Tuesday, 20 September 2016

GA TAHU ADA DI MANA

Iya, seriusan, sayah lagi ga tahu ada di mana. Dibilang pusing, ga juga, kufur namanya. Dibilang ga pusing, juga ga, kenyataannya sih nyapein lahir batin yak. Ya sudah disyukuri sajah ....

KESEHATAN OK !
Alhamdulillah kalau soal kesehatan, sayah sehat sekali. Kondisi kaki, yaaah ... tampaknya inilah kondisi maksimal yang bisa saya raih post op meniscus. Berdasarkan pengalaman dari beberapa kasus sih, tampaknya saya tidak bisa pakai stiletto lagi. Mengenakan wedges pun hanya sanggup bertahan 3 (tiga) jam. Lewat dari itu, tukar flat shoes.


Post myoma op, alhamdulillah jauh lebih baik. Rasa baal sudah mulai menghilang memasuki bulan ke-12 ini. Cenut-cenut bererapa hari belakangan ini di sisi bawah kiri agak sering terasa saya kira gegara 3 minggu terakhir ini saya sedang fully in-charge di tim sesuatu-lah di kantor yang membuat saya bangun pagi sekali, pulang sore sekali, jadi kecapean. Tapi selebihnya sayah baik-baik saja. Alhamdulillah.

JERAWAT EKSIS !
Naaah ... salah satu indikator that there is something bothering me inside used to be sih ... jerawat. Kalau muka saya penuh jerawat, berarti ya gitu deh ... sayah lagi mikiiiiiriiiiiinn ... sesuatuuuuu ... yang ngesellin ... !!! Hahahaha :D


PENDING MATTERS 
Ini diaaaa ... keknya sayah punya pending matters bererot yang most of which di luar kemampuan dan kontrol saya untuk bisa mengeksekusinya. Akibatnya, pending matters yang sesungguhnya bisa saya eksekusi jadi terhambat karena sayanya sudah ogah ngurusin dan powerless getoooh ....

Pending matters sayah nih ....

  1. B
  2. PLM
  3. GLM
  4. M
  5. K
  6. BK

Dan masih banyak yang lainnya. Bererot kan ? Dan sayah modelnya, "ngelakoni sakuasane" alias menjalani semampunya. Jadi kalau mampu ya dijalani, kalau tidak mampu ya sudah, terima saja. Sayah tidak suka memaksakan diri, khususon untuk hal yang saya tahu ukuran kemampuan sayah. Jadi saya lebih banyak bernego dengan diri saya sendiri supaya lebih bersikap legowo, besar hati menerima segala keterbatasan.

Being disable itu sudah menajdikan saya semakin kompromi dengan hal-hal yang demikian. Selain memang, pada dasarnya saya bukan orang yang ambisius mengejar yang gitu-gitu ....

Begitu pun saat sekarang saat saya sedang dis-orientasi dan ga tahu lagi saya berada di mana. Saya tidak mampu lagi mencerna situasi ini. Waktu yang 24 jam yang berasa seperti tidak berpihak sama sekali dengan diri saya itu, kecuali saat tidur, saat saya bisa lupa semuanya. Hahahaha ...

Tapi itu kan menurut pemikiran saya .... Tapi Allah itu kan sebaik-baiknya perencana. Tugas saya hanya ibadah, berdoa sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya dengan ketakwaan yang saya punya, memupuknya lagi, lagi, dan lagi supaya Allah ikhlas ridho dengan hidup saya dan mati saya, dunia saya dan akhirat saya. Sudah itu saja. Lillahita'alla. Beres deh ... in shaa Allah .... 

Ya kaaaan ... ? Menurut kamu gimana ?

Sunday, 14 February 2016

TEMAN ITU ....

Untuk yang kesekian kalinya, daku takjub dengan kebaikan Allah padaku. Dan ketakjubanku biasanya selalu berakhir dengan respon yang sama, ala manusia biasa ... terbengong-bengong ... tapi tetap bersyukur, Alhamdulillah ... masya Allah ....

KEBAIKAN TEMAN-TEMANKU

Daku, tak mampu mencerna bagaimana Allah begitu menyayangi daku dan menghadiahkan kepadaku begitu banyak teman yang sangat baik. Sejujurnya daku bingung. Sebaliknya, daku begitu addicted pada keberadaan teman-temanku itu. Masya Allah ....

Saat daku drop out S2 dulu, adalah Rere, sahabatku yang fully support luar biasa, membacakan materi kuliah via telepon saat daku ujian masuk kerja, menjemput di stasiun Gambir dan memberi tumpangan menginap di rumahnya, memberi saya makan, duh, banyak lagi deh kebaikan hatinya yang tidak bisa daku ceritakan satu demi satu ....

Saat kontrakan rusun daku dikunci sama yang punya rumah gegara daku ga bisa bayar sewa, sahabat daku di DKN Garda Bangsa - PKB lah yang mengantar daku ke Bekasi, mencari rumah salah satu anak si ibu pemilik rumah, untuk mengambil sedikit dari barang-barang daku yang tersisa dan bisa daku ambil. Mereka juga yang memberi daku tumpangan menginap di kantor DKN saat kos-kosan daku kebakaran, dan daku trauma nyaris seminggu dan menangis meraung-raung setiap kali magrib datang, karena dakulah yang pertama kali tahu ada kebakaran di kos-kosan. Mereka pula yang meminjamkan daku kendaraan untuk daku pakai selama daku ujian tes masuk kerja yang berlangsung nyari sepanjang tahun 2001. Mereka juga memberi daku uang, setiap kali daku butuh membeli buku untuk belajar, gegara buku2 saya disita sama keluarga si ibu yang punya rusun ituuu ...

