua ujungnya namun dilengkai dengan pendingin udara dan ribuan kipas angin yang tersebar di banyak titik. Bagi yang berkebutuhan khusus pun disediakan jalur tersendiri untuk kursi roda. Sementara air zam - zam tersedia beberapa titik di sepanjang lorong safa dan marwah. Alhamdulillah ....

Ibadah umroh berakhir dengan tuntasnya sai ditandai dengan bercukur tepat menjelang pukul 02:00 dini hari waktu Mekkah.


TAK ADA YANG KEBETULAN

Saya bukan pribadi spesial apalagi ahli ibadah yang mungkin mengalami banyak situasi-situasi yang luar biasa selama dalam melaksanakan ibadah umroh mengunjungi Baitullah dan Masjid Nabawi. Saya hanya punya kepasrahan hati dan pikiran bagai gelas kosong yang tak mengerti apa-apa dengan hasrat yang begitu besar selama menjalani ibadah umroh ini. Saya banyak beristighfar dan terus beristighfar mohon diberi keridhoan Allah SWT agar saya senantiasa lurus dalam niat.

Namun tak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Allah SWT sudah menentukan kitab dari kita masing-masing jauh sebelum kita dilahirkan. Pun saat saya memutuskan mendaftarkan diri untuk pulang kampung, menuju Baitullah, rumah Allah pemilik diri saya yang telah memberikan saya hidup dan kepadaNyalah saya akan berpulang.

Bukan pula sebuah kebetulan di dalam ketidaktahuan saya, bila saya ternyata berkesempatan berumroh di bulan Rajab. Bulan di mana Nabi Muhammad SAW melaksanakan umroh hingga 4 (empat) kali, sekali wajib, 3 (tiga) kali sunnah. Subhanallah !

Lagi-lagi bukan pula sebuah kebetulan, bila jadwal keberangkatan umroh saya tidak berbarengan dengan jadwal haid saya yang tidak pernah teratur ! Saat saya mendaftar umroh pun, saya tidak terpikir untuk menghitung atau mengkira-kira kapan waktunya yang pas sehingga saya terhindar dari jadwal haid. Subhanallah ... !!! Bagi saya, kemudahan-kemudahan ini adalah hal-hal tidak biasa yang sangat saya syukuri ....

Mungkin pula karena rasa rindu saya dengan almarhum Eyang Uti (putri) yang melewati hari-hari terakhirnya bersama keluarga kami di Tegal, bahkan berpulang pun di rumah orang tua saya di Tegal, jadi selama di tanah suci, saya sering sekali berdampingan dengan simbah-simbah. Bahkan sejak berangkat hingga kembali saya selalu duduk berdampingan dengan simbah-simbah di pesawat. Dan setiap makan beliau tidak habis, dipindahkan ke piring saya. Saat mampir di pasar Jeddah sebelum kembali ke Tanah Air, tangan saya digandeng  simbah-simbah. Katanya, "Jangan ditinggal ya, jangan ke mana-mana ... !" pintanya saat beliau menuju kamar kecil. Masya Allah, ternyata saya berumroh di saat tanggal wafatnya Eyang Uti, 23 Mei 2013. Pantas saja, saya selalu terbayang-bayang eyang uti selama di sana ....

Yang tak kalah lucu, saat saya mengambil miqot di Bir Ali, berniat umroh wajib, sebelum memasuki Mekkah Al Mukarammah, tiba-tiba ada yang berlari membuntuti saya sambil memanggil-manggil, "Mbak ! Mbak Iwing (nama kecil saya) !" Setelah saya menoleh, ternyata Edi, adik kawan saya, sekaligus tetangga, yang sudah seperti adik saya sendiri pun, tengah mengambil miqot di tempat yang sama. Edi berumroh bersama adik perempuannya, Geti yang umroh sendirian. Maka Edi menjadi mahramnya. Subhanallah ! Di Tanah suci bertemu tetangga, yang sudah saya anggap keluarga dan adik sendiri ! Masya Allah senangnya. Jadilah hari-hari saya di Mekkah pun banyak diwarnai bersama-sama mereka berdua.


RINDU KEMBALI

Hingga kembali ke rumah, bahkan istirahat di atas tempat tidur, air mata ini selalu menetes mengingat-ingat keindahan dan nikmatnya beribadah di Tanah suci. 

Keindahan Masjid Nabawi dan Ketakziman Kabbah selalu saja terbayang di pelupuk mata dan menggetarkan hati. Setiap doa dunia yang saya panjatkan, saya sampaikan dengan penuh rasa malu dan mohon ampun. Namun demikianlah, saya masih hidup di dunia, maka saya pun memohon keridhoan Allah SWT agar berkenan memberi keselamatan bagi saya, di dunia dan di akherat .... 

Subhanallah ... Melaksanakan ibadah umroh seorang diri sungguh membawa pengalaman yang luar biasa, yang menjadikan saya diri sendiri, apa adanya. Segala kemudahan yang saya rasakan cukuplah sebagai sebuah keajaiban yang sangat luar biasa bagi saya. Pun, saat ibunda bertanya pada saya saya perjalanan pulang ke rumah dari bandara, "Kamu sehat, Wing ? Ga' sakit ?" Saat saya jawab, saya sehat baik-baik saja, selamat di beribadah hingga kembali, beliau pun merasa keheranan, "Hebat ya ... ?" (maksudnya mungkin beliau takjub karena umumnya Jemaah umroh/haji banyak yang terserang flu saat beribadah hingga kembali ke Tanah air. Begitulah, cukuplah yang demikian ini menjadi keajaiban luar biasa bagi saya yang sangat hina dan miskin ilmu ini. Semoga Allah SWT menerima seluruh ibadah saya serta meridhoi dan memberi kesempatan lagi bagi saya untuk berkunjung ke Baitullah. Aamiin, aamiin, Allahuma aamiin ....



Monday, 7 April 2014

NYOBLOS PEMILU

Ceritanya daku pertama kali mencoblos sejak sekitar tahun 1996, masih era orde baru kala itu. Sayang, pengalaman pertamaku mencoblos bukan di usia persis 17 tahun, karena saat usia itu bukan periode pemilu.

NYOBLOS NYOKAP
Naaaaaahhh ... ceritanya lagi, sejak pertama kali mencoblos hingga saat ini, berarti sudah 3 - 4 kali mencoblos kemudian, dakyu ya selalu mencoblos di Tegal, my kampong halaman. Perkaranya, harus mencoblos nyokap, hahahaha ... Tapi berjalannya waktu, daku mencoblos bukan karena mencoblos nyokap, tapi memang mencoblos adalah urusanku sebagai warga Negara, bukan karena harus nyoblos nyokap. Faktanya, daku ga selalu nyoblos partainya nyokap kok. Hehehehe ...

Buat daku, menjadi golput itu benar-benar sikap yang ga ksatria. Banyak pendapat apriori yang mengatakan, lebih baik jadi golput daripada memilih wakil rakyat yang tidak jelas, tidak berkualitas, dan seterusnya. Alasan berikutnya daripada jadi dosa karena berkontribusi memilih wakil rakyat yang tidak bertanggung jawab, jadi mending ga nyoblos, jadi tidak harus bertanggung jawab bila terjadi hal-hal yang mengecewakan.

PROBABILITAS NYOBLOS
Naaaaaaahhh ... coba pikir deh. Memang kalo sudah begitu, terus ga jadi dosa gitu karena tidak memberikan hak pilih ? Yang ada itu adalah sikap pander, pengecut dan tidak bertanggung jawab. Ayo yang jawara matematika, kita diskusi sedikit tentang ilmu probabilitas. Dengan tidak mencoblos, berearti peluang para golputers ini kan 0% alias hilang sama sekali. Akibatnya kata para golputers, mereka bebas dari rasa bersalah dan dosa. Faktanya, dengan hilangnya kontribusi, sementara bila kondisi Negara tetap tidak lebih baik, berarti kan para golputers juga secara langsung berkontribusi terhadap keterpurukan bangsa ini.

Naaaaahhh ... sekarang coba berpikir sebaliknya. Bila para pemilih menggunakan hak pilihnya secara amanah, memilih dengan hati-hati, memilih dengan cerdas, memilih dengan selektif para wakil rakyat yang terbaik, tentu peluangnya bukan lagi 0%, tapi sebaliknya bisa 100% memberikan kontribusi terhadap perbaikan yang sesungguhnya ! Jadi, kenapa harus jadi golpuuuuuutttt ... ?

Kalau dakyu sendiri, yang selalu merasa dibesarkan sebagai anak kampong, daku bersyukur daku berani diadu soal nasionalisme dengan orang-orang yang lain, yang lebih pandai, lebih kaya, lebih cantik (ada hubungannya gak sih ? hahahaha). Entah bagaimana, daku ikut pemilu ya karena kesadaran, daku mencoblos ya karena daku merasa itu tugas daku. Daku bertanggung jawab terhadap pilihan daku. Dan itulah bentuk kecintaan daku pada Tanah air yang sudah memberikan banyak kebanggaan padaku. Ga ada lagi urusan harus nyoblos nyokap.

