Tuesday, 23 October 2012

Surat Cinta




Astaghfirullahaladzim, duh Gustiii....
Rasanya cengeng banget mengeluh terus....
Rasanya ga pantes banget merengek lagi, lagi dan lagi....
Ampun Ya Rabb....
Begitu hinanya aku ini,
Sampai tidak tahu lagi aku harus apa,
Sebisa-bisa mungkin tetap shalat & ga murtad,
Segitu aja....
Rasanya sudah remuk tercabik-cabik,
Tapi tetep aja Alhamdulillah masih segar bugar begini....
Bila waktunya tiba Ya Rabb,
Kuingin itu secepat kilat,
Tanpa menyusahkan orang banyak
Bila waktunya tiba Ya Rabb,
Kuingin itu khusnul qotimah,
Tertutupilah segala aib & dosa
Kuyakin rahmatMu sangat banyak Ya Rabb
Kuyakin keridhoanMu bukan purba....
Kuyakin ampunanMu selamanya....
Bahkan hingga ajal menjelang.....
Maka jika masih boleh aku meminta,
Cukuplah Engkau saja yang menolongku, Ya Rabb
Cukuplah Engkau saja yang menyayangiku, dengan caraMu....
Maka kecukupanMu sesungguhnya adalah kemewahan abadi....
*serasa Allah SWT punya akun FB, twitter, blog, line, whatever...*
:-)
Published with Blogger-droid v2.0.8

Sunday, 21 October 2012

Mati Gaya

Asli, gue dibikin mati gaya dan keki berat gara-gara kejadian ini.

Ceritanya seorang kawan single parent beranak 2 (dua) minta tolong akan meminjam sejumlah uang. Nilainya dibilang sedikit, engga, dibilang banyak juga enggak. Namanya duit, besarannya relatif yak?

Nah, konon uang itu akan digunakan untuk membiayai anak bontotnya daftar kuliah. Kebetulan ada sedikit rejeki, ya sudahlah gue pinjami dia sebesar yang dibutuhkan. Dia berjanji akan mengembalikan segera setelah bonus dibayarkan pada akhir bulan.

Sejujurnya, gue ga' gitu-gitu amat tuh duit bakal dibalikin. Makanya, gue ga pernah tagih. Faktanya, memang akhir bulan gue ga ketemu dia, alhasil duitnya kepake deh, ga jadi bayarlah dia.

Asli, ga masalah juga sih buat gue. Bukannya gue berlebih dan ga butuh duit, tp memang bagaimanpun di dalam hati nih ada niat antara sedekah dan menolong. Persoalannya, kalau gue lepasin, nti dia kebiasaan. Lagian, gue ga terlalu yakin juga dengan kesendiriannya, karena menurut selentingan dia punya "yayang tika" yang kadang, kerap (?) berkunjung. Alhasil berbulan-bulan tuh duit belum juga dibalikin.

Nah, yang bikin gue mati gaya, asliiii neh...dia tuh nanya-nanya harga tab berapa? Menurut gue sih, bagaimanapun harga tab teteeuplah, sesuatu, alias bukan barang murah. Dia cerita, anaknta yang masih kuliah merengek minta dibeliin tab. Bakal apaan coba? Urgensinya kan ga ada, kecuali bakal gata-gayan ma' senang-senang doank?

Ga lama dia pun cerita, bahwa dia baru aja beliin anaknya itu sebuah tab keluaran terbaru yang lebih canggih dari yang gue punyaaaaa....!!! Mau marah gak? Dan saat ramadhan gue mo mudik ketemu dia bareng anaknya, sumpeh loh, tuh bocah tampak asik banget ma' dolanannya yang baru itu....!!! Dan utang dia ke gue, teteeeuuupp...belum dubayar.

Akhir kisah, dengan mencicil, utang pun akhirnya terbayar lunas, dan teteuup...ga pernah gue tagih.

Nah, belum lama nih, dia bilang lagi mo' minta tolong lagi, mo pinjam uang. Tapi gimana ya, gue jadi "ill feel" getooooohhh...?!?! Asli loh, ini cuma perasaan manusia biasa. Mungkin gue salah. Tapi gimana ya? Mana ngubernya maksa. Kebetulan kondisinya pun tidak sama seperti saat dulu dia pinjam. Sekarang mau lebaran haji, gue mo mudik, bla, bla, bla. Akan banyak pengeluaran pastinya. Yang pasti, gue keki bukan karena perkara duitnya, atau bayarnya yang molor berbulan-bulan, tapi lebih pada attitudenya. Sayang sama anak seringkali membuat manusia jadi khilaf. Sekali lagi mungkin gue salah, apalagi gue juga belum punya anak, jadi mungkin gue sotoy getooh.

Tapi inilah gue. Boleh dunk gue keder dengan pengalaman ini yang menurut gue ga banget. Jadi yaaa, mohon maaf lahir batin dah...!!! Mungkin lain kali ya kalo gue udah lupa dan ga ill feel lagii..!!!   :-)

Published with Blogger-droid v2.0.8

Sunday, 2 September 2012

JILBAB BRITNEY SPEARS

Mengenakan jilbab bagi kaum perempuan dalam Islam sesungguhnya tersurat secara jelas dalam Surat Al-Ahzab, ayat 59; "Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, hendaklah, mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Namun, memang harus diakui, mengenakan jilbab bagi perempuan bukanlah hal yang mudah. Seperti semua orang tahu, perempuan adalah sumber keindahan, wajahnya, tubuhnya, rambutnya, senyumnya, gerak-gerik tubuhnya, tutur katanya, kerlingannya, jemarinya, semuanya indah. Karenanya, perempuan ingin menunjukkan semua keindahannya itu....
JILBAB SEKSI
Di awal 90-an, masih sedikit perempuan mengenakan jilbab. Kalaupun ada, sangat jauh dari indah apalagi modis. Sebaliknya, mengenakan jilbab saat itu sangat terkesan kampungan atau ndeso.
Saat ini, banyak perempuan telah mengenakan jilbab. Mereka sangat cantik, indah & modis. Perempuan segala kalangan berjilbab begitu menawan. Anak sekolah, mahasiswa, pengusaha, pekerja, guru, tua, muda, banyak yang telah berjilbab tanpa terkendala atau terdiskriminasi seperti dulu.
Bahkan saat ini, kadang mungkin terasa sedikit aneh, bila menemui perempuan mukmin di usia 30-an tidak berkerudung....
Sayangnya, kadang mereka yang berkerudung pun mungkin belum paham betul tentang hakekat berjilbab. Makanya, tak jarang kita temui dalam keseharian, para perempuan mukmin berjilbab tapi seksi. Iya, jilbab britney spears. Semua tubuh tertutup, tapi menampakan lekuk bentuk tubuh karena mengenakan pakaian yang tertutup tapi ketat atau sebaliknya, tertutup tapi tipis transparan. Maka jadilah, jilbab britney spears....!!!
BELAJAR TERUS BERJILBAB
Sangat manusiawi bila keimanan umat manusia seringkali naik turun. Namun setidaknya, teruslah belajar, agar para perempuan mukmin tidak menimbulkan kesan yang keliru di masyarakat. Karena berjilbab juga merupakan sebuah syiar.
Wajar, bila sesekali ingin megenakan pakaian yang seksi karena merasa badan masih oke. Wajar, bila sesekali ingin lepas kerudung karena memiliki rambut indah. Tapi inssya Allah, bila sudah berkomitmen untuk berkerudung tentu hal demikian hanyalah intermezo biasa yang bisa diatasi tanpa harus merealisasikannya (melepas kerudung)....
TIPS BERJILBAB
1. Kenakan busana yang tertutup, tidak melekat di tubuh dan tidak transparan;
2. Bila menyukai bercelana panjang, kenakan atasan/blus yang menutupi area pusat, pantat hingga paha/lutut;
3. Bila menyukai rok, kenakan rok dengan potongan longgar, tidak membentuk area pinggang, pantat dan paha sehingga tampak seksi dan terlihat seluruh bentuk tubuh;
4. Bila mengenakan tunik atau blus panjang, lengkapi busana dengan mengenakan pula celana panjang kain/jeans yg tidak ketat, bukan leging atau celana panjang dalaman yang berenda;
5. Bila menyukai gamis, bedakan antara gamis yang pantas dan daster atau pakaian tidur. Hindari gamis yang berbahan kaos yang melekat di tubuh, karena selain membentuk tubuh juga akan memperlihatkan garis pakaian dalam;
6. Kenakan pakain dalam bila busana dirasa tipis & tembus pandang;
7. Kenakan kerudung/penutup kepala atau kombinasi hijab yang juga menutup area leher dan dada. Tujuan berkerudung adalah menutupi juga payudara dari pandangan;
8. Kenakan busana yang sesuai sebagai busana muslimah yang menutup aurat, baik itu panjang lengan, panjang rok/celana & bentuk leher;
9. Tinggalkan semua baju, rok, celana panjang atau jeans strecth. Pakaian yang demikian itu bukan tergolong busana muslimah, karena walaupun tertutup namun tetap menonjolkan lekuk tubuh;
10. Bagi mereka yang gemuk, harus ekstra memperhatikan kelayakan busana muslimah yang dikenakan, karena sangat potensial menonjolkan bentuk tubuh.
MEMPERBAIKI IBADAH
Beribadah adalah belajar sepanjang hayat. Jadi tidak perlu malu untuk terus memperbaiki diri. Sesungguhnya para perempuan yang sudah lanjut usia tidak lagi harus berhijab karena mereka tidak lagi potensial menimbulkan syahwat.
Namun sebaliknya, bukan berarti kalau sudah lanjut usia tapi masih menarik, seksi dan cantik, lantas mereka boleh leluasa berpakaian sekehendak hatinya.
Pada hakekatnya, berhijab adalah juga menghijabi hati, ucapan dan perilaku bagi para perempuan mukmin. Maka menyelaraskan keduanya, menghijabkan tubuh dan kolbu, menjadi sebuah ibadah luar biasa dan penuh perjuangan....
Published with Blogger-droid v2.0.8

Sunday, 29 July 2012

No seat at all


As ussually, I was riding my mitorcycle with my husband for work in the early morn. It was about 05.42 am when I called my bus-mate to inform that I would wait for the bus at the same place. But, she told me that the bus was full this morning. What should I do then? Should I insist to get the bus and standing for 2 hours journey to karawang from bintaro? It's insane!
The company doesnt care at all for this all small things that it would be a serious problem for the employees. It was so...? Don't know what to say...
In fact, today I have to go to karawang everyday. Since I have done it for more than 1,5 years, I am still not having a right as a fixed passenger. What a weird..!!!
Published with Blogger-droid v2.0.6

Tuesday, 15 May 2012

Bissmillah!