Saat daku benar-benar fakir tahun 1998, sahabat daku, Ardhi diam-diam datang, menyembunyikan selembar uang Rp. 100.000,- di rak dapur, jauh2 dari kali malang ke tebet, karena daku bilang daku tak punya lagi uang untuk hidup .... Masya Allah ....

Saat daku dihujam sakit yang bertubi-tubi, semua kawan dari berbagai penjuru arah mata angin, dengan kerelaan hati datang, membesuk daku. Teman sekolah SMA, teman kuliah S1, teman kuliah S2 dulu, teman kuliah S2 sekarang, teman social media, guru dan admin les piano, aduh, siapa lagi ya, ga kesebut ....

Teman kuliah S2 yang sekarang, si neng Lili dan bu Dyah, sampai2 nauin kalau daku butuh ngemall, jadilah daku diajak ngemall, berepot2 booking kursi roda di mall, telpon sana-sini, ngedorong thawafin mall PIM 1 dan PIM 2 mpe bintaro xChange, nyaris saban sabtu minggu, pulang kuliah. Kebayang ga, capenya dorong kursi roda muterin maaaaaalll ? Daku saja yang didorong sudah mpe panas ini kaki gegara nekkuk terlalu lama, gimana yang ngedorong yaaa ... ?

Mereka berdua juga jauh2 dari kampus di Menara Batavia datang ke Bintaro bawa serentengan makanan untuk daku dan mereka makan bersama-sama di rumah. Sembari besuk, sembari kasih daku makan, gegara daku belum bisa bergerak ke mana-mana. Masya Allah ....

Daku, juga sampai2 diomelin tetangga, gegara selama sakit ga mau minta tolong mereka untuk antar jemput dari rumah ke rumah sakit untuk control atau therapy. Secara ya, daku the one and only who can drive at home. Hahahaha ... Jadilah, tiap kali mo rumah sakit, daku telpon tetangga depan rumah, mba Erlina dan Mas Wawan untuk mengantar daku, timbang diomelin lagi, hahahaha ...

Urusan kuliah, adik2ku - teman kuliahku yang lebih pantas jadi anak2ku sih ya, sbb umurnya lebih dari separoh usiaku, jadi gimana dunk yaaah ... ? Ibad dan Hendra, dengan kebaikan dan ketulusan hatinya selalu mengabarkan daku perkembangan kuliah. Ibad membantu menjelaskan mata kuliah yang daku tidak bisa datang, ngajarin, sampai pukul 02.00 dini hari, pindah dari satu warung kopi ke warung kopi lainnya, dari mall hingga McD, 'cuma' untuk ngajarin daku ajaaaah ... mpe keujan2an, basah kuyup, mpe sakit muntah-muntah ... Duh, ga kebayang baik hatinya mereka ini ....

Ibad juga yang pesankan daku uber dengan kartu kreditnya untuk antar jemput daku kuliah, sementara daku bayar Ibad belakangan. Sementara Hendra, rela mengirim satu2nya flashdisk 32 giga bite nya via gojek demi daku bisa mengerjakan tugas tambahan yang diberikan dosen gegara daku absen kuliah karena dinas keluar kota. Daku ga kebayang, apakah daku akan melakukan hal yang sama demi para sahabat yaaa ... ?

Sementara teman kuliah yang jauh lebih senior, Pak Cholid, sesekali memonitor, dengan WA-nya, "Mbak, kuliah ga?" atau sekedar menanyakan kabar. Masya Allah ... bingung daku jadinya karena punya sahabat baik2 hati semua ....

Sahabat daku yang lain, Ibba, seorang sahabat saat SMA yang juga tidak pernah sekalipun sekelas, mau, rela ngajarin daku management accounting hingga pukul 00.00 pun, sampai2 kita harus pindah cafĂ© 3x di bilangan kuningan sana, gegara daku bukan orang accounting sama sekali dan harus belajar baca duit2 yang au ah gelaaaap ....

Sementara teman kuliah S1 daku, bertiga gang berisik itu, Shandra, Sriman dan Duma datang jauh2 dari cimanggis, tebet, depok, ntah gimana janjiannya, pokoknya menjelang maghrib mereka sudah di boulevard bintaro, nunggu daku pulang kuliah. Mereka mau besuk daku, sementara dakunya maksain diri, teteeeeuuup kuliah. Dan kita cekikikan dari makan thom yam hingga ngopi ....

Tak kalah baik adalah teman-teman komunitas mobil, SSCI. Mereka datang berombongan ke rumah, maen seharian, bawa donat, bawa duren, bawa segala rupalah, makan bareng, ketawa - ketiwi. Laras, bahkan dengan rela hati mensedekahkan tongkatnya padaku, supaya tidak mubazir. Laras, juga mengalami operasi meniscus seperti daku, tapi jauh lebih parah karena kecelakaan sepeda motor. Laras juga buatkan daku silky pudding dan mengantarkannya sendiri ke rumah. Laras sudah berkali-kali berkunjung ke rumah, sementara daku sekali pun belum pernah berkunjung ke rumahnya di karawaci. 