Selain itu, sudah menjadi kewajiban setiap umat manusia itu mendukung dan mencintainya Negara dan bangsanya, menjadi umat yang samina watona. Jadi kalau diminta mencoblos, ya lakukanlah dengan penuh kesadaran dan rasa cinta.

BELAJAR POLITIK
Membangun kehidupan politik yang diharapkan memang butuh pembelajaran. Jadi ya yang belajar kudu semua, bukan hanya pemimpinnya. Jadi pemimpin memang harus pintar dan cerdas serta amanah. Memang jadi rakyat ga harus begitu ? Well, potret para pemimpin adalah cerminan para rakyatnya. Sesungguhnya kalau kita menilai pemimpin kita korup dan tidak amanah, jangan-jangan karena kitanya pun seperti itu. Alhasil hasil pilihan kitapun yang seperti itu, mirip bahkan sama seperti kita yang korupsi dan tidak amanah.

Makanya, jadilah rakyat yang tidak merepotkan, yang mau diatur secara benar dan layak. Caranya ? Ya jadilah rakyat yang cerdas, jangan memilih pemimpin karena cantiknya, gantengnya, kayanya. Milih pemimpin seperti memilih pasangan. Maka sebaik-baiknya memilih adalah yang baik ibadahnya, imannya, karena mereka akan jujur, sementara orang yang jujur akan amanah atas tugas yang diembannya.

Jadi, selamat berpesta demokrasi ya temans ... !!!

Monday, 25 February 2013

SI MISKIN YANG SOMBONG

Hidup memang penuh misteri. Belasan tahun yang lalu, saya memulai ini dengan melodrama luar biasa yang menjadi pengalaman spiritual tak terlupakan....

ALKISAH
Belasan tahun lalu itu, saya berada pada titik nadir hingga menangis pun mata ini tak mampu lagi meneteskan airnya. Saya drop out kuliah S2, di saat saya menjadi ketua angkatan, dan itu terjadi pada semester 3 dari 4 semester yang harusnya saya tuntaskan.

Di saat yang bersamaan, saya tidak mampu membayar uang sewa kos sehingga semua harta benda saya, buku-buku pelajaran saya, konsep tesis saya, semua dokumen kuliah dan ujian S1 saya yang tersimpan rapi, baju-baju saya, sepatu, tas, perhiasan, perabotan, semuanya, diambil oleh yang punya kamar. Sebagian barang sempat saya ambil, saya susul di bekasi, tapi itu sungguh sangat sedikit dari hal terpenting yang saya punya, catatan kuliah sejak S1 hingga S2....

Di saat yang sama pula, saya menerima kenyataan adik saya menikah duluan. Gak penting-penting amat sih. Maksudnya ga mengganggu. Cuma dengan persoalan yang menumpuk begini, saya dipaksa stay tune untuk hajatan keluarga rasanya susah juga, karena hidup dan masa depan saya berantakan berat saat itu. No one in family helped me that moment....

Dan, di sisnilah melodrama itu. Saya nyaris kehilangan kesempatan mendapatkan pekerjaan karena saya tidak membaca surat panggilan tes pertama akibat surat panggilan dikirim ke alamat kamar kos.

Namun rezeki memang tidak salah alamat. Dengan bantuan seorang teman, suatu malam, tengah malam sekali, saya kembali ke kamar kos. Saya tahu kamar kos saya jendelanya rusak dan tidak pernah terkunci, hanya ditutup begitu saja. Alhasil saya bisa memasuki kamar kos dengan cara melompati jendela kamar.

Satu hal penting yang saya ingat malam itu adalah, setelah berada di dalam saya tidak menyalakan lampu. Saya hanya segera menuju ke lemari mengambil setumpuk dokumen ijasah sekolah saya dari SD hingga S1. Saya tidak pedulikan perhiasan, jam tangan semuanya saya tinggalkan. Berikutnya saya berjongkok di balik pintu dan memunguti setumpuk amplop undangan wawancara kerja. Kelar dengan 2 (dua) hal itu, saya kembali meloncati jendela dan meninggalkan kamar kos dengan semua hal yang ada di dalamnya, dan tidak pernah kembali, hingga saat ini.

Saat saya baca satu demi satu surat panggilan itu, barulah saya tahu, saya telah melewatkan jadwal tes yang telah ditentukan. Di situlah, untuk pertama kalinya saya merasakan menangis tanpa keluar air mata. Kesedihan saya sudah mentok dan terasa amat sangat getir.

Kembali, adalah seorang teman yang mendukung saya untuk tetap semangat dengan panggilan yang sudah terlewat itu. Saya mengirim surat pemberitahuan melalui fax dengan melampirkan alamat dan nomor telepon baru yang dapat dihubungi. Saya pun mendapatkan kesempatan kedua.

PERJUANGAN PANJANG

Sebagai seorang fakir yang putus sekolah dan tidak punya pekerjaan, maka panggilan tes kerja sangatlah berarti bagi saya. Namun dengan semua hal yang tiada lagi bersisa, maka pada tes pertama Bahasa Inggris itu saya pun tak punya apa-apa sebagai bahan belajar.

Saya hampiri seorang teman, saya sampaikan bahwa besok saya akan mengikuti tes Bahasa Inggris untuk mendapatkan pekerjaan. Saya katakan saya tidak punya apapun untuk dipelajari, kecuali semangat untuk terlepas dari pusaran kemiskinan ini.

Maka, ia menyerahkan kunci mobilnya sembari menjelaskan, di mobil ada uang yang bisa dipakai untuk membeli buku. Saat saya memasuki mobil dan bersiap menngendarainya menuju toko buku, saya dapat sebuah amplop di area hand rem, berisi segepok uang, banyak sekali. Sepulang membeli buku, saya kembalikan kunci mobilnya, berikut kuitansi pembelian sejumlah buku senilai kurang lebih Rp. 168.000,-.

Kelar tes pertama, alhamdulillah saya lolos mengikuti tes berikutnya, yaitu tes akademik sesuai kompetensi. Saya pun menghadapi masalah yang sama. Kali ini, saya mengumpulkan sebanyak mungkin uang logam, lalu selepas isya, saya mulai duduk di meja telpon rumah peninggalan eyang yang saya tempati, yang kebetulan menggunakan telepon koin.

Saya pun menghubungi sahabat saya yang lain, Rere. Saya katakan, besok saya akan ujian komunikasi, so please, saya minta dia untuk bercerita apa saja tentang teori dan pelajaran komunikasi, dan saya akan mendengarkan. Tidak tahan dengan permintaan saya, Rere pun menangis.

Saya tegaskan padanya malam itu, "Rere, gue baik-baik saja. Sekarang akan lebih baik elu bantu gue bacain pelajaran komunikasi yang gue butuhin dan jangan 'nangis." Maka belajar melalui telepon itu pun berlanjut dan terhenti kala koin saya habis.

Alhamdulillah, saya lolos tes kedua dan berkesempatan mengikuti tes berikutnya, tes manajemen. Betul, saya kembali mendatangi sahabat yang lain untuk meminta bantuan. Sang sahabat kembali meminjamkan mobil dan memberikan saya sejumlah uang sehingga saya bisa membeli buku-buku yang saya butuhkan untuk belajar.

Saat saya lolos pada tes ketiga, saya pun mengikuti tes keempat, tes profile analysis. Kali ini, eyang uti menolong saya dengan membelikan tiket kereta api sehingga saya bisa berangkat tes ke jakarta.

Tes kelima, saya mengikuti psikotes selama 2 (dua) hari di Jakarta. Begitu berharapnya saya atas pekerjaan ini, saya menghubungi seorang sahabat di tempat saya bekerja dulu, di Kudus. Sahabat saya ini berlatar belakang pendidikan psikology dan bekerja di bagian SDM, Saya tanyakan, untuk psikotes saya esok hari, apa yang harus lakukan?

Mas Achmadi, sang sahabat dengan penuh semangat memberi dukungan kepada saya. Saya ingat, saya menghubunginya melalui handphone saat menumpang kendaraan seorang teman, dan sedang berada di lampu merah daerah panglilma polim, menuju blok b, jakarta selatan. Menurutnya, yang dibutuhkan saya saat ini adalah bersenang-senang untuk mendapatkan mood yang baik dan cukup istirahat.

Kala saya tanya saya harus apa, ia pun menjawab, "Pergi makan enak sana. Pergi nonton tapi tidurnya jangan malam-malam, jam sembilan ya..." Maka sang teman yang mobilnya saya tumpangi pun serta merta mentraktir saya makan, mengajak saya nonton, dan mengantar saya pulang ke rumah eyang sebelum jam sembilan malam.