I have to quit. I have to resign soon. I have to get a better job. Yes, I can cos Allah SWT will always with me & assist me all the time.

It is time for me to jump. It is not worth anymore. I need to think about my future. I must struggle about my life.

I deserve to be happy. I am able to make my life always happy. Happy is not always about money at all.

I do believe that Allah SWT will give me the answer, the conclusion at the perfect time. Inssya Allah, amin.

I am sure, as a human being, no one will happy for going 200 km & more than 4 hours journey riding a non ac bus to work, everyday! I am pretty sure, no one will happy for that. If there is, it's unhuman being. It's crazy.

This is the limit. I will resign after lebaran & get all the money. At the same time, I will get a new job. Inssya Allah... Amin.

Published with Blogger-droid v2.0.4

Monday, 2 April 2012

Ke karawang, 2 April 2012

Setelah hampir setahun ini tiap hari pp bintaro-karawang & selalu berangkatnya duduk di depan, hari ini, penderitaan itu semakin menyiksa. Efektif mulai hari ini, aku terpaksa, dipaksa (whatever) duduk di barisan 4 dari belakang. Bayangkan saja, kapasitas bus ekonomi non AC itu 55 kursi lebih. Sementara aku duduk di belakang kanan, kursi bertiga, di tengah pula...!

Ceritanya, selama ini aku bisa duduk di depan krn ada satu kursi paling depan yang kosong karena ada seorang pegawai yang hanya memanfaatkan kursi itu saat pulang. Terus terang, aku bukan penumpang bus tersebut yang bergabung sejak awal saat bus itu disewa. Tapi, begitu aku bergabung bus itu Mei tahun lalu, aku relatif lebih sering duduk di kursi terdepan itu, pagi dan sore. Demikian plah itu definisi "langganan". Sebelumnya memang aku dijatahi kursi yang kududuki kini. Tapi karena aku tukang mabok, dan ada satu kursi kosong di depan, maka aku pun memilih kursi yang kosong itu.

Namun karena aku "baru" bekerja sepuluh tahun, maka sang pengurus bus mengabaikan hak aku sebagai penumpang langganan. Tepatnya, sang pengurus bus tidak tahan kupingnya mendengar omelan penumpang yang biasa duduk di kursi terdepan itu saat pulang. Pendek kata, aku dipaksa mengalah!

Parahnya, efektif per bulan ini pengurus bus bikin peraturan baru. Penumpang harus langganan yg jelas. Alhasil, penumpang yang tadinya hanya menumpang saat pulang saja, harus pula berangkat dengan menumpang bus yang sama. Begitupun srbaliknya. Anehnya, aku yang notabene sudah jadi penumpang langganan pp tidak mendapat prioritas untuk duduk di kursi depan yg selama ini aku duduki. Bila pulang pergi mabok, tentu urusannya jadi tidak sederhana....

MABOK

Bukannya tidak mau duduk di belakang. Pasalnya sudah sejak kecil aku nih tukang mabok perjalanan. Itulah sebabnya aku jarang sekali berkendaraan darat, apalagi bepergian dengan kendaraan umum. Aku, lebih memilih naik kereta api ke mana pun pergi. Bepergiaan dengan pesawat pun aku tak suka. Tapi itu tidak seberapa buruk dibandingkan berkendaraan umum.

Kalau berkendara mobil atau angkutan umum, biasanya tak lebih dari 1 jam. Itu pun, duduknya harus di depan, setidaknya memberikan ruang untuk memandang ke jalan. Naik bus & angkot berjam-jam, duduk di belakang, tanpa AC, benar-benar bukan sebuah pilihan. Naik taksi saja aku mabok. Apalagi banyak pengendara taksi yang cara berkendaranya tak ubahnya supir angkot, ndut-ndutan saat mengerem, sehingga membuat mual & pysing kepala.

NO BODY IS PERFECT

Orang boleh menyarankan banyak hal. Tapi 40 tahun hidup & selalu mabok kecuali kalau nyupir sendiri, rasanya ini menjadi sebuah hal, fakta, yg harus aku terima sebagai sebuah kekurangan yang bisa jadi tak berarti apa2 bagi orang lain.

Itulah sebabnya, aku gak pernah mudik naik mobil pribadi apalagi menumpang bus. Aku selalu mudik dengan kereta. Aman, nyaman, 'murah'. Setidaknya aku gak mengalami mabok darat bila berkendara dengan kereta. Itulah upaya yang selama ini aku lakukan untuk menyiasati kebiasaan mabok berkendara.

Tapi kalau perkaranya sudah seperti ini, ngantornya tiap hari ke karawang, moda transportasi yang tersedia hanya bus ekonomi tak berpendingin udara, maka urusaannya jadi beda. Ibarat pepatah, "dimakan mati emak, tak dimakan mati bapak". Dengan kata lain "berhenti kerja salah, tak berhenti kerja juga salah". (ppppfffhh... utang KPR akyu kapan lunas sih yaaa..?)

IKHTIAR TERAKHIR

Sepuluh tahun lebih bekerja di sebuah BUMN yang sangat strategis & vital, bisa jadi banyak orang sangat menginginkan bekerja di sini. Umumnya instansi pemerintah, beban kerja di sini relatif tidak padat, sangat longgar malah. Setiap tahunnya, rata-rata menerima 20x gaji. Pegawai perempuan pun mendapat fasilitas kesehatan anak-anaknya maksimal hingga 3 orang hingga 25 tahun atau belum menikah.

Di sini juga ada koperasi yang setidaknya setiap 4 tahun sekali memberikan fasilitas pinjaman lunak hingga 5-10x gaji. Dulu, setiap tahun pegawai selalu mendapatkan pembagian seragam. Setiap dua tahun selalu mendapatkan pembagian baju training & sepatu olah raga, juga pakaian kerja pendukung seperti overcoat, safety shoe, korset safety, dll. Pegawai juga berhak cuti di luar tanggungan perusahan (cdtp), contohnya bila pegawai perempuan ikut dinas suami ke luar kota/negeri. Perusahaan juga menyediakan biaya haji berpasangan bila lulus menjalani seleksi.

Bagi mereka yang berpangkat, perusahaan menyediakan rumah dinas lengkap dengan bayaran listrik & air gratis! Di koperasi juga, pegawai bisa berbelanja berbagai kebutuhan dengan cara mencicil. Bila pensiun pegawai memperoleh pesangon 32x gaji (nantinya sesuai uu naker besarnya meningkat menjafi 120x gaji). Selain itu, tiap bulan para pensiun masi menetima uang pensiun bulanan & tunjangan kesehatan. Aduransi, padti... Bingkisan sembako hadiah lebaran, juga selalu diberikan. Dan masih banyak... 'keuntungan' yang lain.

FAKTA

Tapi, bila aku, perempuan, harus menempuh perjalanan 200 km, bintaro-karawang, sedikitnya 4 jam pp, plus 2 jam persiapan sejak sebelum subuh, itu artinya, tubuh aku ini terkuras tenaganya secara fisik 14 jam, setiap hari! Bagi aku kondisi ini rasanya sudah tidak rasional lagi. Aku merasa sangat diperbudak dengan semua ini....

Ajaibnya, begitu rasionalnya aku memikirkan ketidakrasionalan ini, dan begitu kerasnya ikhtiar usahaku berhijrah dengan melamar & wawancara kerja ke sana ke mari, tapi kenyataannya Allah SWT masih menghendaki aku ada di sini....

Sesungguhnya apa yang manusia pikir buruk baginya, bisa jadi itu baik baginya. Sebaliknya sesungguhnya apa yang manusia pikir itu baik bagi dirinya, bisa jadi itu buruk baginya. Karena Allah SWT - lah yang Maha Mengetahui segala sesuatu dan Dialah yang paling mengetahui hal yang terbaik bagi umatnya.

Tugasku sekarang hanya ikhlas, bersabar, dan menunggu. Karena sesungguhnya pertolongan Allah SWT itu sangat dekat, bahkan lebih dekat dari urat nadimu....

Subhanallaahh...

Published with Blogger-droid v2.0.4

Friday, 9 March 2012

PEREMPUAN INDONESIA

Hari Perempuan Internasional yang diperingati setiap tanggal 8 Maret idealnya menjadi moment yg tepat bagi setiap perempuan di seluruh dunia untuk memikirkan dirinya. Tentu, dalam hal ini berpikir positif untuk meningkatkan kualitas diri menyangkut perannya yang sangat beragam, sebagai istri, sbg profesional, sbg ibu, dsb.

Tak terkecuali dengan perempuan-perempuan Indonesia. Sudah saatnya perempuan-perempuan Indonesia lebih kritis dalam memikirkan peran dirinya dengan lebih moderat, progresif tapi tidak melampaui kodrat & fitrahnya yang mulia.