Prita, di sela2 kesibukannya, maksain datang, bawain muesli kesukaan daku. Mam healthy kick bareng kita berdua. Terus, dia menawarkan diri, mo diantar ke mana, biar dia yang nyupir ke mana-mana. Hahahahaha ... dari makan siang, ambil barang di electronic city, mpe belanja ... !!! Super sekali sahabatku ini ...

Angga, guruku piano itu, dan mba Pop admin tempatku les piano, mpe nyuciin piring, nyapu, beberes rumah, antar ke IGD, mpe jam 02.00 pagiiii ... gegara daku sesek napas post op Caesar lantaran kelelahan seharian rapikan rumah, nyapu ngepel nyuci naek turun tangga lebih dari sepuluh kali. Diomelin dokter, dan diomelin mereka juga jadinya daku ....

Teman2 therapist, itu bukan lagi daku anggap teman. Mereka sudah jadi keluarga. Daku bisa loh, kangen mereka mpe telpon2, maen, nongkrong ke rumah sakit, gegara mo ketemu mereka ajaaaaaa ... masya Allah ... Ya ampyuuun ... daku bisa tuh ketawa lepaaaaaasss banget kalo lagi sama mereka. Nongkrong di ruang pantry mereka, makan sama2 dengan mereka di daur kecil itu. Mereka itu orang terdekat saat daku sudah di titik nadir ... mereka yang bantu daku ...

Termasuk para suster di instalasi rawat inap camar dan cendrawasih, concierge, satpam, operator telpon, petugas receptionist lobby, petugas receptionist klinik, hingga petugas asuransi, semuanya yang di rumah sakit itu, kenal daku udah kaya apaan tahu, dan ngangenin. Masya Allah ....

Dan, dokter ... dokter2 orthopaedistku yang ganteng gula pasir maupun yang gula jawa, keduanya baik maksimal. Si ganteng selalu support dengan WA nya, "tetap semangat ya !" katanya. Sementara si gula jawa, sampai2 datang besuk ke kamar saat daku masih didiagnosa anemia gegara belum ketahuan ada tumor pada rahim.

Nah, urusan dokter ini, Faris, si dokter spesialis paru2 sahabatku SMA ini, adalah dokter yang daku mintakan rekomendasi untuk dokter obgyn perempuan ! Faris juga yang bantu kenalin dengan seorang dokter obgyn perempuan di RS Pondok Indah yang baik hati itu, hingga saat bertemu pertama kali, daku serasa bertemu sahabat lama saja, padahal baru kenaaaaal ... Alhamdulillah ....

Seorang teman baru, yang karena suatu urusan akhirnya mengunjungi daku di rumah sakit saat diopname. "Ini orang hatinya terbuat dari apa, sedemikian tidak mau merepotkan orang tua, sampai2 orang tuanya tidak dikasih tahu kalau dia sakit ..." sahabat baru daku berguman. Saat tahu kondisi daku demikian payah dan menjelang ditransfusi, maka sebelum meninggalkan rumah sakit, beliau wanti-wanti, "Kabari saya ya, kalau ada apa-apa dan sudah mau transfusi ya ... ?" pesannya khawatir. Maka berbilang hari di rumah sakit, beliaulah yang menunggui daku tiap pagi dan sore, hingga menjemput dan mengantar pulang. Subhanallah ... Alhamdulillah ...

Ibu Mur, beliau adalah pensiunan Direktur Muda, kepala divisi. Tapi beliau tidak pernah absen sekalipun setiap kali daku sakit. Belakangan daku tidak bilang daku sakit, jadi beliau tidak besuk ke rumah sakit, tapi tetap memerlukan diri untuk berkunjung ke bintaro dan menghabiskan waktu bersama untuk makan siang.

Dan terakhir kemarin, saat 11 Februari 2016, daku mengirim email pendek ucapan selamat ulang tahun kepada mantan Dirut yang pension pada 2013 lalu. Maka email dan sms pun berlanjut hingga semalam. Bayangkan ya, mantan dirut, sudah pension, masih rajin email dan sms daku, setiap kali daku ulang tahun. Sementara daku tanpa alasan yang jelas, sepertinya no response gitu deh. Hingga kemarin tetiba, ingin saja kirim ucapan selamat ultah kepada beliau, dan beliau tetap hangat seperti dahulu. 

Dulu, setiap kali beliau ulang tahun, daku selalu diminta datang ke rumahnya yang luas itu, untuk berkumpul bersama seluruh keluarga besar dan para sahabat. Begitupun setiap kali lebaran.  Bukan apa-apa, usut punya usut, ternyata istri beliau merupakan putra salah satu direksi BUMN - Dharma Niaga, satu angkatan dengan almarhum eyang kakung, yang mana saat di semarang dulu, mereka bertugas bersama-sama, dan istri mantan dirut daku itu, dulu sering dititipkan dan diasuh oleh almarhumah eyang putri. Itulah sebabnya daku dan keluarga beliau menjadi begitu dekat. Alhamdulillah ....

Lita !!! Adik kelas daku ini saat SMA, yang tidak pernah daku ingat saat sekolah dulu, adalah satu2nya orang lain yang tahan banting dengan kemarahan dan kegalakan daku yang terserah dan membabi butaaaaaaa ... Tapi dia, dia juga yang menolong daku, baik secara material maupun non material, dengan memudahkan daku bisa tetap mengkonsumsi vitamin dengan bayar bertempo, hahahaha. Sungguh, konsumsi vitamin yang daku lakukan selama ini, sangat membantu daku tetap dalam kondisi fisik yang baik dan terkontrol, alhamdulillah. Memang daku sakit, tapi secara medis, daku sehat baik cholesterol, gula darah dst, karena daku sangat mengatur pola makan, gaya hidup dan rajin mengkonsumsi vitamin yang tepat.