Surprise ! Saya pun lolos psikotes dan berlanjut pada tes berikutnya, tes keenam, tes kesehatan. Lanjut ke tes berikutnya, tes ketujuh untuk memeriksa keaslian dokumen. Serangkaian tes itu pun berakhir setelah melampaui sebelas kali tes, termasuk wawancara dengan 2 (dua) orang direksi.

Wawancara dengan direksi berlangsung di bulan ramadhan. Saya datang di stasiun gambir dijemput Rere dengan ayahnya menunggu di area parkir. Saya pun menginap di rumah Rere di daerah Tomang Timur. Malamnya saat sahur, ayahnya membangunkan saya sahur, sementara ibunya memasakan masakan kesukaan saya, kentang rebus dengan olahan keju.

Subhanallah. Rere sekeluarga adalah keluarga keturunan yang beragama Konghucu. Tapi mereka sangat menghargai saya sedemikia rupa, hingga berbuka pun mereka kebetulan kumpul sekeluarga sehingga saya diajaknya makan bersama di sebuah restauran besar.

Perjuangan panjang ini jelas menjadi sebuah pengalaman spiritual tak terlupakan dalam hidup saya. Serangkaian tes panjang ini terjadi sepanjang tahun hingga berakhir di 3 (tiga) hari menjelang lebaran idul fitri, kala pimpinan tertinggi HRD menyampaikan kabar baik ini secara personal kepada saya melalui telepon.

Saya serasa memenangkan laitul qadar. Saya dapati ibunda tersujud sambil berurai air mata. Sementara saya masih terbengong mendengar kabar baik itu karena saat dihubungi menjelang ashar itu saya tengah tertidur sejak lepas duhur.

SAHABAT, KAWAN, HARTA TAK TERNILAI
Bagaimana saya memenangkan pekerjaan ini kala itu memberikan pengalaman luar biasa tentang banyak hal. Saya belajar tentang kepasrahan dan berserah diri atas keadaan yang paling menyulitkan lahir dan batin. Saya pun belajar tentang arti persahabatan yang sesungguhnya. Adalah para sahabat yang mendukung saya di saat susah, kala keluarga mungkin tengah berkonsentrasi untuk hal lain yang lebih penting.

Saya belajar tentang berbesar hati, kerendahan hati dan kesportifan hidup. Mengakui keterbatasan saya tanpa pernah malu untuk meminta bantuan, selagi hal itu untuk hal-hal yang benar. Saya tidak malu untuk meminta rupiah, saya tidak peduli, karena saya tidak meminta uang untuk hal yang buruk.

Adalah sahabat, yang di setiap tahapan tes yang saya lalui, selalu meyakinkan saya, "Diterima, diterima... cuma disuruh sabar aja kok..." katanya. Sahabat yang lain berkomentar, "Gimana gak diterima kerja lo? Elo sholat ga ada putusnya seharian...!" Wuakakakak. Namanya juga bulan puasa, pastilah kelihatannya saya sholat terus, namanya juga terawih, walaupun harus saya lakukan sendirian, di atas kasur, karena Rere memelihara anjing di kamarnya.

MISKIN YANG SOMBONG
Konon dalam hidup ini ada 4 (empat) kelompok manusia;
1. Orang kaya yang sombong, 'wajar'lah... namanya juga orang kaya...   :)
2. Orang kaya yang tidak sombong, jarang banget, ya nggak ?  :p
3. Orang miskin yang tidak sombong, lazimnya sih begitu....  :]
4. Orang miskin yang sombong, nah ini dia... kasihan sekali kan hidupnya ?

Andai, saat itu saya jadi si miskin yang sombong, mungkin saya tidak akan mendapatkan pekerjaan yang saat itu begitu saya idam-idamkan. Itulah pelajaran hidup. Roda hidup itu berputar. Saat ini senang berada di atas, lain waktu di bawah. Maka manusia memang dituntut pandai-pandailah melakukan adjustment terhadap setiap situasi yang dihadapi.

Seperti halnya saat ini, pekerjaan yang begitu saya idam-idamkan ternyata begitu membuat saya tak bisa lagi berkata-kata. Hanya satu hal yang tersisa dalam benak saya, kebobrokan negara ini sungguh terlihat jelas di setiap sistem yang berlaku di instansi yang menjadi turunannya. 

Dan menyaksikan semua ini sungguh melelahkan dan menguras energi luar biasa. Bisa jadi ini situasi lain lagi yang tengah saya hadapi. Berbaik sangka saja pada Sang Pencipta. Andai ada hal yang dapat saya lakukan untuk berkontribusi mengambil peran memperbaiki sedikit saja dari seluruh kekacauan dan ketidaklayakan ini. Tapi saya sungguh tak mampu.

Maka biar Allah saja yang melakukannya. Ialah sebaik-baiknya pengambil keputusan dan pemberi penolong. Maka sesungguhnya manusia itu hina dan tidak berarti apa-apa. Semoga saya tetap qonaah menjalani ketentuan ini. Aamiin ya rabbal alamin.... 


Wednesday, 20 February 2013

BOKAP

Hari ini bokap ulang tahun. Semoga Bokap selalu dilimpahkan kesehatan, kebahagiaan, umur yang barokah, kebijaksanaan, rezeki berlimpah, dan senantiasa menjadi anak lelaki 'kesayangan' eyang yang selalu jadi andalan untuk antar jemput eyang ke mana pun eyang mau, di mana pun, kapan pun. Aamiin....

BOKAP : BG (BABE GALAK)
Bokap, super duper galak. Asli dah, saat saya kecil, kalau bokap marahin saya, itu yang namanya stok mayoret dibanting-banting mpe peyot. Katanya, "Ga hebat jadi mayoret, kalau kamu ga jadi anak baek...!!!" Pffffhhh....

Saking galaknya, munculah sebutan itu beberapa tahun terakhir, "BG", alias Babe Galak. Alhasil, kita anak mantu termasuk ibu belakangan pun menyebut BG sebagai sebutan orang ketiga tunggal buat bokap. Hehehe.... Sementara ibu, kita sebut "BS" alias Bu Stella (beda banget yak...ga ada labelnya getooh...! hehehe).

Pola makan BG adalah pola makan sehat. BG selalu mengutamakan makan sayur, bukan daging. Tapi masalahnya, BG teramat suka minuman manis dan nyaris tidak pernah minum air putih. Saya sering berantem dengan beliau soal minum, karena BG selalu menambahkan ekstra gula ke dalam minumannya. Sekali waktu BG pernah tidak mau menyentuh minuman buatan saya, karena menurutnya tidak manis. Teh buatan saya dibiarkan hingga dingin dan tidak diminum hingga BG berangkat kerja!

BG juga suka pijet. Saking doyan pijet, kita anak-anaknya sejak kecilnya seringkali disuruh mijet, injek-injek pakai tungkak di atas badannya yang tengkurep. Alhasil kami suka bernegosiasi, kita juga mau dipijet. Jadilah, setelah kita kelar mijet BG, gantian BG pijetin kita, saya dan detya. Walhasil, hingga tua sekarang, kami berdua pun ketagihan pijetan...!!! Hahahahaha... !!!


ANAK LELAKI ANDALAN
Satu hal yang semua orang harus tahu tentang BG adalah, dia adalah anak lelaki yang luar biasa patuh sama ibunya. Jam berapapun eyang telpon memanggil BG, beliau langsung berangkat. Pernah sekali waktu, eyang telpon sekitar pukul 02:00 wib pagi minta BG datang. Asli, BG langsung berangkat ke Cirebon menemui eyang. Buset dah !

Sekarang pun, jam berapapun eyang menelepon minta dijemput, BG langsung berangkat menjemput eyang di manapun adanya. Di Cirebon kek, Jakarta, Semarang, untuk dibawa pulang ke mana pun eyang mau. Ke rumah Cirebon kek, atau ke Tegal. Kalaupun BG benar-benar tidak bisa menjemput sendiri, setidaknya BG akan mencari orang lain untuk menjemput eyang, apakah sepupu lelaki saya yang di Cirebon, di Jakarta, atau supir. Sakti yaaaaakk...?

BG 'GAK GENGSIAN
Sejak kecil saya tahu kami bukanlah keluarga yang berlebihan secara materi, biasa saja. Tapi satu hal penting lain yang saya pelajari dari BG, beliau tidak pernah gengsi jadi orang miskiiiinnn...!!! Saya melihat sendiri, bagaimana BG jadi supir menjelang lebaran, menyupir sendiri mobil minibus yang beliau miliki saat itu, untuk mencari rezeki menyambut lebaran.

Beberapa hari menjelang lebaran, biasanya trayek Jakarta - Tegal ramai penumpang. Dan BG, tanpa rasa malu mengendarainya mini busnya (elf) Tegal-Jakarta-Tegal berhari-hari menjelang dan sesudah lebaran, menaikkan penumpang, untuk mendapatkan uang. Luar Biasa... !!! Hal ini saya alami saat saya SMP, serasa baru kemarin....