MENGAPA PEREMPUAN?

Berpikir kritis bukan hanya perkara hak & kewajiban. Tapi lebih dari itu, sebagai manusia biasa, perempuan sesungguhnya memiliki kebutuhan universal yang hakiki yang juga dimiliki oleh kaum pria. Namun sayangnya, kebodohan & pola pikir konsevatif seringkali menjebak kaum perempuan sehingga mereka tidak mampu lagi mengenali kebutuhan normalnya sebagai manusia biasa, terlepas dirinya perempuan atau laki-laki.

Hal yang demikian ini menjadi penting krn perempuan adalah tulang punggung suatu bangsa, begitu pepatah mengatakan. Para penerus bangsa dididik, diasuh, & dibesarkan, fitrahnya, adalah oleh ibu mereka, kaum perempuan. Itulah sebabnya, dibutuhkan seorang perempuan yang super untuk menghasilkan generasi yang lebih super. Maka bila para perempuan yang menjadi ibu itu tidak super, lalu apa yang akan ia berikan untuk anak-anaknya? Lalu, apa pula yang akan dimiliki sebuah bangsa dengan anak2 yg diasuh tanpa kesuperan dan ala kadarnya?

Singkat kata, ibu yg tidak super dalam pemikirannya tidak akan mampu mendidik & mengarahkan anak2nya dengan berbagai pilihan hidup & berjuta informasi yg akan berguna sbg pengalaman si anak dalam proses kedewasaannya. Akibatnya, anak2 pun tumbuh mjd produk salah asuhan yg tdk mempunyai kharakter yg kuat dalam mental, tanggung jawab pribadi dg disiplin tinggi, toleransi yg menjunjung tinggi perbedaan, sportivitas yg berani mengakui kesalahan, kekurangan & kegagalan, keterbukaan dalam berpikir yg kreatif menghadapi persoalan & perubahan, terbiasa berkomunikasi secara terbuka termasuk interaksi yg jujur & tulus, serta masih banyak lagi nilai2 kehidupan penting lainnya.

NAMA PEREMPUAN

Banyak perempuan Indonesia kini begitu latah dengan namanya yang diikuti oleh nama suaminya. Nama indah perempuan diikuti dengan nama laki2 mungkin terdengar keren karena terkesan kuat dengan maskulinitas. Bahkan tak jarang para suami yg mendorong istrinya agar menyebutkan nama mereka di belakang nama para istri.

Tapi hai, tidakkah para perempuan itu tahu? Kalaupun para perempuan membutuhkan itu, seharusnya mereka menyebutkan nama ayahnya, bukan nama suaminya...!!! Itulah sebabnya, nama perempuan diikuti dengan binti "fulan" yang menjelaskan bahwa si perempuan adalah anak si fulan. Sementara nama lelaki diikuti bin "fulan" yg menjelaskan bahwa ybs adl anak laki2 dr si fulan.

KETIDAKADILAN TERHADAP PEREMPUAN

Anda, perempuan yg bekerja, apakah anda memperoleh fasilitas yg sama dengan yg diperoleh pegawai pria? Apakah anda berhak atas fasilitas bagi keluarga, suami & anak2, sebagaimana pekerja pria berhak sejumlah fasilitas untuk istri & anak2nya?

Bila kaum ibu pekerja masih dianggap sebagai lajang & tidak berhak atas fasilitas bagi keluarganya, itulah fakta yg sebenarnya. Padahal Indonesia sudah meratifikasi undang2 buruh internasional yg menjamin kesetaraan hak pekerja perempuan sama dengan pekerja laki2. Kenyataannya, bisa jadi anda adalah salah satu ibu pekerja yg mengalami ketidakadilan itu. Faktanya, negara tidak mampu memonitor pelanggaran yg dilakukan dunia usaha kepada kaum pekerja perempuan, khususnya ibu pekerja.

KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

Hasil penelitian Komnas Perempuan tahun 2011 lalu menemukan fakta bahwa kekerasan yang kerap dialami oleh perempuan sebagian besar terjadi di ranah privat, artinya dilakukan oleh orang2 dekat.

Bukan rahasia lagi stereotype laki2 timur yang selalu dilayani membuat para lelaki ini mempunyai pandangan & ukuran berbeda tentang makna & "kegunaan" perempuan. Para lelaki timur cenderung menganggap perempuan sbg obyek dan bukan sebagai manusia merdeka dengan fitrahnya sebagai perempuan itu tadi.

Akibatnya, manakala perempuan tidak berlaku sebagaimana ukuran yg ditetapkan dalam benak kaum adam itu, tak pelak lagi para perempuan ini pun mengalami kekerasan & penindasan.

Fenomena yang sering dijumpai di kehidupan masyarakat antara lain, kasus yg byk dialami para kaum ibu pekerja yg msh dituntut hrs tetap melakukan urusan domestik! Asisten rumah tangga tdk cukup bagi para lelaki egois yang sesungguhnya mengalami krisis PD ini. Lebih2 bila para perempuan ini berkarir & berpenghasilan lebih baik drpd para suami, niscaya sang suami akan salting, merasa tidak nyaman & sehingga mengekspresikan ketidakberdayaannya, kekalahannya dgn mengintimidasi perempuan dg kekuatannp fisiknya sebagai laki2 yg notabene lebih kuat dibanding perempuan.

KEMANDIRIAN PEREMPUAN

Perempuan mandiri adalah perempuan yang mampu berpikir kreatif, terbuka & cakap dalam mengambil keputusan. Perempuan mandiri bukan perkara kemerdekaan secara finansial. Perempuan mandiri juga bukan kaum feminis yg menginginkan kesetaraan secara membabi buta. Sebaliknya perempuan mandiri adalah perempuan yg tahu bahwa kekuatan yg dimilikinya adl investasi bg anak2nya. Perempuan mandiri adl perempuan yg tahu bahwa kemandiriannya berbatas & berujung pada fitrahnya sebagai perempuan sesuai ketentuan agama.

Well, menjadi perempuan tidak mudah. Sungguh, perempuan yg tdk tangguh dan berwawasan, akan menghasilkan anak2 yg menyebalkan yg mjd sumber masalah dlm interaksi sosial di setiap segi kehidupannya. Menjadi perempuan super bukan berarti harus sekolah tinggi. Tapi kepandaian & keterbukaan dalam pola pikir butuh kebiasaan.

Maka biasakanlah diri mulai sekarang untuk kritis terhadap segala hal yg terjadi. Biasakanlah otak untuk bekerja, mengamati, menganilis, mencoba memikirkan alternatif solusi, tp tetap dengan bekal yg benar. Dan sebaik2nya bekal dalam kehidupan adl ilmu agama. Krn Allah SWT menghendaki manusia berpikir tentang segala sesuatu menyangkut ketentuan & ciptaan-Nya.

Maka berbahagialah mjd perempuan. Karena di tangan perempuanlah kebesaran sebuah bangsa dipertaruhkan, melaui didikannya kepada setiap anak yg dilahirkannya yg kelak mjd generasi penerus bangsa. Selamat Hari Perempuan Internadional, perempuan Indonesia!!!

Published with Blogger-droid v2.0.4

Wednesday, 14 December 2011

LIKE MOTHER LIKE SON

Keluarga 1

Sebuah keluarga memiliki seorang anak laki-laki. Tentu saja sang anak begitu dekat dengan ibunya, apalagi sang ibu tidak bekerja kantoran. Ibunya sangat lemah lembut, anggun & penuh perhatian.
Umumnya anak tunggal, sang anak dibesarkan dengan penuh keistimewaan. Bahkan sang ibu memanggilnya dengan sebuah sebutan sayang seperti nama perempuan alih-alih mencerminkan kemanjaan seorang anak lelaki yang luar biasa. Cara sang ibu memanggil sang anak pun semakin menjadikan sang anak sebagai pribadi yang kurang berkharakter untuk ukuran seorang lelaki.
Saat sang anak semata wayang ini menikah, drama mengenaskan pun bergulir. Sang anak tidak mampu tampil sebagai pemimpin dalam keluarga. Ia menjadi lelaki dewasa yang hanya bisa bekerja mencari uang tanpa tahu hal lainnnya. Sebagai seorang lelaki dewasa ia tak ubahnya seorang robot yang tidak punya inisyatif apa-apa tentang urusan rumah. Semua hal mengenai kegiatan yang menyangkut keduanya inisyatifnya lebih sering datang dari sang istri yang pekerja keras dan cekatan. Pada akhirnya pertikaian pun bagai neraka bagi keduanya. Mereka pun berpisah.
Keluarga 2

Sebuah keluarga mempunyai 2 (dua) orang anak yang kesemuanya lelaki. Keduanya sangat dekat dengan ibunya yang seorang wanita karir. Sebagai anak-anak yang dibesarkan oleh seorang ibu yang wanita karir, kedua anak lelaki itu tumbuh sebagai lelaki yang cerdas dan luwes dalam interaksi sosial. Namun saat anak lelaki tertua menikah, persoalan klasik pun muncul.

Sang ibu begitu sayangnya sehingga merasa sangat khawatir kalau-kalau pendapatan anaknya tidak mencukupi untuk menghidupi istrinya. Maka sebuah rumah pun dihadiahkan kepada sang anak. Tak cukup sampai di situ, sang ibu pun turut berupaya mendatangkan seorang pembantu bagi keluarga baru itu. Tak tanggung-tanggung, si pembantu baru pun diajarinya secara telaten seluruh pekerjaan hingga resep masakan kesukaan anak lelakinya. Segera setelah si pembantu mulai bisa dilepas secara mandiri, sang ibu hampir setiap hari memonitor dan mengatur menu masakan bagi keluarga baru itu. Sang anak tak dibiarkan hidup mandiri. Sang menantu? Tentu invalid dibuatnya. Hahahaha....