Dia juga loh yang mengurus urusan umroh daku hingga daku terima beres dan mendapatkan yang terbaik. Masya Allah ... masya Allah ... masya Allah .... Alhamdulillah .... 

Sarnapi !!! Bayangkan, sahabat daku yang satu ini, rela bawakan daku 2 (dua) bungkus wedang ronde alkateri yang termasyur dari bandung, setiap kali datang ke Jakarta, dan menentengnya sendiri hingga ke bintaro ! Cuma orang baik yang mau dan rela melakukan hal yang tidak penting seperti ini untuk orang lain, yang bukan siapa-siapanya, cuma teman sekolah masa SMA yang tidak pernah sekali pun sekelas ! Bayangkaaaaaaannn ... !!!

DAKU SEBAIK APA ?

Padahal, daku sungguh mengukur diri, daku sebaik apa ya ? Ga ada baik2nya sepertinya. Galaknya bikin illfeel. Tapi Allah begitu sayang padaku dan menghadiahkan daku teman-teman terbaik di sekelilingku.

Daku sungguh tidak ingat adakah kebaikan yang pernah daku lakukan satu hal saja untuk teman-temanku yang sangat luar biasa itu keikhlasannya. Mungkin, kebaikan kedua orangtuakulah yang selama ini menyebabkan daku mendapatkan kebaikan dari banyak orang di sekeliling daku.

Tapi sungguh, berbaik hatilah engkau kepada orang lain, utamanya tetangga. Sungguh silaturahim yang terjaga di antara manusia itu mendatangkan banyak rezeki, memanjangkan umur dan menjauhkan dari bala.

Dan majelis yang berkah di dunia, dengan silaturahim yang terjaga baik di dalamnya, mampu menjadi syafaat kala di hari akhir kelak. Di antara mereka akan diperkenankan Allah untuk membagi kebaikannya kepada satu di antara kita, agar kita terhindar dari api neraka. Masya Allah ....

Maka, sungguh dengan kerendahan hati yang paling dalam, daku ingin menyampaikan rasa terima kasih yang teramat besar kepada para sahabat semua. Sungguh kebaikan hati kalian semua, in shaa Allah akan selalu daku jaga dan menjadi amanah agar daku dapat membalas kebaikan hati para sahabat semua dengan lebih lagi. Namun, daku yakin, balasan Allah jauh lebih besar dari yang daku dapat upayakan. Semoga Allah ridho dengan kebaikan hati para sahabat semua, dan semoga persahabatan kita ini mendatangkan kebaikan di dunia dan akherat. Aamiin ... aamiin ... aamiin ... Yaa rabbal alamin ....



PULANG KAMPUNG

DOA YANG DIIJABAH

Alkisah, pada bulan Mei 2014 lalu saya menunaikan ibadah umroh seorang diri. Saya ingat, saya sempat berdoa dan memohon agar saya dapat diperkenankan datang lagi mengunjungi Baitullah dan Masjid Nabawi nan indah bersama seluruh keluarga. Tetiba, di pertengahan tahun lalu ibu sudah ribut saja mengajak kami semua berumroh bersama-sama. Semula saya merespon biasa saja. Hingga tiba giliran kami memastikan jadwal keberangkatan yang hendak kami pilih, barulah saya benar-benar takjub dengan keberkahan ini. Subhanallah .... !!!

Maka saat ibu menawarkan alternatif jadwal keberangkatan, saya pun memilih berangkat pada hari Selasa, 12 Januari 2016. "Wah, berarti nanti kamu ulang tahun di sana dunk, pas umroh ? Enak sekali sih kamu ?" ibu berkomentar, dan saya pun tertawa senang.

Subhanallah ya, saya sungguh tak mengira bahwa Allah mengijabah doa dan permohonan saya begitu cepat. Apa artinya menunggu kurang dari 2 (dua) tahun ? Bahkan mungkin hanya setahun atau belasan bulan saja ? Karena Allah telah memampukan kami semua untuk berumroh jauh hari dari jadwal keberangkatan yang kami pilih. Karena, kami sudah memutuskan untuk berumroh dengan seluruh keluarga pada kwartal terakhir 2015, walaupun kami memilih jadwal keberangkatan di bulan Januari 2016 karena mempertimbangkan kesehatan saya. Saya sungguh merasa sangat bersyukur ....

PERSIS 2 BULAN PASKA BEDAH CAESAR

Penuh suka cita kami sekeluarga mempersiapkan diri. Ibu adalah sosok yang paling cerewet dan concern dengan kesehatan saya. Bagaimanapun kondisi kedua kaki saya paska operasi meniscus lutut kanan pada akhir April 2015 lalu, masih menyisakan PR alias pekerjaan rumah lumayan panjang. Saya, belum kembali pada kondisi normal untuk beraktivitas mengandalkan kedua kaki ini sepenuhnya.