Makanya, kalau sekarang orang seantero pabrik termasuk bos saya di kantor memuji cara nyupir saya, yaa... gimana lagi, saya belajar dari BG. Alhasil cara nyupir saya seperti lelaki, perhitungannya dan akserelasinya. Sampai-sampai orang pengiriman pabrik pun memuji cara saya nyupir. Bahkan tetangga rumah, seorang bapak-bapak yang pernah saya beri tumpangan pun langsung berkomentar hal yang sama. Cara nyupir saya cetaaar membahanaaaa... !!! Mantap ga' seperti angkot atau maaf ya, seperti kebanyakan perempuan....   :)

DIDIKAN KERAS BG
Mungkin karena tidak punya anak laki-laki, BG mendidik saya dan detya sangat keras. Sejak SD kami berdua sudah berlatih karate yang membuat saya keranjingan hingga SMA. Saya lebih memilih latihan karate ketimbang praktikum fisika sore hari. Wuakakakak... !!! Walaupun officially saya pertama kali belajar nyupir sama almarhum Om Iwan (Ridwan Pangkey) saat kelas 6 SD, tapi bersama BG, saya asli belajar nyupir dengan mobil yang tidak biasa, BIG HORN, Hardtop, Kingswood, Impala, dll.

Saat kami kecil, BG sering sekali mengajak kami bepergian keluar kota naik mobil. Tapi semakin bagus mobil yang BG kendarai, maka akan semakin mabok dan muntah-muntahlah saya. Hingga kini, kebiasaan muntah-muntah itu masih berlanjut setiap kali saya bepergian sebagai penumpang, apalagi naik kendaraan umum bis atau angkot, dijamin mabok dengan sukses deh saya.

Namun, 'akibat' sering bebergian dengan mobil itulah, saya relatif hafal urutan kota di pulau Jawa ini, karena banyak kota pernah dilewati dan disinggahi. Termasuk, saya jadi hafal jalan-jalan kota-kota tersebut, apalagi Jakarta! Seorang boss saya sampai-sampai berkomentar, "Wah mbak Fir, saya saja yang orang asli Jakarta gak tahu jalan-jalan kecil beginiiiii...!!!"  :)

MOMENT-MOMENT PERTAMA SAYA BERSAMA BG
Memasuki masa kuliah, saya dan BG lebih sering bersama di Jakarta. Kadang kami pulang ke Tegal bersama, kadang saya pulang sendiri. Sekali waktu saya diajak BG ke Terminal Pulo Gadung, dan saya dikenalkan pada seorang penguasa Pula Gadung yang disegani, namanya Pak Hidayat. Alhasil, setiap kali saya pulang mengenakan bus dari Pulo Gadung, saya tinggal sebut nama beliau, maka seseorang akan segera mengantarkan saya pada Pak Hidayat, yang kemudian mengantarkan saya naik bus dan menitipkan saya pada supir & kenet. Saya pun mendapat bangku paling depan, dan makan malam bersama supir saat transit di Sukamandi, lengkap dengan segelas susu, gratis....!!! :)

Saat ujian UMPTN, BG-lah yang mengantar saya subuh-subuh ke Semarang. Saat saya menyelesaikan skripsi dan menumpang mengetik di sebuah persewaan komputer dekat kampus, saya pun ditemani BG yang menunggu di mobil hingga pukul 02:00 wib dini hari !!!

Saat saya pertama kali mendapat panggilan wawancara kerja, BG pula-lah yang mengantar saya ke Kudus ditemani ibu. Saat saya akhirnya bekerja di Kudus, ada satu pelajaran yang saya peroleh dari BG. Sekali waktu saat saya pulang ke Tegal dan hendak kembali ke Kudus minta seorang kawan untuk menemani saya nyupir balik ke Kudus, tiba-tiba sang kawan membatalkan tanpa kabar yang jelas dan tak bisa pula dihubungi. Padahal itu sudah pukul sepuluh malam. Alhasil, pukul 02:00 wib, BG jugalah yang mengantar saya balik hingga ke Semarang, untuk kemudian saya melanjutkan sendiri perjalanan ke Kudus, sementara BG kembali ke Tegal menumpang kereta. Katanya."Jangan pernah sekali-kali lagi mengandalkan orang lain!"

Setelah menikah, saat saya pertama kali mulai mengajar pun, di sebuah universitas swasta di bilangan Cileduk, BG pula yang mengantarkan saya. BG menunggui saya selama mengajar, dan saat perjalanan pulang BG menunjukkan jalan terdekat menuju rumah....

Saya membeli rumah saat belum menikah. Saya membeli tanpa bicara sedikitpun dengan kedua orang tua saya. Awalnya BG memang pernah menawarkan sebuah rumah murah, katanya di Bintaro. Ternyata rumah dimaksud berada di kawasan lain tapi dekat Bintaro. Alhasil saya memang mebeli rumah tapi bukan yang BG infokan.

Nah, ceritanya, saya kepedean dengan gaji saya. Setelah membayar lunas tanda jadi dan DP, saya pun mengurus KPR, tapi ternyata KPR saya gak gol-gol juga. Ujung-ujungnya akhirnya BG juga yang ngurusin, dengan referensi dan jaminan rekening BG di bank tersebut, saya pun berhasil memperoleh KPR. Saya terima beres! Tapi tetep loh saya bayar sendiri cicilannya ... Hehehehe...

Urusan rumah masih belum beres. Saat saya telah menempati rumah tersebut, saya cuek saja dengan jendela yang tidak berteralis. Kala BS (Bu Stella) terus saja ribut, sayapun menjawab, "Ya mau gimana lagi, duitnya belum ada untuk beli teralis..." Alhasil, BG mengirim teralis dari Tegal berikut tukangnya, untuk masang (yang pasti kualitasnya beda banget dengan teralis buatan Jakarta yang kecil dan tipis). Wuakakakak...!!!

Waktu saya melanjutkan kuliah S2, kisah serupa berulang lagi. Tanpa bilang-bilang, saya mendaftar kuliah S2. Giliran saya kehabisan ongkos bayar kuliah dan minta BG, beliau menjawab, "Lah yang mau kuliah lagi siapa, kan kamu, ya bayar sendirilah...!"

Mampus deh! Tapi kali ini, saya bener-bener dipaksa belajar hidup. Setelah drop out karena ga punya ongkos, akhirnya saya mendaftar kembali kuliah S2 dari awal, membayar sendiri semuanya hingga lulus. Dan asal tahu saja, saat saya ujian thesis, lagi-lagi, yang mengantarkan saya adalah BG, bukan BS! BG, detya & pony nungguin saya ujian di UI Salemba hingga saya dinyatakan lulus! Wuakakakakak...!!! Bener-bener anak bokap nih gueeeeeeee....!!!
 
BG MELARANG SAYA MENYANYI
Entah dari mana asalnya, tiba-tiba saja saya jadi suka menyanyi. Kebetulan sejak kecil (TK) hobi saya tidak jauh-jauh dari kesenian. Kegiatan berkesenian saya banyak baik melukis cat air, crayon, cat minyak, nembang mocopat, tari jawa klasik, enssamble musik, drumband, menari bali, main organ, termasuk menyanyi solo, koor, vocal group atau nge-band.

Saat kecil saya sering menjuarai berbagai festival menyanyi. Baik tingkat Kota Tegal, Pop Singer tingkat Karisedanan Pekalongan, hingga menjadi semifinalis Lomba Penyanyi Remaja Radio Prambors. Ga' cetar-cetar amat, tapi suka lah menyanyi. Alhasil begitu lulus SMA, saat menunggu kuliah, saya sering ngamen ke kawinan orang-orang untuk menyanyi dan dapat uang jajan.

Nah, BG menentang keras nih kesuakaan saya yang ini. Saya harus sembunyi-sembunyi kalau mau pergi ngamen. Padahal, BS mendukung kegiatan menyanyi saya. BG pun ngomelin saya, "Orang kok cita-citanya jadi penyanyi...!" Loh kok ? Siapa yang pengen jadi penyanyi cobaaaa...? Wuakakakak...!!! Alhasil, eyang pun pernah ngingetin saya, "Dalam Islam, seburuk-buruknya suara di dunia adalah suara keledai, dan suara perempuan bernyanyi adalah seperti suara keledai..." Waduh, bener gak sih... ?  :)

KEBAYA PERNIKAHAN SAYA, BG YANG URUS !
Saat saya akan menikah, yang menemani saya belanja kain kebaya pernikahan adalah BG. Saya keluar masuk toko di Mayestik hingga pergi ke tukang jahit di Pademangan dekat Ancol, diantar BG. Dengan sabar, BG membiarkan saya memilih kain, keluar masuk toko bolak-balik sejak pagi hingga sore. Tugasnya masih pula ditambah dengan membayar semua belanjaan kain saya dunk... !!! Hahahaha...!!! 