Keluarga 3

Sebuah keluarga yang lain memiliki 3 (tiga) orang anak yang semuanya juga laki-laki. Ketiganya begitu dekat dengan ibunya yang berperan penuh sebagai ibu rumah tangga. Begitu besar cintanya kepada anak-anaknya, sang ibu tidak pernah memberikan tanggung jawab apa pun kepada ketiganya mengenai pekerjaan rumah. Bagi sang ibu, tugas utama anak-anak adalah belajar, urusan selebihnya adalah tanggung jawab ibunya. Hasilnya, ketiga anak lelaki itu memang tumbuh menjadi anak-anak yang pintar secara akademis. Ketiganya berhasil diterima kuliah di perguruan tinggi negeri bergengsi di berbagai kota besar di Indonesia.

Sosok ibu yang sederhana dan lugu, membuat ketiga anak lelaki itu tumbuh menjadi anak yang juga baik dan tak kalah polosnya. Persoalannya, orang hidup tak hanya butuh baik, tapi juga perlu kedewasaan dalam berpikir, bersikap, berperilaku sebagai makhluk sosial.

Kebiasaan ibu yang tidak banyak bicara dan jarang berinteraksi sosial pun menurun kental pada ketiga anak lelakinya. Ketiganya tumbuh menjadi pribadi yang pasif, introvert, selalu menghindari kegiatan interaksi sosial yang tidak memiliki passion atau antusiasme serta spirit yang tinggi.

Sang ibu yang tidak bekerja kantoran praktis mempunyai waktu lebih banyak bagi suami dan anak-anaknya. Pastinya, sang ibu pun lebih fleksibel mengikuti ritme kegiatan anak lelakinya. Alhasil, ketiga anaknya tumbuh sebagai anak yang jam aktivitasnya tidak tertib (umum) dan tidak selaras dengan orang lain kebanyakan.
Saat anak pertama menikah, persoalan klasik yang muncul mudah ditebak. Sang anak lelakinya tidak mandiri, tidak siap pakai sebagai sebuah tim pasangan suami istri, karena tidak terbiasa melakukan pekerjaan rumah tangga. Padahal lazimnya pasangan muda saat ini yang keduanya bekerja, mereka tidak memiliki pembantu. Praktis, semua urusan rumah perlu dilakukan berdua, bersama-sama, bahu-membahu, saling membantu.

Namun dengan kondisi sang anak lelaki yang tidak siap pakai ini, maka pertikaian pun tak terhindarkan. Ketidakpedulian sang anak lelaki sebagai suami dalam memainkan perannya secara optimal sebagai tim dalam rumah tangga membuat sang istri babak belur karena kelelahan akibat peran gandanya sebagai pekerja sekaligus pembantu. Hahahaha...

Saat anak yang lain menikah, kisahnya tak kalah menakjubkan. Sang ibu masih menyuapinya makan, padahal usianya sudah lebih dari 30 tahun! Lucunya, sang ibu mengeluhkan kebiasaan buruk sang anak itu. Menurutnya, kalau ia (sang ibu) mati, bagaimana? Kalau sudah begini, kira-kira siapa yang salah ya? Seperti apa peraaan istrinya memiliki suami yang anak mami seperti itu? Terlihatlah betapa rasa sayang orang tua yang amat besar kadang justru mendatangkan persoalan, tidak saja bagi si anak yang bersangkutan, tapi juga bagi orang lain....

Keluarga 4

Sebuah keluarga memilki 5 (lima) orang anak yang kesemuanya laki-laki. Saat dua anak pertama lahir, perekonomian keluarga masih jauh dari mewah. Akibatnya anak-anak tidak terlalu dekat dengan orang tuanya, baik ayah maupun ibunya, karena mereka melalui masa kanak-kanak yang demikian berat, kerasnya hidup.

Saat anak ketiga hingga kelima lahir, perekonomian keluarga mulai membaik. Maka ketiganya tidak melalui proses yang sama dengan kedua kakaknya saat melewati masa kanak-kanaknya. Kedekatan ketiganya dengan orang tuanya jauh berbeda dengan kedua kakaknya. Namun ada hal yang menarik pada perbedaan keduanya.

Kekerasan hidup yang dilalui kedua anak pertama, menjadikan keduanya sebagai anak yang sesungguhnya lebih 'humble' untuk ukuran tingkat perekonomian keluarga mereka yang tergolong mewah saat ini. Mereka pun terbiasa melakukan pekerjaan urusan domestik, walaupun alasannya lebih karena raa takut dan segan kepada orang tuanya. Namun setidaknya mereka tahu apa yang harus dikerjakan, memainkan perannya dalam keluarga, membantu menyelesaikan pekerjaan domestik sekalipun. Hal ini tidak dimiliki oleh ketiga anak yang lain yang lahir belakangan....

Keluarga 5

Sebuah keluarga memiliki 3 (tiga) orang anak yang kesemuanya laki-laki. Kedua orang tua anak-anak itu bekerja dan keluarga mereka tidak memiliki pembantu. Ketiganya sangat dekat dengan ibunya, pasti.

Saat ibunya dalam perjalanan pulang kantor, siapa pun anak yang telah berada di rumah lebih dulu akan menghubungi ibunya dan bertanya sudah sampai mana? Tiba di rumah, sang anak sudah memasak nasi, anak yang lain langsung membuat teh hangat untuk ibunya, sementara anak lain sudah memasak.

Saat anak tertua berhasil diterima di sebuah lembaga pendidikan pemerintah berikatan dinas, sang ibu tiada henti berurai air mata menahan kerinduannya. Padahal mereka tinggal di kota yang sama tak lebih dari 10 km jarak yang memisahkan kedua ibu dan anak ini. Setiap kali sang ibu berupaya menghubunginya, sang ananda menjawabnya melalui pesan singkat dan membesarkan hati ibunya untuk tidak perlu merasa khawatir tentang keadaannya dan terus-menerus berupaya menghubunginya.

Saat sang anak lulus pendidikan dan telah menerima gajinya yang pertama, sang anak pun membagi rezekinya dengan kedua adiknya. Kisah berikutnya, kedua adiknya pun melihat sosok sang kakak sebagai teladan dan berniat mengikuti jejaknya....

LIKE MOTHER LIKE SON

Demikianlah, kadang manusia memaknai perhatian dan kasih sayang tidak dengan bijaksana. Akibatnya, sang ibu bukannya mendidik anak-anak lelakinya sebagai lelaki sejati, namun justru sebaliknya, menjadikannya sebagai anak mami yang menjengkelkan.

Jadi ibu harus 'pintar' dan 'berilmu'. Mengapa? Karena ibu adalah madrasah pertama yang ditemui anak dalam belajar mengenai hidup. Mendidik dan membesarkan anak pun seyogyanya tidak terkotak-kotak. Pada hakekatnya manusia hidup tidak hanya perlu pandai secara akademis, tapi juga dituntut mampu berinteraksi sosial serta kemandirian untuk melakukan kegiatan normal seorang manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Anak yang tumbuh dewasa namun tidak mandiri, bukan saja menjadikannya tergantung pada orang lain, tapi juga berpotensi tidak bertanggung jawab karena menganggap hal yang demikian itu bukanlah salah satu kemampuan yang perlu dikuasai setiap manusia sebagai individu. Demikianlah, like mother like son, bagaimana sosok ibunya, ya begitu pula lah sosok anak lelakinya. Karena umumnya anak lelaki memang sangat dekat dengan ibunya. Jadi, seperti apakah anda membesarkan jagoan-jagoan anda? Sudah jadi laki-laki sejatikah mereka?



Published with Blogger-droid v2.0.1


ANAK TAK BISA MEMILIH

Seorang anak tidak mengidolakan ayahnya. Karena sejak kecil yang ia temui adalah ayahnya yang sering berhutang dan selalu berbohong sedang tidak berada di rumah kala sang penghutang datang menagihnya. Si anak merasa malu karena apa yang ditemuinya di rumah berbeda dengan nilai-nilai yang diajarkan di sekolah. Begitu seringnya sang anak menyaksikan kebohongan ayahnya, sampai-sampai berpuluh tahun kemudian hal tak pantas itu masih melekat dalam ingatannya.


Seorang anak tidak menghargai ayahnya. Karena ayahnya melampiaskan kekesalan pada ibunya justru kepadanya. Saat sang ibu melakukan kesalahan, sang ayah tidak mampu menerima realita dan menanggung kekecewannya terhadap istrinya sehingga menumpahkan kekesalannya pada sang anak. Sang anak pun menilai bahwa cinta membuat ayahnya buta dan tidak mampu berpikir rasional. Sang anak mendapati ayahnya tidak ksatria dan tidak lebih dari seorang pengecut yang memalukan karena menjadikan anak sebagai korban di antara pertikaian kedua orang tuanya.


Seorang anak tidak meneladani orang tuanya. Karena saat sang anak dipaksa untuk mengaji, ia tidak melihat orang tuanya shalat 5 waktu dalam kesehariannya.


Seorang anak tidak menghormati ayahnya. Karena ayahnya memimpin keluarganya dengan otoriter dan kerap mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas untuk didengar. Bila sang ayah marah, kata-kata kotor dan merendahkan meluncur bertubi-tubi di telinga dan sangat menyakitkan hati. Sang ayah pun kerap memukul dan menampar. Sikap buruk sang ayah yang tidak penyayang dan lemah lembut sangat melukai dan membekas dalam hati sang anak hingga ia dewasa.