Kondisi kesehatan saya semakin menyulitkan saat memasuki bulan keenam paska operasi meniscus lutut kaki kanan, sebab saya 'terpaksa' membuat keputusan untuk melakukan operasi  pengangkatan tumor pada rahim. Itu pun semula diketahui hanya ada 1 (satu) buah tumor sebesar 7 cm pada rahim. Kenyataannya, operasi tersebut menghasilkan 5 (lima) buah tumor yang satu di antaranya seukuran lebih besar dari cangkir mug dan 4 (empat) lainnya lebih besar dari ukuran bakso. Masya Allah ....
   
Perkaranya, dampak dari operasi pengangkatan tumor dengan metode bedah caesar itu sungguh semakin membuat kondisi tubuh saya menghadapi hambatan sangat signifikan. Proses therapy pemulihan kedua lutut kaki yang belum kelar pun terhenti akibat kondisi paska operasi pada perut bagian bawah menyebabkan saya semakin tidak memiliki toleransi menghadapi rasa sakit yang berasa bagai paket bundling. Beraktivitas di kaki, menyakitkan perut, beraktivitas sederhana yang membutuhkan kekuatan perut pun, menyakitkan kaki. Hahahaha ....

Alhasil, saya tak bisa melanjutkan proses therapy lutut, sementara untuk pemulihan paska operasi caesar saya tidak tahu harus berbuat apa. Satu sisi, pekerjaan domestik urusan rumah tangga tidak bisa saya abaikan, dari mencuci baju, nyapu ngepel, merapikan rumah, dst. Jadilah, kun fayakun saja, bila Allah berkendak, maka jadilah. Maksudnya, saya lakukan segala sesuatunya semampu saya saja. Kalau mampu yang dikerjakan, kalau ga kuat yaaaa ... ikhlasin saja kalau rumah terpaksa berantakan selama nyaris sembilan bulan terakhir. Hahahaha ....

Jadilah, persis 2 (dua) bulan paska operasi caesar, plus dengan kondisi kedua lutut kaki yang belum kembali normal, lillahita'ala saya bersama seluruh keluarga berangkat umroh, Selasa, 12 Januari 2016 terbang pukul 06.00 wib pagi. Bismillahirrahmanirrahim .... 

PULANG KAMPUNG

Maka perjalanan menuju tanah suci pun kini menjadi sebuah ritual mudik alias pulang kampung yang paling merindukan bagi saya. Menuju Baitullah, rumah Allah, Sang Maha Pencipta, atas segala isi jagad raya. Perjalanan ini menjadi sangat spesial, karena saya berkesempatan merayakan hari kelahiran di tengah-tengah ibadah. Ga penting-penting amat sih ulang tahun, saya juga tidak pernah mempublikasikan tanggal kelahiran saya di mana-mana, apalagi di media sosial. Tapi untuk hal ini, saya merasa sungguh beda saja, alhamdulillah ....

Jadilah, persis menjelang tengah malam, di hari ulang tahun saya, saya dan rombongan pun tiba di Madinah. Setelah memasuki kamar dan beristirahat sekitar 2 (dua) jam, tepat pukul 02.00 wib waktu Madinah kami mulai bersiap-siap menuju Masjid Nabawi. Kerinduan hati menyaksikan keindahan Masjid Nabawi nan cantik berasa memuncah tak terbendung. Di sepertiga malam setiap harinya, Masjid Nabawi tampaknya tak pernah sepi. Di pelataran sih memang belum ada yang menggelar sajadah, tapi di dalam masjid yang luas itu, jamaah sudah banyak yang sibuk beribadah melaksanakan sholat tahajud dan mengaji.

Entah ya, bermesra-mesraan dengan Sang khalik di dalam Masjid Nabawi itu rasanya indah sekali. Melepas rindu hati dengan Rasulullah rasanya hati ini bergetar-getar. Keutamaan Masjidil Haram di Makkah Al Mukarammah memang jauh lebih besar, namun bertafakur di Masjid Nabawi di Madinnah itu sungguh mampu mengkoyak-koyak isi hati, syahdu membiru ....

Masalahnya, berumroh bersama ibu dan detya membuat saya jadi susah mau curcol sama Allah dan melepas rindu dengan Rasulullah. Mau nangis jadi gimanaaaaa ... gitu ... !!! Beda saat saya umroh sendiri satu setengah tahun lalu, maka setiap kali sholat mau sesenggukan, saya cuek saja, dan air mata ini tumpah terserah banget, mengalir deras tiada terbendung, rasanya legaaaaa ... banget. Tapi ini kali, tiap kali air mata sudah mau banjir, jadi ketahan-tahan gitu. Hahahahaha ... !!!

Maka setelah berdiam di Masjid Nabawi dan menunaikan sholat subuh, kami kembali ke hotel untuk sarapan pagi. Persis setengah delapan pagi, kami dijadwalkan kembali ke masjid untuk menuju raudhoh. Tapi nampaknya kami ketinggalan rombongan. Maklumlah, selain saya memiliki handy cap sulit berjalan cepat, ibunda pun mengalami hal yang mirip-mirip. Saya dan ibu sama-sama tidak bisa berjalan cepat, tidak bisa sholat normal dengan berdiri dengan kecepatan sebagaimana imam.