Sekarang, setelah saya dewasa, BG juga yang komentar, "Kamu jadi perempuan jangan galak-galak, nanti laki-laki takut sama kamu..." Atau, "Kamu jadi perempuan jangan terlalu mandiri, bapak susah lihatnya..." setelah saya berkisah pada BG dan BS saat baru tiba di rumah Tegal, bahwa saat saya berangkat dari Jakarta saya habis ngomelin preman Pulo Gadung lantaran saya ditipu harga tiket. Alhasil saya minta duit saya dibalikin. Kejadian itu berlangsung saat saya masih 19 tahun, di Pulo Gadung, pukul sembilan malam dan dikerubutin preman-preman Pulo Gadung!!! Hehehehe....!!!

BG ternyata juga jadi panutan mendiang Om Iwan (Ridwan Pangkey). Almarhum Om Iwan sangat berbakti sama BG walaupun BG hanya sebagai kakak ipar. Sebaliknya, BG sangat bangga luar biasa sama almarhum Om Iwan. Entah apa yang terjadi di antara mereka berdua. Tapi keduanya benar-benar tampak saling 'care'. BG, sampai-sampai minta dengan sangat agar ditunggu saat Om Iwan akan dimakamkan. Kala Om Iwan berpulang Jumat pagi, 28 Desember 2012 lalu pukul 00:37 wib di Jakarta, BG sedang berada di Pati. Pagi-pagi itu, BG langsung berangkat ke Semarang dan terbang dengan pesawat pertama menuju Jakarta. Alhamdulillah, BG bisa tiba di rumah Om Iwan di Pamulang dan memberikan penghormatan terkahir pada sang adik ipar kebanggaannya. Luar biasa indah persahabatan di antara keduanya....

BG & POLITIK
Nah... kalau sudah bicara politik dengan BG, mati gaya-lah kita semua. Beliau itu politicion sejati!!! Mau merah, mau hijau, pokoknya politik! Qiqiqiqi...!!!

BG & KUCING
BG sangat sayang sama kucing. Almarhum Tuan Perry, kucing kami yang lumpuh, semasa hidupnya hanya mau dimandiin sama BG. Kalau sehari tidak dimandiin, almarhum Tuan Perry bisa marah dan gak mau makan. Dan hanya BG yang bisa ngemong almarhum Tuan Perry. Hingga sekarang, semua kucing maunya tidur sama BG. Kalau BG sholat kucing-kucing itu bisa nempel terus dekat BG. Bahkan seekor kucing betina di rumah, melahirkan pun maunya di atas kasur di sebelah BG yang tertidur ! Sakti kaleeee... !!!


BG ANDALAN SAYA
Betapapun galaknya BG dan stressnya saya punya bapak segalak beliau, faktanya, hingga sekarang, BG adalah tetap andalan saya di setiap kondisi. Urusan yang hingga sekarang masih juga saya merepotkan BG adalah perihal tiket kereta. Setiap kali akan mudik ke Tegal, selalulah BG menjadi andalan. Lebaran ga lebaran, tetap BG yang repot dan sibuk mencari tiket kereta untuk saya & suami pulang.

Beli motor, tetap saja, saya menggunakan KTP BG. Urus KTP, BG pula yang buatin, yang tanda tangan, yang nempelin foto, semuanyaaaaa...!!! Wuakakakak...! Ternyata, saya anak Bapak sekaleeee yaaaaaakkkk...? Sebab tanpa saya sadari banyak moment pertama saya, yang saya lalui bersama BG, bukan BS. Bukan berarti Ibu tidak peduli, tapi karena sejak lulus SMA saya di Jakarta dan orang tua di Tegal, maka urusan-urusan saya lebih banyak dibantu BG, yang memang mencari nafkahnya sering ke Jakarta.

Sssssttt... tahu tidak, maaf neh, saat kami kecil, pakaian dalam kami berdua dan baju berenang juga BG yang belikan. Setiap kali BG ke Jakarta, kami sering minta dibelikan oleh-oleh pakaian merek tertentu (yang bagus dan mahal, yang jarang ada di Tegal) juga baju berenang. Alhasil, karena yang beli Bapak, pakaian dalam kita memang bagus-bagus, berwarna pink, berenda dan seksi! Hahahahaha...!!

SUAMI KAMU HARUS ORANG JAWA!
Betapapun keadaan BG dengan segala kekurangannya, saya tidak akan menjadi seperti sekarang ini tanpa didikannya. Satu hal teraneh yang pernah saya dengar dari BG adalah "Kamu tidak boleh menikah dengan selain orang Jawa!"

Saya yakin, beliau tidak bermaksud rasis, namun mungkin ada alasan lain yang membuat beliau meminta saya seperti itu. Padahal detya, suaminya bukan orang Jawaaaaaaaaaaaaa....!!! Wuakakakakak...!!! Asli-lah saya terbengong-bengong dengan permintaannya saat itu, hampir 15 tahun lalu. Saya sempat menjawab tak kalah keras saat itu, "Lah, memangnya ibu orang manaaaaaaa...?" Tahu dunk... ibu saya kan orang Menado getooohhh...! Sementara adik saya, detya yang sudah menikah duluan sejak 2001, suaminya, asliiiii... Aceh bangeeeeettt...!!! Lah kenapa mesti gueeeee...?

Pembicaraan kala itu lebih pada pembicaraan "man to man" atau "Bapak dan anak perempuannya" getooh, ga ada orang lain. Tapi ya begitulah adanya... Akhirnya saya menikah dengan orang Jawa, sesuai permintaan beliau....

BAPAK & ANAK PEREMPUAN
Belakangan ini, banyak pelajaran hidup yang membuat saya sangat terkaget-kaget. Kepergian almarhum Om Iwan, yang notabene seorang Bapak, yang meninggalkan kedua anak gadisnya yang belum lulus kuliah, belum menikah serta seorang anak lelaki yang masih 14 tahun, seperti sebuah tamparan keras buat saya tentang hidup. Menyusul kepergian bapak mertua, kurang dari sebulan kemudian, semakin membuat saya 'bingung'....

Saya bersyukur masih memiliki Bapak. Harusnya saya lebih banyak berbakti pada Bapak, walaupun beliau galak banget...!!! Belakangan saya pernah ngomelin Bapak kalau bawa mobil. Sebab karena faktor usia, mungkin BG tak secanggih dulu kalau nyupir, alhasil Si Jeruk peyot-peyot kesruduk bempernya. Padahal itu Si Jeruk, mobil-mobil BG-lah...! Saya cuman urun dikit banget tuh belinya. Hehehehe... Tapi untuk kebaikan, sekarang saya tidak pernah mengijinkan BG nyupir selagi ada saya....

Saya menyesal, tidak bisa memberangkatkan haji kedua orang tua, BG dan BS, karena keduanya sudah berhaji dengan biaya sendiri. Padahal cita-cita setiap anak tentu memberangkatkan haji kedua orangtuanya. Sepenggal kisah lucu saat beliau berdua berangkat haji, beliau berpesan, "Bapak sama Ibu mau berangkat haji. Bapak & Ibu ga' punya harta apa-apa yang perlu dititipkan. Itu rumah Tegal surat-suratnya lengkap dan tidak ada masalah, selebihnya Bapak & Ibu ga' punya apa-apa..." Moment yang harusnya gimanaaa getooh, alhasil jadi lucu. Hehehehe...

Saya menemukan beberapa hadits menarik tentang urusan bapak dan anak...

Keridhoan Allah tergantung kepada keridhoan kedua orang tua dan murka Allah pun terletak pada murka kedua orang tua. (HR. Al Hakim)

Seorang datang kepada Nabi SAW. Dia mengemukan hasratnya untuk ikut berjihad. Nabi SAW bertanya kepadanya, "Apakah kamu masih mempunyai kedua orang tua?" Orang itu menjawab, "Masih". Lalu Nabi SAW bersabda, "Untuk kepentingan merekalah kamu berjihad". (Mutafaq'alaih)

Barang siapa berhaji untuk kedua orangtuanya atau melunasi hutang-hutangnya maka dia akan dibangkitkan Allah pada hari kiamat dari golongan orang-orang yang mengamalkan kebajikan. (HR. Ath-Thabrani dan Ad-Daar Quthni)

"Salah satu kenikmatan Allah atas seorang ialah dijadikan anaknya mirip dengan ayahnya (dalam kebaikan)." (HR. ATh-Thahawi)

Rasulullah SAW pernah berkata kepada seseoorang, "Kamu dan hartamu adalah milik ayahnmu" (Asy-Syafi'i dan Abu Dawud)

"Barang siapa mempunyai dua anak perempuan dan diasuh dengan baik maka mereka akan menyebabkannya masuk surga.." (HR. Bukhari).