Seorang anak tidak merasa dekat dengan ibunya. Karena ibunya tidak pernah mengajaknya bicara sebagaimana seorang ibu bicara dari hati ke hati kepada anak-anaknya. Sang anak pun kecewa karena ibunya menjadi orang yang tidak bisa diandalkan sebagai penengah di tengah-tengah sikap otoriter ayahnya. Ibunya hanya mengajarkannya untuk menurut, menurut, dan menurut. Sang anak tidak diperkenankan menyampaikan pendapatnya. Pun, sang anak tidak dapat mengharapkan pertolongan sang ibu atas sikap ayahnya yang sangat intimidatif.


Seorang anak tidak merindukan ibunya. Karena ibunya tidak membiarkan sang anak memiliki privasinya. Sang ibu menganggap sang anak tidak berhak untuk menentukan teritorinya sebagai individu yang berhak pula dihargai kemerdekaannya sesuai porsinya sebagai anak dalam keluarga. Sang ibu selalu menganggap sang anak tidak berhak atas apapun di rumah bahkan untuk hal normatif konvensional dalam wilayah keluarga.


Seorang anak tidak ingin menjadi seperti ibunya. Karena ibunya bukan madrasah utama sebagaimana yang teman-temannya suka ceritakan tentang sosok ibunya. Sang anak belajar hidup tanpa pernah didampingi ibunya dengan petuah-petuahnya yang menenangkan dan bijaksana.


Seorang anak tidak ingin menjadi seperti ayahnya. Karena ayahnya seringkali melarang sang anak melakukan sesuatu dengan alasan mengada-ada dan tidak masuk akal.


Seorang anak tidak merindukan ibunya. Karena ibunya membedakan perhatiannya secara nyata satu sama lain di antara anak-anaknya. Sang anak menilai bahwa ketidakadilan bukanlah sesuatu yang mengganggu, melainkan ketidakjujuran sang ibu untuk mengakui ketidakadilannyalah yang membuat sang anak kecewa. Kedua orang tuanya sama tidak dewasa dalam sikapnya.


Seorang anak tidak mempercayai ayahnya. Karena ayahnya tidak mau belajar dari kekeliruannya. Sang ayah merasa anak tidak berhak untuk memberikan pencerahan kepada orang tua. Sang ayah beranggapan orang tua akan selalu lebih berilmu ketimbang anak-anaknya. Sang ayah murka bila sang anak menyampaikan realita, bahwa sang ayah telah salah dalam melangkah. Sang ayah sangat sombong untuk mengakui kekeliruannya. Akibatnya, sang ayah melakukan kesalahan yang sama, lagi, lagi, dan lagi, dan sang anak harus menanggung resikonya lagi, lagi, lagi dan lagi. Dan sang ibu alih-alih membaktikan dirinya sebagi seorang istri yang sholehah, mengamini saja setiap kesalahan yang sama yang dilakukan suaminya, tanpa pernah berani mengingatkan kesalahannya.


Sang anak tidak membanggakan orang tuanya. Karena sang anak selalu berhadapan dengan orang tuanya yang sangat egois dan tidak rasional atas setiap keputusan yang dibuatnya atas diri anak-anaknya. Sang anak juga harus menanggung risiko akibat kecerobohan yang disebabkan oleh kedua orang tuanya. Sang anak telah kehilangan ikatannya terhadap kedua orang tuanya karena mereka telah tidak bertanggung jawab atas berbagai masalah yang dibuatnya yang memaksa sang anak harus mencari jalan keluarnya sendiri.


Sang anak merasa sangat tidak aman dalam menjalani hidupnya karena orang tuanya gagal menjaganya. Sang anak merasa orang tuanya telah mendatangkan banyak persoalan dalam hidupnya, dengan menanamkan nilai-nilai yang mendorong dan membentuk kharakternya menjadi seorang dengan kepribadian yang tidak menyenangkan. Akibanya, sang anak selalu menghadapi persoalan dalam melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya.


ANAK TAK BISA MEMILIH

Seorang anak, dilahirkan ke dunia tidak bisa memilih siapa orang tuanya. Seorang anak menjalani proses menjadi dewasa sebagai reaksi atas aksi yang dilakukan oleh orang tuanya. Seorang anak tidak bisa membentuk kharakternya sendiri, melainkan karena terbentuk oleh sikap alami dalam merespon sikap orang tuanya.


Seorang anak yang tidak mengidolakan orang tuanya menjadi kehilangan profil yang dihormatinya. Sang anak akan memilih orang lain untuk berbagi cerita. Dalam hal yang demikian ini, anak yang tidak dekat dengan orang tuanya, sangat rentan melakukan kesalahan. Saat sang anak tidak menemukan figur ayah yang pantas menjadi teladan, maka sedikit saja sang anak melihat kebaikan seorang pria, maka sang anak akan dengan mudah terpedaya. Karena sang ayah tidak memperlakukan sang anak dengan perlakuan yang lemah lembut dan penuh kasih sayang.


Akibatnya, semakin porak porandalah hidupnya. Sang anak tumbuh menjadi dirinya sendiri yang hanya mempercayai kemampuannya sendiri. Karena sepanjang hidupnya, dalam pertumbuhannya, sang anak tidak menemui lingkungan dan perlakuan yang layak diperolehnya sebagai seorang anak. Orang tuanya justru memperlakukan sang anak sabagai obyek penderita.


Orang tuanya yang pembohong dan tidak ksatria, membuat sang anak tidak mudah percaya pada siapa pun. Kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua, membuat sang anak mengharapkan kasih sayang yang berpotensi salah dan datang dari orang yang tidak tepat.

Kerapnya orang tua berkata-kata yang tidak pantas, membuat sang anak menjadi tak kalah keras kepribadiannya, tidak cengeng, tapi juga tak mau dikalahkan untuk apa pun sepanjang ia berpegang pada nilai-nilai yang benar, nilai-nilai yang tidak pernah diindahkan, ditumbuhkan oleh kedua orangtuanya. Ketidakadilan yang dirasakan sang anak menjadikannya tumbuh sebagai pribadi pemberontak atas ketidakadilan yang ia rasakan sepanjang hidupnya.


Akhirnya, sang anak menyadari bahwa ia menjadi anak yang tidak diharapkan sejak awal kehadirannya. Bisa jadi kelahirannya di dunia merupakan sebuah akibat yang menyebabkan ia menanggung kelelahan hati semenjak dalam rahim ibunya.


Sang ibu yang hamil muda dengan penuh beban dan tidak bahagia, mungkin tidak menyadari betapa kuatnya ikatan yang emosional yang mampu dialirkan melalui kalbu sang ibu kepada janinnya. Kekecewaan seorang ibu semasa kehamilannya, penderitaanya, keputusasaannya, penyesalannya, dan segala persoalannya telah mempengaruhi kondisi kejiwaan jabang bayi yang dikandungnya....


ANAK BERJUANG KARENA RASIONALITASNYA

Anak yang tumbuh dalam lingkungan yang demikian pun tumbuh sebagai seorang dewasa yang menemui banyak persoalan dalam interaksi sosialnya. Sang anak begitu dendam dengan segala hal yang tidak benar, tidak layak, tidak pantas, tidak adil, tidak aman yang sejak kecil ia temui.


Sang anak berjuang keras dengan rasionalitasnya. Betapa pun buruk perlakuan orang tua kepadanya, sudah kewajibannya sebagai makhluk beradab dan bertuhan, maka ia harus mencintai dan menghormati orang tuanya ! Dengan keimanannya, sang anak mengerti sepenuhnya bahwa sudah menjadi garisnya, setiap anak wajib mencintai dan mendoakan orang tuanya, tanpa syarat!


Sang anak berjuang keras karena tanpa ia sadari selama berpuluh tahun, nilai-nilai buruk yang ia peroleh telah mengkristal dalam pikiran, sikap dan perilakunya. Sang anak tidak mau semua hal buruk itu berlanjut lagi pada anak-anaknya kelak, menanggung derita sebagai anak yang selalu diabaikan, direndahkan, tidak dianggap, tidak didengar, tidak diharapkan.


Hanya keimanan yang mampu menjaganya, betapa pun itu masih saja merupakan sebuah jihad yang akan terus berlangsung hingga akhir hayatnya. Sang anak menyadari perjuangan

Thursday, 24 November 2011

Kekerasan terhadap Perempuan

Komnas Perempuan mencatat sepanjang tahun 2010 kekerasan terhadap perempuan mencapai angka 105.103 kasus, di mana 96% di antaranya terjadi di ranah privat alias di rumah!

Yang patut dicermati berdasarkan temuan Komnas Perempuan tersebut setidaknya ada 2 (dua) hal ;
1. PELAKU KEKERASAN DIDUGA ORANG DEKAT. Kecenderungan sumber, keberadaan pelaku kekerasan terhadap perempuan sebagian besar,  secara ekstrim, yaitu 96% angka yang nyaris mendekati 100%, terjadi di ranah privat. Artinya, perempuan justru mengalami perlakuan yang tidak sepatutnya justru dari orang-orang dekat yang ada di sekitarnya. Catatan Komnas Perempuan yang dilaporkan Harian Kompas (25/11/11) itu memang tidak menyebutkan secara lebih detil siapa saja yang paling sering melakukan kekerasan terhadap perempuan. Namun setidaknya, berdasarkan data tersebut dugaan pelaku kekerasan terhadap perempuan dapat lebih digambarkan.

2. KASUS TERLAPOR vs TIDAK TERLAPOR. Catatan Komnas Perempuan baru menggambarkan kasus yang dilaporkan. Berdasarkan fenomena, gejala yang seringkali terjadi di masyarakat saat ini, kekerasan terhadap perempuan diduga jauh lebih besar dari angka yang dilaporkan.