Saya, kedua lutut yang masih nyeri untuk bergerak jongkok, sujud dan berdiri ditambah jahitan horizontal di perut bagian bawah, membuat aktivitas sholat saya yang terbaik memang duduk. Tapi saya berusaha untuk tetap melaksanakan sholat secara normal, walaupun sedikit berjuang menyesuaikan kecepatan dan toleransi terhadap rasa sakit di lutut dan perut. Sementara ibu, dengan tubuhnya yang besar, kedua kakinya sudah agak payah menahan beban tubuh. Maka ibupun melaksanakan sholat sambil duduk di kursi lipat. Nah, kondisi inilah yang membuat kami seringkali tertinggal rombongan terus. Masya Allah, hahahaha ...

PERJUANGAN MENUJU RAUDHOH

Beribadah di raudhoh di Masjid Nabawi adalah sebuah kutamaan, karena sangat makbul dan akan diijabah. Bukan sholatnya, tapi berdoanya. Itulah sebabnya beribadah di area raudhoh dilakukan dengan cara berkelompok berdasarkan asal negara. Seorang askar, petugas masjid perempuan bergamis dan cadar hitam, akan membawa sebuah papan kontingen bertuliskan Indonesia. Maka semua jamaah asal Indonesia dengan tertib akan mengikuti aba-aba sang askar, berpindah dari area tengah masjid, beringsut, sediit demi sedikit meunju raudhoh. Saya, ibu dan detya, akhirnya menuju raudhoh terpisah rombongan, walaupun masih bersama kloter Indonesia.

Pengelompokan ini diperlukan karena area raudhoh sungguh sangat terbatas. Area raudhoh adalah area antara kediaman Rasulullah dengan mimbar tempat Beliau berdakwah, itulah yang Baginda Rasul sebutkan dengan taman surga, raudhoh. Sementara rumah Rasulullah hanya sepetak kecil, maka dapat dibayangkan seluas apa are raudhoh itu ? Bila istri Rasulullah saja, Ummu Muslim, Aisyah, seringkali menyimak dakwah Rasulullah dari balik tembok rumahnya, hingga ia memiliki banyak ilmu karena kebiasaannya itu, maka dapat dibayangkan betapa dekatnya antara tembok dan tempat Rasulullah bersyiar.

Artinya, area raudhoh yang kini berada di dalam Masjid Nabawi itu harus dibagi 2 (dua), untuk jamaah perempuan dan jamaah laki-laki. Itulah sebabnya, area sempit itu ditandai dengan karpet berwarna hijau dengan pembatas 3 pilar bagi jamaah perempuan dan 6 pilar bagi jamaah laki-laki. Nah, situasi inilah yang menyebabkan kunjungan ke raudhoh harus dilakukan secara berkelompok berdasarkan negara. Selain itu, waktu berkunjung bagi jamaah perempuan harus ditentukan yaitu selapas subuh dan isya, karena untuk menuju area raudhoh, jamaah perempuan harus melintasi area masjid yang diperuntukkan bagi shaf khusus laki-laki. Jadi, area tersebut yang dipisahkan dengan partisi kayu akan dibuka pada waktu-waktu tertentu saja, sehingga jamaah perempuan dapat melintas di dalamnya, sementara partisi yang lain terkunci sehingga jamaah perempuna tetap tidak bertemu dengan jamaah laki-laki. Subhnalallah ....

Tibalah perjuangan itu. Area raudhoh yang sempit dan diserbu oleh ratusan jamaah dalam setiap kelompoknya tentu menyebabkan semua yang menuju area raudhoh saling berlari, berebut, berdesak-desakan tidak karu-karuan. Dengan handy cap yang ada pada saya dan ibu, bisa dibayangkan reptnya detya menjaga kami berdua ya ?

Saya, merasa mampu untuk berjuang sendiri, tidak usah dibantu, tapi ibu bawaannya jagain saya terus. Sementara detya, sibuk jagaain ibu terus. Kwkwkwkwk, kusut banget ya. Kenyataannya sih, saya memang harus dipegang saat beringsek ke area terdepan raudhoh. Kalau tidak dipegang, dijagain ibu dan detya, saya sudah tumbang kapan tahu kedesak-desak orang yang banyak dan besar-besar, bertemu jamaah dari negara-negara arab macam turki, irak, dsb.

ASSALAMUALAIKA YAA RASULULLAH ....

Merayakan hari kelahiran dengan mengunjungi raudhoh, taman surga, yaitu antara kediamanan dan mimbar Rasulullah di dalam Masjid Nabawi, maka kegembiraan hati ini terasa sangat luar biasa. Rasa rindu yang tidak terkata-kata.

Bergantian saya, ibu dan detya melaksanakan sholat sunnah dan berdoa di raudhoh. Saya sungguh sedih, untuk banyak alasan. Dan bila saya mempunyai rasa rindu akan Rasulullah, maka itu sudah seharusnya. Ah, mengingat akan saat-saat berada di raudhoh saja, mata saya saat ini sudah berkaca-kaca. Rasa itu tidak terlukis dengan kata-kata. Antara sedih, menyesal, bahagia dan rindu sangat itu campur aduk jadi satu.

Saya sedih dan menyesal karena saya merasa kecintaan saya sungguh sangat 'segitu' saja bagi Rasulullah. Bisa jadi, saya justru merindukan manusia lain melebihi rindu yang seharusnya saya miliki untuk Rasulullah. Padahal, Allah saja bersabda, "Jika bukan karena Muhammad, tidak Aku ciptakan dunia dan segala isinya ..." Masya Allah ... Demikian cintanya Allah kepada Nabi Muhammad, begitu mulianya Nabi Muhammad bagi Rabbnya, mengapa kita, manusia yang hina tidak memuliakannya sebagaimana Allah begitu memuliakan Beliau ?