PASTINYA
Pastinya, kedua orangtua saya ridho banget sama saya, sehingga hidup saya alhamdulillah nikmat luar biasa seperti sekarang ini....
Sebelah mana dari diri saya yang gak mirip BG cobaaa... ? Galaknya, pasti! Nyupirnya, pasti! Itemnya, apalagiiiii...!!! Kwkwkwkwk... Alhamdulillah...!
Seandainya, aku bisa berjihad, menghajikan, melunaskan hutang orang tua, sbuhanallah senangnya. Tapi kenyatannya... aku ngerepotin BG muluuuuu...?

Di sudut hatinya, bisa jadi BG tobat-tobat mendidik anak perempuan macam saya. Logika saya menghitung, memiliki anak perempuan jauh lebih berat ketimbang memiliki anak perempuan. Tapi, walaupun kami bukan berasal dari keluarga santri, setidaknya, BG dan BS sudah mendidik saya ilmu agama sejak saya kecil, masih SD hingga SMA. Sejak sebelum maghrib hingga pukul sembilan malam, seminggu sekali setiap malam jumat. Memanggilkan guru mengaji ke rumah seminggu dua kali saat saya SMA.

Rupanya banyak sekali cerita tentang BG dan saya. Semoga BS tidak baca tulisan ini. Bisa-bisa nangis bombay dia melihat catatan-catatan yang tidak pernah saya bagi ini. Hihihihi... Pokoknya, Selamat Ulang Taoooon ya BG...!!! Semoga BG selalu sehat, banyak rezeki dan mendapatkan umur yang barokah. Aamiin....

Saturday, 29 December 2012

RIDWAN PANGKEY bin JOHANES PANGKEY

Sekitar libur natal, Desember 2012
Kriiiing... !
Om Iwan : "Assalamualaikum. Saya lagi di Kudus, saya mau ke Pura (dulu tahun 1996-1998 saya kerja di Pura, Kudus)
Saya        : Ngapain Om Iwan ?
Om Iwan  : Iya nih, mau ke Pura... Liburan sama mba shanti & anak2...
Saya        : Ya udah, makan garang asem di warung ijo seberang mesjid kubah ijo, Om Iwan, mantap !
Om Iwan : Ini mau makan ayam goreng grinsing sama sayur asem (kesukaan Om Iwan)...
Saya       : Jangan lupa tambahin kecap ya sayur asemnya ! (Om Iwan makan apa saja selalu tambah kecap manis, termasuk makan sayur asem !). Mau ngapain sih Om Iwan ke Kudus ?
Om Iwan : Mau ke Jepara lihat furnitur
Saya       : Kalau mau ke Jepara perginya hari Kamis, waktunya bayar tukang, jadi harganya murah (Eyang dari bapak kebetulan punya toko furnitur, jadi sering kulak ke Jepara, umumnya di hari Kamis, agar dapat harga murah).
Om Iwan : "Bisane ora ngomong (ngasih tahu), nok ?
Saya       : Laaa... Om Iwan ga bilang sih mau jalan-jalan ke Jepara. Ya wis, met liburan ya, hari-hati. Assalamualaikum.
Om Iwan  : Walaikum salam...

Obrolan yang ga seperti biasanya, datar, dan saya tidak terlalu antusias. Padahal biasanya, saya ngobrol dan becabda sama Om Iwan di telepon, geli mendengar dialek jawa tegalnya yang.... seadanya... :-)


Kamis, 27 Desember 2012, sekitar 16.40 wib
Kriing...
Detya : "Kamu di mana ?"
Saya  : Ini lagi di jalan mau pulang nebeng teman
Detya : Ini Om Iwan ditemuin orang ga sadarkan diri di sekitar Cengkareng, kaca mobilnya samapi dipecah supaya bisa nolongin, sekarang dibawa ke RSUD Cengkareng.
Saya : Innalillahiwainailaihi rojiun... Ya udah, kamu telpon BG (babe galak, bapak saya), jangan kasih tahu ibu dulu (ibu saya sakit darah tinggi dan jantung, khawatir beliau kaget).
Detya : Jangan bilang ibu gimana, ini yang nolongin Om Iwan, Pak Chandra langsung share kondisi Om Iwan di BBM grup Keluarga Pangkey, Ibu langsung tahu...
Saya : terdiam..
Detya : Kamu bisa ke rumah sakit enggak? Aku ga tahu RSUD Cengkareng di mana.
Saya : Iya ini aku sampai rumah langsung ambil mobil jalan ke RSUD Cengkareng...

Maghrib
Kriiiing ...
Detya : Kamu di mana, ini Om Iwan kenapa kondisinya sudah seperti ini (tangisannya meledak)...
Saya : Iya sebentar lagi sampai lagi di jalan. (Badan saya lagsung lemas, sambil nyupir saya terus istighfar dan membaca al fatihah)

Sekitar pukul 21.00 wib, berdua Detya di Meja Kasir UGD RS. Royal Taruma
Saya : Mau mendaftarkan pasien atas nama Ridwan Pangkey. Pasiennya masih on the way dari RSUD Cengkareng. Saya ingin mengurus administrasinya supaya cepat.
Petugas : (Sambil memegang dokumen). Untuk pendaftaran pasien dengan kondisi yang ada, perlu deposito Rp. 70 juta
Saya dan Detya saling bertatapan, bengong....
Saya : Biasanya kalau ada hal seperti ini, yang mengurus Om Iwan (ingat saat Om Iwan merawat Om Yano di RS Eka Hospital dan RSI Tegal, sebagian besar biaya ditanggung Om Iwan)
Kami pun pergi....

Saat kembali ke meja kasir, sang petugas menunjukkan bukti deposito untuk perawata Om Iwan, sudah dibayarkan lunas, entah oleh siapa.....

Jumat, 00:55, di rumah
Kriiiing...
Ibu   : Kamu sudah nyampe rumah ?
Saya : Sudah.
Ibu   : Ibu masih ga percaya, Om Iwan sakit seperti itu... (tangisnya meledak...)
Saya : Ibu, sudah, istighfar. Kasihan Om Iwan, jangan memberatkan. Ibu shalat saja untuk Om Iwan...
Ibu   :  Ya sudah, assalamualaikum..
Saya : Walaikum salam....

Jumat, 00:59 usai menutup telpon
Kriiiiing...
Dessy (teman kerja ibu, menggunakan telpon ibu) : Assalamualaikum, mba,... Om Iwan mba, Om Iwan sudah ga ada .... (di ujung telpon suara tangisan ibu terdegar sangat menyayat dan memilukan menyebut-nyebut nama Om Iwan...
Saya : Innalillahi wainailaihi rojiun. Ya sudah Des, titip ibu, saya mau telpon Dettya...

SYUHADA KELUARGA
Almarhum Om Iwan (Ridwan Pangkey) ditemukan tidak sadarkan diri di balik kemudi, dalam mobilnya, di sebuah persimpangan lampu merah di daerah Cengkareng. Saat ditemukan, Om Iwan sudah menemikan kendaraannya, mematikan mesin dan menyandarkan kursinya.

Posisi kendaraan yang terparkir tidak sempurna membuat Bapak Chandra, seorang hamba Allah SWT terpanggil untuk mendekat. Bersama seorang petugas satpam, keduanya memecahkan jendela kaca mobil, menghubungi polsi dan memberikan pertnolongan kepada Om Iwan.

Bapak Chandra pulalah yang mengendarai sendiri mobil Om Iwan didampingi polisi dan mengantarkannya ke RSUD Cengkareng yang haya berjarak 10 menit dari lokasi kejadian. Pak Chandra juga langsung mengabarkan kepada kami seluruh keluarganya melalui BBM Grup Keluarga Pangkey dan menghubungi nomor-nomor terakhir yang dihubungi Om Iwan.

Om Iwan inssya Allah berpulang dalam keadaan syahid karena tengah berjihad, mencari nafkah untuk keluarga. Beliau dalam perjalanan menemui rekan bisnisnya, yang juga segera datang menyusul ke RSUD Cengkareng mendampingi Om Iwan.

Om Iwan adalah syuhada keluarga, karena beliaulah yang telah merawat adik (Martine Yuniati binti Johanes Pangkey) dan kakaknya (Yan Hadian Pangkey bin Johanes Pangkey) yang telah berpulang karena sakit. Om Iwanlah yang mebiayai sebagian besar biaya perawatan Om Yano selama sakit baik saat di Jakarta maupun di Tegal. Jam berapapun, seberapa besar pun, sesulit apapun kondisinya, Om Iwan selalu siap bertanggung jawab! Bukan hanya Om Iwan, tapi seluruhh keluarga kecilnya, Istri, anak-anak, bahkan adik2 ipar dan meruanya semua mendukung Om Iwan dalam menjalankan tugasnya sebagai orang yang dituakan di keluarga, walaupun beliau adalah anak kelima dari enam bersaudara, bukan yang tertua....