Ketua Komnas Perempuan mengatakan bahwa "... Perempuan masih enggan untu melaporkan kasusnya ke institusi berwenang karena secara kultural hal seperti ini akan dianggap sebagai membuka aib keluarga." Artinya, secara tersirat terlihat bahwa pelaku kekerasan terhadap perempuan adalah keluarga. Dan perempuan mempunyai banyak pertimbangan untuk tidak menyampaikan masalah kekerasan yang menimpanya.

MENGAPA PEREMPUAN ENGGAN MELAPOR ?
Dugaan kaum perempuan enggan melaporkan masalah kekerasan yang dialaminya, antara lain;

1. Takut. Sudah menjadi fitrahnya, perempuan diciptakan sebagai makhluk yang lemah (secara fisik dibandingkan pria). Kerapnya perlakukan kekerasan yang dialami perempuan membuat mereka belajar dan mempelajari modus juga pola kekerasan yang dialaminya. Bisa jadi, berdasarkan pengalamannya, bila perempuan meminta pertolongan kepada orang lain atas kekerasan yang menimpanya ia justru akan semakin mendapatkan perlakuan yang lebih buruk. Itulah sebabnya perempuan memilih untuk tidak melaporkan tindak kekerasan yang dialaminya;

2. Malu. Sudah menjadi fitrahnya pula, perempuan adalah makhluk yang sangat perasa. Bila seorang perempuan memilih untuk tidak melaporkan kekerasan yang dialaminya, bisa jadi karena ia sangat menjaga martabat dan harga dirinya dari cemoohan dan gunjingan orang banyak;

3. Tegar. Fitrah lain seorang perempuan adalah ketegarannya yang melebihi seorang laki-laki. Walaupun perempuan diciptakan sebagai makhluk yang lemah, namun faktanya perempuan memiliki kekuatan lain yang membuatnya mampu bertahan secara lebih baik dripada kaum pria dalam situasi yang penuh tekanan. Itulah sebabnya, perempuan terkesan tahan banting dengan kekerasan yang kerap menimpanya dan menganggapnya sebagai sesuatu yang  'biasa' yang masih berada di bawah batas toleransi 'ketegaran'nya. Hal ini tentu saja membuat perempuan seperti kehilangan sensitivitasnnya dalam membedakan hal mana yang menjadi patut dan mana yang tidak lagi patut bagi dirinya untuk ditolerir. Dalam hal ini perempuan seolah terperangkap dalam kekuatan dan ketegarannya sendiri yang sungguh dasyat!

4. Mandiri. Perempuan yang merdeka secara mental, spriritual maupun material akan menyikapi kekerasan yang dialaminya jauh lebih cepat walaupun cenderung ekstrim. Kemampuannya untuk hidup secara mandiri dan tidak tergantung dengan orang lain membuat perempuan akan memilih meninggalkan situasi buruk yang dihadapinya tanpa merasa perlu melaporkannya kepada siapapun. Bagi yang sudah menikah, keputusan bercerai mungkin menjadi pilihan solusi yang efektif. Sementara bagi yang belum menikah, meninggalkan rumah, hidup, mandiri dan terpisah dari keluarga pun menjadi tidak sulit dilakukan;

5. Eksekusi. Perempuan yang tidak matang secara mental, mantap secara spiritual dan tidak merdeka secara finansial akan memilih cara ekstrim yang lain, yaitu mengakhiri hidup. Keterbatasan pilihan solusi yang mungkin dimilikinya ditambah lemahnya keimanan menjadikan para perempuan tidak sempat melaporkan kekerasan yang menimpanya dan memilih menyelesaikan masalahnya secara tragis. Duduk perkara yang sebenarnya baru mengemuka disertai bebagai kisah yang menyeruak paska kematiannya. Berdasarkan sejumlah cerita yang sering dijumpai di berbagai media massa saat ini, maka terbayang betapa banyaknya kasus kekerasan yang dialami perempuan dalam kondisi mengenaskan seperti ini.

Gagalnya antisipasi kasus kekerasan terhadap perempuan;

1. GAGALNYA JURU DAMAI. Ketidakmampuan pihak ketiga dari keluarga terdekat berperan sebagai juru damai. Seperti yang dicatat oleh Komnas Perempuan, kasus kekerasan terhadap perempuan sebagian besar terjadi di ranah privat. Artinya, pelaku kekerasan terhadap perempuan dapat diduga dilakukan orang-orang dekat, yaitu keluarga. Namun bisa jadi, ketidaktahuan masyarakat akan proses penyelesaian yang sesuai dengan ketentuan agama atau nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat belum dimengerti benar. Hakekatnya, setiap perselisihan yang terjadi di dalam sebuah keluarga diupayakan dengan menghadirkan pihak ketiga dari keluarga. Masing-masing pihak yang beselisih dapat menunjuk wakil yang menjadi mediator dalam bermusyawarah. Atau kedua pihak yang berselisih juga dapat bersepakat untuk menunjuk seorang juru damai yang akan membantu menyelesaikan persoalan di antara keduanya secara obyektif dan amanah.

Persoalannya, apabila pihak ketiga tidak mengetahui perannya sebagai juru damai di tengah keluarga manakala ada anggota keluarga yang berselisih maka hal ini menyebabkan kekerasan terhadap perempuan semakin berlanjut.

Persoalan yang terjadi itu sendiri bisa saja adalah hal yang sangat pribadi. Namun kekerasan terhadap perempuan yang menyertai sebuah persoalan, itu adalah soal lain yang patut menjadi perhatian setiap anggota keluarga dan bukanlah sebuah hal yang dapat dibenarkan. Apalagi bila persoalan itu sendiri tidak ada, melainkan sebuah kekerasan itu sendiri yang telah menjadi kebiasaan dan menjadi bagian dari pola interaksi di antara anggota keluarga, itu sungguh merupakan sebuah pemahaman yang sangat keliru dan harus diluruskan. Kekerasan dalam bentuk fisik maupun mental, di mana pun adanya, bukanlah sesuatu yang dibenarkan;

2. Stereotip Keliru kaum Adam. Paradigma yang dianut kaum pria, utamanya masyarakat timur tentang keberadaan perempuan diduga telah mengalami over-perception bahkan missed-perception. Bahwa dalam nilai-nilai Islam laki-laki mempunyai derajat yang lebih tinggi dibandingkan perempuan sebagai seorang imam, khusunya keluarga bukan berarti pria boleh menempatkan perempuan secara tidak hormat.

Persoalannya, nilai-nilai kultural timur disertai pemahaman ilmu agama yang tidak paripurna diduga membuat kaum pria sewenang-wenang tehadap kaum perempuan. Dalam kehidupan yang sangat sulit saat ini, diperlukan kedewasaan yang luar biasa disertai kematangan dalam memahami peran masing-masing anggota keluarga. Situasi sulit saat ini bisa jadi turut mendorong kaum perempuan untuk berperan lebih selain sebagai penanggung jawab urusan domestik. Kondisi ini tentu membawa konsekuensi terlewatinya beberapa hal berkaitan dengan aktivitas domestik. Menyikapi hal ini bila kesepakaatn telah dipahami dengan baik sejak awal, tentu kekurangan-kekurangan yang terjadi tidak lagi menjadi persolan yang kemudian menjadi pemicu bagi kaum adam untuk melampiaskan ketidaknyamanan atau keidakpusannya secara kasar, keras atau brutal terhadap perempuan.

Pemahaman kaum adam dalam memahami peran perempuan memgang peranan sangat penting untuk mencegah terjadinya kekerasan terhadap perempuan. Karena betapapun buruknya degradasi moral yang terjadi dengan bangsa belakangan ini, nilai-nilai kepatuhan perempuan terhadap kaum pria masih menjadi keniscayaan. Artinya, maka pelaku kekerasan terhadap perempuan pun kemungkinan terbesar adalah dilakukan oleh kaum adam, sebagai pihak yang memiliki posisi tawar lebih tinggi dibandingkan perempuan dalam tataran nilai-nilai itu tadi.

Intinya, saat ini kaum pria selayaknya memahami bahwa berbagi peran dalam urusan domestik bukanlah hal yang salah atau merendahkan keberadaan mereka di mata kaum perempuan. Bila kaum adam mengira bahwa kebutuhannya dihormati kaum perempuan daat terwujud dengan mengedapankan kekuatan fisiknya dalam memperlakukan perempuan, maka mereka salah besar. Kaum perempuan akan sangat menghargai kaum pria manakala mereka dapat memperlakukan perempuan dengan hormat dan penuh lemah lembut, bukan sebaliknya, itu kuncinya.

Kekerasan terhadap perempuan akibat missed-recognize
Ketidakpahaman perempuan akan makna kekerasan itu sendiri seringkali membuat perempuan tidak menyadari bahwa sesungguhnya ia telah mengalami kebrutalan perlakuan baik secara fisik maupun mental.

1. Intimidasi. Perhatikan sikap lawan bicara saat terjadi perselisihan. Apabila lawan bicara tidak dapat mengendalikan dirinya dan berbicara dengan mendekatkan tubuhnya ke area privat anda, atau kurang dari 50 cm dengan keberadaan anda, sesungguhnya lawan bicara anda tengah mengintimidasi anda. Sikap seperti ini mungkin disertai dengan mata melotot, tangan menunjuk ke arah wajah anda atau berbicara dengan suara keras dan nada tinggi;

2. Kekerasan fisik. Bila lawan bicara anda mencengkeram pergelangan tangan anda dengan keras, mendorong, menghempas, memukul, menampar, sesungguhnya ia telah melakukan kekerasan fisik kepada anda;

3. Bullying atau menggertak. Bila anggota keluarga anda sering  menghina, melecehkan, mengolok-olok, menyebut anda dengan sebutan yang tidak pantas, sesungguhnya ia telah melakukan tekanan secara mental terhadap anda. Anda dilarang bersosialisasi dengan tentangga untuk arisan, pengajian, bertemu orang tua, bersekolah dalam batas kewajaran tanpa disertai alasan yang rasional atau dibenarkan dalam syariat agama, maka artinya ia melakukan tindakan gertakan mental kepada anda.