Assalamualaika ya Rasulullah ....
Assalamualaika ya Nabiallah ....
Assalamualaika ya Habiballah ....
Assalamaualaika ya Safwatallah ....
saya pun melepas kerinduan dengan Baginda Rasul sambil berlinang-linang air mata di depan mihrabnya ....

Duh, gimana ya, saya curcol maksimal bersama Baginda Rasul. Saya melepas semua rasa gundah dan penat dalam hati saya. Karena Beliaulah, yang akan memberikan syafaat kepada kita. Sungguh tidak bermaksud riya, tapi saya berusaha melakukan ibadah semaksimal mungkin selama di dalam area raudhoh yang makbul ini di tengah-tengah keterbatasan saya akan banyak hal. Lagi-lagi, merayakan hari kelahiran dengan mengunjungi taman surga Rasulullah, saya sungguh merasa sangat bersyukur. Hari itu menjadi moment yang luar biasa bagi saya untuk berkontemplasi. Subhanallah .. Alhamdulillah ... Alaa ilaha ilahlalah ... Allahu Akbar ....

Allahumma sholli ala sayidinna Muhammad wa ala ali sayidinna Muhammad ....

Maka saat hari terakhir beribadah di Masjid Nabawi tiba, saya memilih menyendiri di sudut masjid. Memuaskan hati berbisik-bisik dengan Sang Khalik dengan uraian air mata. Saya merenungi betapa saya telah susah payah mencerna dan berkompromi dengan banyak hal yang menjadi ketetapan Allah dalam perjalanan hidup saya belakangan ini. Sesungguhnya saya sudah tak mampu lagi mencerna semua ini. Menyiasatinya pun sungguh terasa sulit. Hal terakhir dan semoga yang terbaik yang saya bisa lakukan adalah mendekatkan diri kepada Sang Khalik, dan menjalani saja segala sesuatunya dengan ikhlas, berpegang pada tuntunan. Terus istighfar, semoga apa yang saya lakukan tidaklah salah, di tengah-tengah kelelahan hati yang sudah tidak tertahan lagi. Maka selepas shalat subuh terakhir di Madinah, dengan berat hati saya meninggalkan Masjid Nabawi di mana kediaman dan makam Rasulullah beserta para sahabat berada, dengan penuh harap Allah akan memperkenankan saya berziarah lagi ke masjid yang sangat bersejarah ini .... 


PERJUANGAN UMROH

Selepas dhuhur kami pun meninggalkan Madinah. Maka setelah mengambil miqot di Masjid Bir Ali berniat umroh, kami pun memasuki kota Makah bada isya. Setelah makan malam dan bersiap, kami dan rombongan menuju Masjidil Haram untuk melaksanakan umroh.

Bismillahirrahmanirrahim, knee brace, check. Kaos kaki tebal beralas karet, check. Saya tidak ingat apakah saya pakai korset atau tidak, sepertinya sih tidak, karena akibat mengenakan korset sebulan paska operasi Caesar kemarin, saya mengalami iritasi hebat, jadi malas deh pakai korset lagi. Lillahita'ala, maka saya berserah diri kepada Sang Khalik dalam melaksanakan ibadah umroh kali ini dengan kondisi fisik saya yang sangat jauh beda dari kedatangan umroh saya sebelumnya.

Ibadah thawaf, Alhamdulillah dapat saya lalui dengan lancar. Selain karena perjalanan mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 (tujuh) kali dilakukan secara berkelompok dengan formasi relatif rapat, kecepatan bergerak rombongan saat berjalan pun relatif perlahan sehingga cukup tolerable bagi saya. Alhamdulillah.

Tiba giliran melaksanakan ibadah Sa'i, saya mulai kedodoran. Berjalan dari 'bukit' safa ke marwah sebanyak 7 (tujuh) kali dalam rentang yang cukup panjang dan menanjak pada kedua 'bukit' tersebut, sungguh bukan perkara mudah bagi saya. Apalagi, di sepanjang rute safa dan marwah ada beberapa titik yang jamaah disunnahkan untuk berlari, khususnya jamaah laki-laki. Namun, agar rombongan tidak tercerai-berai, maka jamaah perempuan pun harus menyesuaikan diri dengan jamaah laki-laki bukan, sehingga kami tetap bersama.

Saya, jangankan untuk berlari, untuk berjalan saja belum maksimal, maka pada putaran kedua, saya memutuskan beristirahat. Perut bagian bawah kiri saya sudah mulai berasa panas dan sakit, membuat saya susah berjalan karena sakitnya merembet ke kaki, dan kaki saya sendiri yang begitu keadaaannya. Menaiki kedua 'bukit' safa dan marwah yang landai, saya sudah berjuang. Menuruni kedua bukit, saya terpleset berkali-kali karena lutut belum mampu menahan beban tubuh dengan berjalan menuruni bukit yang landai. Alhamdulillah tidak sampai terjatuh, tapi tetap ... membuat takut.