Sesaat sebelum akhir hayatnya, dalam pesan singkat kepada temannya, Om Iwan berkisah, usai menunaikan sohalat duhur berjamak dengan ashar,  khawatir tidak dapat melaksanakan shalat ashar karena terhalang kemacetan di perjalanan....

Tiga bulan sebelumnya, Om Iwan juga tiba-tiba kembali mengaktifkan asuransinya dan membuka asuransi bagi istri dan ketiga anaknya. Om Iwan, sudah menyiapkan semuanya bagi yang ditinggalkan....

Om Iwan berpulang di hari Jumat, 28 Desember 2012. Sebelum kehilangan kesadarannya, Om Iwan sudah menunaikan kewajiban shalat lima waktunya yang terakhir dengan menjamaknya, dhuhur dan ashar, seolah beliau tahu, ia akan segera menghadap Allah SWT saat ashar tiba. Om Iwan berpulang saat tengah bekerja, berjihad untuk keluarganya. Om Iwan semasa hidupnya, sudah merawat kakaknya yang sakit parah, bertahun-tahun, tanpa mengeluh, walaupun mengeluarkan biaya sangat besar, dan mengorbankan segalanya, sementara beliau hidup sederhana.

Om Iwan berpulang, dua hari sepulang liburan bersama seluruh keluarganya ke Jawa Tengah, dan bertemu Ibu, kakaknya, seolah memberi kesempatan Ibu untuk menatap wajah gantengnya untuk yang terakhir kalinya. Bahkan sebelum keberangkatannya, Om Iwan juga mengajak mertua dan saudara-saudara ipar istrinya makan bersama di sebuah restoran di sebuah mall besar di Jakarta Selatan.

Saat pulang dari Jepara dan mampir di Tegal, Om Iwan sudah wanti-wanti kepada ibu agar mengurus peringatan seratus hari almarhum Om Yano yang akan berlangsung pada 6 Januari 2013, sementara tujuh hari Om Iwan akan berlangsung pada 4 Januari 2013. Katanya, Om Iwan akan membuat tenda di depan rumah saat malam tahun baru dengan para tetangga.....

Sungguh tiada sangsi betapa kepergian Om Iwan berakhir dengan khusnul qotimah dan menjadi kehilangan besar bagi kami semua. Sosok penyabar yang pekerja keras serta bertanggung jawab besar, pemersatu kami semua. Selamat jalan Om Iwan, kesedihan ini tidak tergambar,bukan karena perpisahan Om Iwan, namun karena kehilangan amal sholehmu selama ini. Namun Allah SWT inssya Allah telah menyiapkan tempat paling mulia bagimu Om Iwan, atas amal sholeh dan ibadahmu semasa hidup. Selamat beristirahat Om Iwan, mohon maaf lahir dan batin atas segala kesalahan dan kekhilafan selama ini. Inssya Allah, Citra, Shella, Roy dan mba Shanti akan aku perhatikan, sekuat tenaga. Inssya Allah, Aamiin...


Sunday, 16 December 2012

SAYANG KUCING

Senin pagi ini menyusuri tol jagorawi, bogor, memasuki km 25 di kejauhan terlihat sesuatu bergerak-gerak di tengah jalur truk.

Saya mengendarai si jeruk dengan gamang sambil tak putus istighfar. Dua hari berturut-turut anak kucing di rumah meninggal, rasanya saya stress sekali dihadapkan pada keputusan sulit pagi ini.

Semula sempat terlintas dalam pikiran untuk terus melaju. Pasalnya saya berada di jalur tengah dengan kecepatan 100 km/jam. Sekelebatan saya melihat sejumlah mobil melintas di atas si anak kucing tanpa berhenti.

Saya putuskan dalam hati untuk menyelamatkannya. Saya lihat di kejauhan anak kucing itu masih hidup. Dosa rasanya membiarkan dia...

Cepat saya berpindah 3 (tiga) jalur ke kiri. Sedan taksi biru baru saja melintasi si anak kucing. Dengan ujung mata saya melihat sebuas bus putih besar mengekor di belakangnya. Sambil istighfar saya menyerobot persis di depan bus dan berhenti melintang di depannya. Saya pasrah, andai Si Jeruk kesayanganku satu2nya tersundul hidung bus.

Saat Si Jeruk berhenti saya melirik kaca spion, si bus tampak berhenti nyaris beberapa cm dengan Si Jeruk. Klakson pak supir & mobil lain tidak lagi saya hiraukan.

Secepat kilat saya buka seat belt & central lock, membuka pintu, dan saya berlari menghampiri anak kucing yg terdiam kebingungan dengan tubuh mungilnya merunduk merayap di aspal.

Sebelum masuk ke dalam kabin Si Jeruk, saya sempat menunjukan & mengangkat tubuh si anak kucing ke atas agar terlihat supir bus. Ia pun tidak lagi membunyikan klaksonnya.

Si anak kucing saya letakan di kaki kursi kiri depan. Tak terdengar sedikitpun suaranya. Sambil berkendara saya pungut & saya letakan di pangkuan. "Are you okay, pus?" saya bertanya. Tentu, si pus tetap terdiam.

Saya meraba tubuhnya, dadanya, terasa sekali degupan jantungnya cepat luar biasa. Kami berdua sama2 stres. Tak lama memasuki cibubur yang macet, si anak kucing pun tertidur lelap. Alhamdulillah....

Memasuki km 57 tol karawang timur, si anak kucing bangun dan mulai mengajak bermain. Ya Allah, makhluk sekecil& selemah ini, kenapa harus dibuang di jalanan...?

Tak suka binatang, tak apa. Tapi tolong janganlah nenyiksa binatang. Kasihan....

Sesungguhnya aku berharap rasa sayangku terhadap kucing2 & semua makhluk hidup lainnya, tumbuhan ataupun hewan, dapat menjadi amalanku yang menjadi syafaat saat aku mati nanti.

Karena Allah SWT sudah begitu sayang sama aku. Maka sayang aku sama kucing2 yang dibuang di jalanan bahkan yg kehujanan terbuang pukul 03:00 pagi buta itu tidak seberapa divanding nikmat yang Allah SWT beri untukku, kedua orang tuaku, adiku & seluruh keluarga serta kita semua.

Maka cuma menyayangi kucing saja, itu sungguh mudah...

Tuesday, 23 October 2012

Surat Cinta




Astaghfirullahaladzim, duh Gustiii....
Rasanya cengeng banget mengeluh terus....
Rasanya ga pantes banget merengek lagi, lagi dan lagi....
Ampun Ya Rabb....
Begitu hinanya aku ini,
Sampai tidak tahu lagi aku harus apa,
Sebisa-bisa mungkin tetap shalat & ga murtad,
Segitu aja....
Rasanya sudah remuk tercabik-cabik,
Tapi tetep aja Alhamdulillah masih segar bugar begini....
Bila waktunya tiba Ya Rabb,
Kuingin itu secepat kilat,
Tanpa menyusahkan orang banyak
Bila waktunya tiba Ya Rabb,
Kuingin itu khusnul qotimah,
Tertutupilah segala aib & dosa
Kuyakin rahmatMu sangat banyak Ya Rabb
Kuyakin keridhoanMu bukan purba....
Kuyakin ampunanMu selamanya....
Bahkan hingga ajal menjelang.....
Maka jika masih boleh aku meminta,
Cukuplah Engkau saja yang menolongku, Ya Rabb
Cukuplah Engkau saja yang menyayangiku, dengan caraMu....
Maka kecukupanMu sesungguhnya adalah kemewahan abadi....
*serasa Allah SWT punya akun FB, twitter, blog, line, whatever...*
:-)
Published with Blogger-droid v2.0.8

Sunday, 21 October 2012

Mati Gaya

Asli, gue dibikin mati gaya dan keki berat gara-gara kejadian ini.

Ceritanya seorang kawan single parent beranak 2 (dua) minta tolong akan meminjam sejumlah uang. Nilainya dibilang sedikit, engga, dibilang banyak juga enggak. Namanya duit, besarannya relatif yak?

Nah, konon uang itu akan digunakan untuk membiayai anak bontotnya daftar kuliah. Kebetulan ada sedikit rejeki, ya sudahlah gue pinjami dia sebesar yang dibutuhkan. Dia berjanji akan mengembalikan segera setelah bonus dibayarkan pada akhir bulan.

Sejujurnya, gue ga' gitu-gitu amat tuh duit bakal dibalikin. Makanya, gue ga pernah tagih. Faktanya, memang akhir bulan gue ga ketemu dia, alhasil duitnya kepake deh, ga jadi bayarlah dia.

Asli, ga masalah juga sih buat gue. Bukannya gue berlebih dan ga butuh duit, tp memang bagaimanpun di dalam hati nih ada niat antara sedekah dan menolong. Persoalannya, kalau gue lepasin, nti dia kebiasaan. Lagian, gue ga terlalu yakin juga dengan kesendiriannya, karena menurut selentingan dia punya "yayang tika" yang kadang, kerap (?) berkunjung. Alhasil berbulan-bulan tuh duit belum juga dibalikin.