BERANI! YANG MAMPU MENOLONG DIRI ANDA PERTAMA KALI ADALAH DIRI ANDA SENDIRI
Tidak perlu takut menghadapi tindakan kekerasan yang anda alami. Sesungguhnya bila manusia tidak melakukan upaya untuk menolong dirinya sendiri padahal ia tahu bagaimana mengupayakannya, maka sesungguhnya ia telah menzalimi dirinya sendiri.

Membela diri sendiri dari tindakan kekerasan bukanlah menyoal urusan gender melainkan perihal kemanusiaan. Pandangan feminis adalah masalah pilihan dan persoalan yang berbeda. Bisa jadi kaum pria sesungguhnya khawatir menghadapi kemandirian perempuan yang berpotensi memiliki pandangam feminis. Padahal tidak semua perempuan memandang pemikiran feminis sesuai dan menjadikannya sebagai pilihannya, bukan?

Intinya BICARA! Bicaralah tentang apa yang anda rasakan agar persoalan dapat diurai dan terselesaikan. Tanpa bicara, persoalan akan semakin pelik dan kekerasan akan semakin menjadi. Jangan ragu meminta bantuan kepada orang tepat. Pilihlah orang yang berilmu (agama), sehat mental-spiritual, dewasa, adil dan amanah. Selamat berjuang Perempuan Indonesia dan tetaplah kuat sepanjang masa!

Published with Blogger-droid v2.0.1

Sunday, 23 October 2011

Komersialisasi ASI vs Donor ASI

Saya tidak ingat lagi kapan persisnya saat saya membaca secara sepintas artikel mengenai donor asi untuk pertama kali. Saat itu yang terlintas dalam benak saya adalah, "Bagaimana hukumnyaa..?"

Tiba-tiba pagi ini saya menemukan akun seseorang dalam salah satu jejaring sosial mengenai kebutuhan donor asi bagi keluarganya. Saya pun kembali berpikir.

Dalam Al Quran, Surat Al Baqarah ayat 233 ditegaskan, "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan... Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."

Pengelolaan donor asi saat ini dikelola layaknya perusahaan profesional. Pengelola bahkan menyediakan jasa pengantaran (deliveri) untuk permintaan asi. Sungguh menarik.

Bagaimana hukumnya?
Sebagaimana dalam ditegaskan dalam Al Quran, mensusukan anak kepada orang lain tidaklah berdosa. Di sisi yang lain, kemudahan Islam dalam memfasilitasi keterbatasan yang dialami para ibu yang produksi asi-nya sedikit memiliki konsekuensi atau tanggung jawab yang tidak hanya mengenai orang tua si anak yang disusi tapi juga menyangkut masa depan anak yang telah disusui tersebut, yang relatif tidak mudah.

Menyangkut hal itu, Dr. Yusuf Qardhawi menjelaskan bahwa hukum sesusuan tidak akan mengenai orang tua & si anak apabila:
1. Tidak menyusu langsung;
2. Menyusu selama 5 (lima) hari bertutut-turut;
3. Anak berusia kurang dari 2 tahun;
4. Bayi tidak makan apapun kecuali minum asi

Terlepas dari persoalan tersebut, hal yang lebih mendasar mengenai pengelolaan donor asi adalah pada filosofinya. Pada hakekatnya, pemberian asi kepada anak yang bukan darah dagingnya menyebutkan "tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut." Manakala kegiatan ini telah dilakukan secara komersial, maka bagaimana dengan hukumnya kemudian?

Tidak ada yang gratis dalam hidup ini? Mungkin saja. Makna kata "donor" itu sendiri adalah sesuatu yang diberikan secara suka rela dan cuma-cuma. Kenyataannya, untuk mendonorkan darah bagi keluarga sendiri pun kita dipungut biaya.

Sebaliknya, hukum memberikan ASI dalam Islam disebutkan untuk "memberi pembayaran menurut yang patut." Maka apakah pengelolaan bantuan asi ini masih pas disebut sbg donor asi? Wallahualam bisawam....
Published with Blogger-droid v1.7.4

Monday, 10 October 2011

Wuakakak

Wuakakak... Hidup ini... Sungguh lucu. Tak ada keadilan di muka bumi ini... Keadilan hanya milik Tuhan. Masa sih? Terus tugas manusia tuh ngapain dunk yaaa...?
Published with Blogger-droid v1.7.4

Friday, 7 October 2011

Kangen Si Jembrong




Si Jembrong lahir sekitar November tahun lalu, 2010. Ibu Si Jembrong adalah Si Lala, kucing rumahan turun temurun yang dibawa, diungsikan dari Bandung.

Tapi Sabtu malam, 24 September 2011, sekitar pukul 21.15 wib Si Jembrong meninggal. Jembrong sakit terserang virus calisa yang sangat mematikan.

Aku merasa sangat bersalah karena banyak alasan. Tepat seminggu sebelumnya aku sempet ngajak Si Jembrong arisan di Pejaten Village. Berangkt sejak jam 11.00 wib siang Si Jembrong kelihatan sekali tidak nyaman dan kepanasan selama di perjalanan naik si jeruk yang berpendingin udara sekalipun.

Arisan selesai lepas duhur, sepertinya Si Jembrong tersiksa sekali karena suara mall yang sangat berisik terlebih saat kita makan. Si Jembrong pun tidak mau makan. Kami sempat foto berdua sesungguhnya. Dan Si Jembrong juga banyak digendong penyayang kucing yang lain selama arisan. Si Jembrong jadi primadona dan rebutan banyak orang untuk digendong dan dibelai-belai.

Dari arisan, Si Jembrong masih aku ajak halal bil halal si jeruk di pondok indah. Kami baru pulang lepas maghrib. Si Jembrong masih tidak mau makan dan minum....

Tiba di bintaro Si Jembrong langsung aku bawa ke dokter dan sempat disuntik. Sayangnya resep dokter sengaja tidak aku tebus karena aku sudah kecapean karena pergi seharian. Apalagi Si Jembrong ya? Dan aku pun lupa untuk menebud resep Si Jembrong sampai esok harinya dan menganggap Si Jembrong akan baik-baik saja.

Jumat siang, 23 September 2011 lepas jumatan aku ditelpon bapak katanya Si Jembrong sakit sudah lemes sekali. Setelah minta tolong sana-sini akhirnya Si Jembrong bisa diantar ke dokter dan langsung diinfus.

Segera setelah pulang kantor aku langsung mampir nengok si Jembrong yang ternyata kondisinya sudah sangat payah & lemah. Aku memang selalu berusaha memberi semangat Si Jembrong. Dan Si Jembrong selalu merespon sapaanku dan berupaya keluar dari kandangnya walaupun terhuyung-huyung. Dan saya harus membujuknya agar mau kembali berbaring agar infusnya dapat mengalir baik.

Saat itu aku selalu bilang, walaupun sakit Jembrong tetap kucing yang paling cantik di dunia. Virus calisa menyebabkan air liur terus mengalir keluar dari mulut Si Jembrong serta mengeluarkan aroma yang anyir. Aku juga selalu mengajak Si Jembrong mengaji, membaca Surat Al Fatihah dan terus beristighfar.

Esok paginya, nafas Si Jembrong semakin keras bunyinya dan Si Jembrong tampak semakin susah bernafas. Si Jembrong pun dibantu dengan oksigen agar dapat bernafas. Semalam kandangnya pun sempat diberi lampu penghangat karena suhu tubuh Si Jembrong sempat menurun.

Pagi itu aku sempat besuk Si Jembrong 2x dan mengusapkan air zam-zam. Tapi nampaknya Si Jembrong juga terkena virus vip yang menyebabkan tubuhnya dipenuhi cairan di area abdomennya. Si Jembrong semakin kritis.

Menjelang siang aku pamit sama Jembrong mau jemput ibu di blok m. Aku bilang, segera setelah jemput ibu aku akan besuk Jembrong lagi. Aku selalu membesuk dan meninggalkan Si Jembrong di dokter dan menyapanya dengan "Assalamualaikum".

Tepat jam 21:00 wib aku besuk Si Jembrong lagi. Kondisinya sudah sangat payah. Aku memaksa dokter untuk mengeluarkan Jembrong supaya bisa mengobrol di meja periksa di ruang dokter.

Saat Jembrong sudah dibaringkan, Jembrong masih saja berusaha untuk berdiri. Air mata aku sudah tidak tertahan lagi. Aku mendekatkan wajahku ke wajah Si Jembrong sambil bicara, "Jembrong, kalau Jembrong sudah tidak kuat, tidak apa-apa. Kalau Jembrong sudah mau pulang, tidak apa-apa, yang ikhlas ya. Aku minta maaf lupa menebus obat. Aku minta maaf suka slentik kuping Jembrong kalau Jembrong pupup sembarangan di dapur. Maafin aku ya Jembrong aku tidak memperhatikan Jembrong saat di awal sakit di kemarin..." aku berlinang air mata. Subhanallah... Jembrong bereaksi terhadap setiap ucapanku. Jembrong mengerti loh kalau aku minta maaf dan Jembrong bereaksi dengan mengatupkan kedua matanya dengan lemah setiap kali aku bertanya. Aku terus mencium kebingnya.

Setelah pembicaraan yang sangat dekat itu... Aku pamit pulang....

Si jeruk baru saja naik ke car pot dan mesin belum juga kumatikan. Telepon seluler sudah berdering dari dokter. Aku tanya, "Si Jembrong meninggal ya, dok?" Drh. Endang memastikan dengan sanga menyesal.

Aku segera kembali ke dokter menjemput Si Jembrong yang sudah terbungkus koran di dalam dus bersiap untuk dilakban. Aku meminta dokter untuk mengeluarkanya. Si Jembrong pun kembali dikeluarkan dari dalam dus dan dengan hati-hati dilepaskan dai bungkusan koran....

Aku ga tahan lagi... Lihat tubuh Jembrong yang sudah tidak bernyawa. Melihat bulunya yang panjang sangat indah putih hitam kuning coklat keemasan... Ekornya yang lebat membuat Si Jembrong semakin cantik.

Sambil terus menangis aku meraih jasad Si Jembrong dalam pelukan. Tubuhnya masih hangat dan lembut. Aku menggendongnya terus sambil mengendarai si jeruk tiba di rumah.

Maka tengah malam itu pun saya sibuk mencari satpam untuk menggali kubur untuk Si Jembrong. Berbalut handuk mandi ukuran sedang, Si Jembrong aku kuburkan... Menghadap kiblat dan wajahnya pun mencium tanah. Semua makhluk ciptaan Allah SWT adalah Islam... Begitu pun Si Jembrong.

Hingga hari ini rasa menyesal seperti masih di hati. Si Jembrong yang suka menggigit kabel telepon hingga semua kabel ponsel ku pun putus tak bisa dipakai. Suaranya yang lembut dan wajahnya yang innocent membuat aku selalu kangen Si Jembrong.

Selamat jalan Jembrong sayang... Maafkan aku yaa... Demi Allah maafkan aku bila aku lalai menjagamu. Selamat berjumpa Allah SWT Sang Pencipta... Di surga... I love you Jembrong... Terima kasih sudah memaafkan kesalahanku... Assalamualaikum.
Published with Blogger-droid v1.7.4

Monday, 22 August 2011

MAKSUD HATI ....

Maksud hati ingin pindah kerja, apa daya tangan tak sampai. Maksud hati ingin ga' ada di sini lagi, apa daya tak mungkin melampaui fitrah sebagai istri dan sebagai seorang muslim.

Menghabiskan waktu hampir sepuluh tahun lamanya di tempat yang sama, tanpa kemajuan yang 'nendang' sungguh sangat menguras energi. Semua isi hati terkuras untuk berkompromi, bertoleransi dengan semua kemandekan ini.

Tapi sepuluh tahun hampir lamanya waktu terbuang begitu sia-sia. Saya tidak berkesempatan melakukan apa-apa. Saya tidak berkesempatan mengembangkan diri dan kemampuan saya. Saya merasa sangat tidak berguna.

COMFORT ZONE YANG MENGERIKAN
Begitu banyak keuntungan untuk tetap berada di sini. Nama besar, pasti. Keamanan, apalagi. Nyaris tak pernah terdengar pegawai dipecat di sini, kecuali untuk hal yang sangat merugikan dan karena melakukan kesalahan yang prinsip. Bahkan jarang pula terdengar ada pegawai yang mengundurkan diri. Kalaupun ada, angkanya bisa dihitung dengan jari tangan.

Mungkin hanya di sini, pegawai berhak cuti besar 3 (tiga) bulan lamanya setiap 6 (enam) tahun sekali. Itu pun masih diberi uang saku 1 (satu) bulan gaji. Itu pun bila hak cuti besarnya tak ingin dinikmati semua, masih bisa dijual dengan kompensasi uang lagi.

Bila pasangan berdinas di luar daerah/negeri, bahkan pegawai boleh cuti di luar tanggungan perusahaan setahun lamanya dan bisa diperpanjang. Kelar itu, pegawai bisa balik lagi bekerja di sana. Menginjak usia 56 tahun, mengakhiri masa tugas, maka uang pensiun akan dinikmati setiap bulannya.

Kesehatan, nyaris 100% ditanggung. Bahkan pegawai perempuan pun tidak lagi dikategorikan sebagai lajang. Maka pegawai perempuan berhak atas biaya pengobatan bagi keluarganya hingga 3 (tiga) orang anak.

Gajian, haduuuuhhh ... hampir 20 kali gaji dalam setahun ! Di sini, gajian dibagi dalam 2 (dua) termin, setiap tanggal 15 dan tangal 30, enak kan ? Pinjaman, paling lama 5 (lima) tahun sekali ada pinjaman lunak yang besarnya mencapai 5-10 kali gaji mungkin, cukup signifikan-lah maksudnya. Makan, gratis makan siang !

Masih banyak berderet kenikmatan yang bisa dirasakan bila berada di sini. Jam kerja yang sangat ramah buat keluarga, keberadaan kantor pusat di daerah yang super duper strategis, bingkisan sembako setiap lebaran, koperasi yang bisa dihutang langsung potong gaji, dan lain-lain dah ! Tapi hidup 'kan bukan cuma itu ? Bahkan hidup prioritasnya 'kan bukan itu ? Keutamaan hidup itu kedamaian, ketenangan, kebahagiaan hati karena ridho Allah SWT. Dan itu bukanlah hal yang mudah .....

OUT OF THE BOX or OUT OF THE BOSS ?
Hahahaha ... Tapi hidup ini kan tidak selamanya melulu soal uang ? Betul, manusia butuh uang. Tapi uang bukan segala-galanya. Kebahagiaan bukan sesuatu yang bisa dibeli dengan uang.
Menurut Teori Maslow, kebutuhan manusia yang tertinggi adalah aktualisasi diri, mengekspresikan diri, menunjukkan kemampuan dirinya agar bermanfaat bagi lingkungannya. The problem is, I cann't do it here.

Maybe, this has been a wrong place for me. Although I have been wasting my time almost for ten year here. But I am sure that I will find another good place with a better environment and brighter future.

Above of all, having a job is such a big thing that deserve to be grateful. Alhamdulillah. But on the other hand, we have to do something that giving ourselves getting better as a human being. We will not wasting time for doing nothing, won't we ? Having our own money without real working is so weird. It's not fair.

ONCE MISTAKE ?
Bagai kejatuhan durian runtuh, di hari yang sama 2 (dua) tawaran pekerjaan yang jauh lebih hebat datang suatu hari. Sekuat hati berjuang meyakinkan suami dan orang tua. Saya menginnginkan kesempatan ini. Ini memang bukan yang pertama. Begitu sering kesempatan itu datang. Tapi begitu sering pula 'permintaan' menghadang. Permintaan untuk bertahan. Maka kali ini, saya sungguh-sungguh ingin dimengerti ....

Maybe I was wrong, maybe not. I know what I want. I know that I have a good ooportunity. I know that I can compete. But on the contrary I just can't make it happen.

Is it a mistake being a moslem ? Or would it be more mistake being a moslem wife ? I am so sure with all I've done so far. I am so sure with my decision. But I also sure about Allah SWT's rule. Hence, the problem getting absurd.

I can't choose between what I want and what my husband say. As a moslem wife, I clearly understand that I have to obey every single word of my husband say. Hence, alhough I know everthing how to get my new job, but I can't against Allah SWT's rule. The fact, my husband doesn't allow me to resign and getting the new job. I was lost it finally ....

I am so suffer for being lost of a golden opportunity. I am so pain for meeting with all the people here. I am so hopeless every single morning for going back here.

THE MOST IMPORTANT THING IS, COMMUNICATE
I don't care everything now but my life. I need to rescue my life. I think I deserve to be happy. I am not a volunteer for being bullied or being hurt by everyone here.

I am so glad that I can talk to him, the CEO on Monday, 1st August 2011. I chat to him as my boss, as my friend, and as my dad if he doesn't mind, that what I said to him in the beginning. I said, that actually I have printed my resignation letter last night, Sunday, 31st July 2011. It should be given to him. I said that I just want to quit from work, as I have a very good opportunity.

I explained to him that, wasting almost for ten years wasn't making me better. On the contrary, I felt getting more stupid. I am not happy being here at all. And it's so hurt.

I can't use my competency appropriately here as the management doesn't need about it yet. That's  impossible for me to push the company to know better about something if they don't think that they do need it. Hence, it should be me who need to jump to another place that need my ability appropriately. And I was so happy that I was offered a good opportunity. Then, it was a perfect time for me to seize it !

The problem is, my husband doesn't allow me to quit. Hence, I have to stay here and facing all the suffer, again... I said that, I can't let my self for doing nothing, being hurt and being bullied for 18 years ahead. It doesn't make a sense ! Oh my Good, I only need to work.

I NEED TO JUMP
But, that's a life. I can't against Allah SWT's rule. It's not easy, yes. It takes time to deal with this situation normally, sure. But I also need to release my pain, of course because I 've just a human being.

I need to jump because I want to make myself meaningful to everyone arround of me. I need working. I need space. It's so hurt for seeing mistakes that I can't fix it at all. It's all about culture that's been built for decades. They love to live just the way the were. They have their own values that maybe for me looks weird. They don't want change.

So, I need to hijrah. I don't want to change them, too. It's okay, maybe they don't need my energy now. It doesn't mean that I am a looser then. But I have my own life. I can't wait. I have to make achievement for myself. I can't ask everyone to make it for me. I have to make it by myself. I have to build my dreams come true.

I don't wanna be hm .. career woman. No ! I am not a workaholic. I just want to be something. I need to release my energy positively. I need to be meaningfull. That's all.

I am sure, that Allah SWT will give me more opportunity that will come in a perfect time for me, for my husband and for my family. I know it would be good for me to be patient and I will do it. I know the time will come, I know there are always golden opportunities that Allah SWT has already prepared for me ... Inssya Allah ... Amin ....