Nah, yang bikin gue mati gaya, asliiii neh...dia tuh nanya-nanya harga tab berapa? Menurut gue sih, bagaimanapun harga tab teteeuplah, sesuatu, alias bukan barang murah. Dia cerita, anaknta yang masih kuliah merengek minta dibeliin tab. Bakal apaan coba? Urgensinya kan ga ada, kecuali bakal gata-gayan ma' senang-senang doank?

Ga lama dia pun cerita, bahwa dia baru aja beliin anaknya itu sebuah tab keluaran terbaru yang lebih canggih dari yang gue punyaaaaa....!!! Mau marah gak? Dan saat ramadhan gue mo mudik ketemu dia bareng anaknya, sumpeh loh, tuh bocah tampak asik banget ma' dolanannya yang baru itu....!!! Dan utang dia ke gue, teteeeuuupp...belum dubayar.

Akhir kisah, dengan mencicil, utang pun akhirnya terbayar lunas, dan teteuup...ga pernah gue tagih.

Nah, belum lama nih, dia bilang lagi mo' minta tolong lagi, mo pinjam uang. Tapi gimana ya, gue jadi "ill feel" getooooohhh...?!?! Asli loh, ini cuma perasaan manusia biasa. Mungkin gue salah. Tapi gimana ya? Mana ngubernya maksa. Kebetulan kondisinya pun tidak sama seperti saat dulu dia pinjam. Sekarang mau lebaran haji, gue mo mudik, bla, bla, bla. Akan banyak pengeluaran pastinya. Yang pasti, gue keki bukan karena perkara duitnya, atau bayarnya yang molor berbulan-bulan, tapi lebih pada attitudenya. Sayang sama anak seringkali membuat manusia jadi khilaf. Sekali lagi mungkin gue salah, apalagi gue juga belum punya anak, jadi mungkin gue sotoy getooh.

Tapi inilah gue. Boleh dunk gue keder dengan pengalaman ini yang menurut gue ga banget. Jadi yaaa, mohon maaf lahir batin dah...!!! Mungkin lain kali ya kalo gue udah lupa dan ga ill feel lagii..!!!   :-)

Published with Blogger-droid v2.0.8

Sunday, 2 September 2012

JILBAB BRITNEY SPEARS

Mengenakan jilbab bagi kaum perempuan dalam Islam sesungguhnya tersurat secara jelas dalam Surat Al-Ahzab, ayat 59; "Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, hendaklah, mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Namun, memang harus diakui, mengenakan jilbab bagi perempuan bukanlah hal yang mudah. Seperti semua orang tahu, perempuan adalah sumber keindahan, wajahnya, tubuhnya, rambutnya, senyumnya, gerak-gerik tubuhnya, tutur katanya, kerlingannya, jemarinya, semuanya indah. Karenanya, perempuan ingin menunjukkan semua keindahannya itu....
JILBAB SEKSI
Di awal 90-an, masih sedikit perempuan mengenakan jilbab. Kalaupun ada, sangat jauh dari indah apalagi modis. Sebaliknya, mengenakan jilbab saat itu sangat terkesan kampungan atau ndeso.
Saat ini, banyak perempuan telah mengenakan jilbab. Mereka sangat cantik, indah & modis. Perempuan segala kalangan berjilbab begitu menawan. Anak sekolah, mahasiswa, pengusaha, pekerja, guru, tua, muda, banyak yang telah berjilbab tanpa terkendala atau terdiskriminasi seperti dulu.
Bahkan saat ini, kadang mungkin terasa sedikit aneh, bila menemui perempuan mukmin di usia 30-an tidak berkerudung....
Sayangnya, kadang mereka yang berkerudung pun mungkin belum paham betul tentang hakekat berjilbab. Makanya, tak jarang kita temui dalam keseharian, para perempuan mukmin berjilbab tapi seksi. Iya, jilbab britney spears. Semua tubuh tertutup, tapi menampakan lekuk bentuk tubuh karena mengenakan pakaian yang tertutup tapi ketat atau sebaliknya, tertutup tapi tipis transparan. Maka jadilah, jilbab britney spears....!!!
BELAJAR TERUS BERJILBAB
Sangat manusiawi bila keimanan umat manusia seringkali naik turun. Namun setidaknya, teruslah belajar, agar para perempuan mukmin tidak menimbulkan kesan yang keliru di masyarakat. Karena berjilbab juga merupakan sebuah syiar.
Wajar, bila sesekali ingin megenakan pakaian yang seksi karena merasa badan masih oke. Wajar, bila sesekali ingin lepas kerudung karena memiliki rambut indah. Tapi inssya Allah, bila sudah berkomitmen untuk berkerudung tentu hal demikian hanyalah intermezo biasa yang bisa diatasi tanpa harus merealisasikannya (melepas kerudung)....
TIPS BERJILBAB
1. Kenakan busana yang tertutup, tidak melekat di tubuh dan tidak transparan;
2. Bila menyukai bercelana panjang, kenakan atasan/blus yang menutupi area pusat, pantat hingga paha/lutut;
3. Bila menyukai rok, kenakan rok dengan potongan longgar, tidak membentuk area pinggang, pantat dan paha sehingga tampak seksi dan terlihat seluruh bentuk tubuh;
4. Bila mengenakan tunik atau blus panjang, lengkapi busana dengan mengenakan pula celana panjang kain/jeans yg tidak ketat, bukan leging atau celana panjang dalaman yang berenda;
5. Bila menyukai gamis, bedakan antara gamis yang pantas dan daster atau pakaian tidur. Hindari gamis yang berbahan kaos yang melekat di tubuh, karena selain membentuk tubuh juga akan memperlihatkan garis pakaian dalam;
6. Kenakan pakain dalam bila busana dirasa tipis & tembus pandang;
7. Kenakan kerudung/penutup kepala atau kombinasi hijab yang juga menutup area leher dan dada. Tujuan berkerudung adalah menutupi juga payudara dari pandangan;
8. Kenakan busana yang sesuai sebagai busana muslimah yang menutup aurat, baik itu panjang lengan, panjang rok/celana & bentuk leher;
9. Tinggalkan semua baju, rok, celana panjang atau jeans strecth. Pakaian yang demikian itu bukan tergolong busana muslimah, karena walaupun tertutup namun tetap menonjolkan lekuk tubuh;
10. Bagi mereka yang gemuk, harus ekstra memperhatikan kelayakan busana muslimah yang dikenakan, karena sangat potensial menonjolkan bentuk tubuh.
MEMPERBAIKI IBADAH
Beribadah adalah belajar sepanjang hayat. Jadi tidak perlu malu untuk terus memperbaiki diri. Sesungguhnya para perempuan yang sudah lanjut usia tidak lagi harus berhijab karena mereka tidak lagi potensial menimbulkan syahwat.
Namun sebaliknya, bukan berarti kalau sudah lanjut usia tapi masih menarik, seksi dan cantik, lantas mereka boleh leluasa berpakaian sekehendak hatinya.
Pada hakekatnya, berhijab adalah juga menghijabi hati, ucapan dan perilaku bagi para perempuan mukmin. Maka menyelaraskan keduanya, menghijabkan tubuh dan kolbu, menjadi sebuah ibadah luar biasa dan penuh perjuangan....
Published with Blogger-droid v2.0.8

Sunday, 29 July 2012

No seat at all


As ussually, I was riding my mitorcycle with my husband for work in the early morn. It was about 05.42 am when I called my bus-mate to inform that I would wait for the bus at the same place. But, she told me that the bus was full this morning. What should I do then? Should I insist to get the bus and standing for 2 hours journey to karawang from bintaro? It's insane!
The company doesnt care at all for this all small things that it would be a serious problem for the employees. It was so...? Don't know what to say...
In fact, today I have to go to karawang everyday. Since I have done it for more than 1,5 years, I am still not having a right as a fixed passenger. What a weird..!!!
Published with Blogger-droid v2.0.6

Tuesday, 15 May 2012

Bissmillah!

I have to quit. I have to resign soon. I have to get a better job. Yes, I can cos Allah SWT will always with me & assist me all the time.

It is time for me to jump. It is not worth anymore. I need to think about my future. I must struggle about my life.

I deserve to be happy. I am able to make my life always happy. Happy is not always about money at all.

I do believe that Allah SWT will give me the answer, the conclusion at the perfect time. Inssya Allah, amin.

I am sure, as a human being, no one will happy for going 200 km & more than 4 hours journey riding a non ac bus to work, everyday! I am pretty sure, no one will happy for that. If there is, it's unhuman being. It's crazy.

This is the limit. I will resign after lebaran & get all the money. At the same time, I will get a new job. Inssya Allah... Amin.

Published with Blogger-droid v2.0.4