Maka ibadah sa'i pun saya lalui dengan berkali-kali terhenti untuk beristirahat. Saya bahkan tertinggal dari ibu. Sementara ibu didampingi bapak, Detya berinisyatif menemani saya, saat saya tidak terlihat di tengah-tengah rombongan. Detya pun berbaik hati sa'i sambil menenteng sebuah kursi lipat untuk saya duduk saat saya beristirahat. Sebab bilamana saya beristirahat dengan berselonjor di lantai, itu bukan option terbaik, duduk dan bangun paska istirahat berasa sekali repot dan sakitnya. Alhamdulillah, menjelang tengah malam ibadah umroh berakhir menyisakan kebagiaan dan penuh rasa syukur.

UMROH SUNNAH

Umroh sunnah dilaksanakan 2 (dua) hari setelah umroh wajib. Sesungguhnya usai menunaikan umroh wajib, asli kedua kaki saya berasa mati rasa saking sakitnya. Maka saat umroh sunnah dilaksanakan 2 (dua) hari setelahnya, ibadah pun semakin penuh perjuangan.

Umroh sunnah dilaksanakan selepas sholat dhuhur. Thawaf, seperti biasa, aman terkendali. Sa'i, saya memaksakan diri untuk tidak beristirahat. Saya sempat beristirahat sekali, tapi setelah itu saya memutuskan terus berjalan tanpa beristirahat lagi. Saat umroh berakhir bersamaan dengan adzan ashar, maka saya tdak mampu lagi berdiri. Saya menunaikan sholat ashar sambil terduduk di lantai. Alhamdulillah, tetap disyukuri.

BISSMILLAHI ALLAHU AKBAR

Suatu subuh, Detya ingin sekali mendekat ke Ka'bah. Bismillah, maka saya, detya dan seorang ibu, jamaah dari wanasari - brebes, beringsut mendekati Ka'bah. Mencium Hajjar Aswad adalah sunnah, menjaga kebaikan saat beribadah adalah wajib. Wajar bila seluruh jamaah ingin mencium hajar Aswad. Akibatnya, jamaah bisa saling berdesakan dan berpotensi menyakiti jamaah lainnya saat berupaya mendekati dan mencium hajar Aswad. Itulah sebabnya, saya teringat dengan tausiah para ustadz, bahwa mencium Hajar Aswad hukumnya sunnah, sementara menjaga kebaikan saat beribadah adalah wajib. Jadi, saya tidak memaksakan diri ....

Ditambah dengan kondisi fisik saya yang begini, rasanya berat mendekati Hajar Aswad, terlebih pagi Hajar Aswad sedang dalam proses perawatan sehingga terjaga rapat. Namun saya dan detya bertekad memeluk Kabah, maka kami bertiga beringsut terus mendekat ke arah dinding Ka'bah. Kami pun berhasil mendekati rukun Yamani, salah satu sudut sudut Ka'bah yang sejajar dengan Hajar Aswad, berbatu dan mengarah ke kota Yaman.

Saat melintasi rukun Yamani jamaah disunnahkan untuk mengusap atau cukup melambaikan tangan sambil melafazkan "Bismillahi Allahu Akbar" Dan Rasualullah pernah bersabda, setiap kali melewati sudut ini terlhat ada malaikat yang mengucapkan aamiin, sebagai jawaban atas doa Rasulullah. Selain itu, menyentuh rukun Yamani juga menghapuskan kesalahan-kesalahan. Karenanya, setiap melintasi rukun yamani, rasulullah selalu membaca doa "Rabbana atinna fidunya khasanah, wa fil akhirati khasanah wakinna adzabannar"

Rasulullah bahkan menyentuh rukun yamani dengan tongkatnya. Itulah sebabnya bila memungkinkan untuk mendekat, maka sentuhlah. Namun bila sulit, berlalulah, menjauhlah, janganlah berdesak-desakan ....   


MENINGGALKAN BAITULLAH ....

Perpisahan selalu menjadi saat yang paling menyedihkan. Meninggalkan Makkah selepas pukul 10.00 wib pagi, jamaah banyak yang tertidur saat meninggalkan berbatasan Makah, Tanah haram dan Tanah halal. Mungkin mereka kelelahan usai melaksanakan thawaf wada', thawaf perpisahan dengan Baitullah.

Saya, yang kebetulan tidak terbiasa tertidur bila sedang bepergian, terisak-isak di kursi bus sambil memandangi kota Makkah yang mulai saya tinggalkan. Saya merasa sangat sedih dengan perpisahan ini, karena saya merasa ibadah umroh kali ini saya jauh dari maksimal, jauh dari optimal. Baik secara fisik maupun mental, saya merasa saya telah melakukan banyak kesalahan selama ibadah umroh kali ini. Saya terus istighfar dan bershalawat, memohon ampun semoga Allah berkenan menerima amal ibadah umroh saya, dan berkenan mengundang saya lagi untuk mengunjungi Baitullah dan raudhoh serta makam Rasulullah. In shaa Allah ... ammiin ..aamiin ... aamiin ....

Monday, 21 December 2015

IBUKU


Daku, tidak sedekat itu sama ibu, ga seperti kebanyakan anak-anak lain sama ibunya. Gitupun sama bapak, daku ga sedekat itu juga sama bapak, seperti kebanyakan anak-anak lain sama bapaknya, terutamanya anak perempuan. Intinya daku tidak sedekat itu sama ibu dan bapak. Tapi kalau ditimbang kecenderungannya, mungkin daku cenderung anak bapak sih, timbang anak ibu, lebih dekat sama bapak keles ya, keles loh ... walaupun bapakku itu ... beeeuuuhhh ... !!! #gaBisaNgomongDah! Hahahaha

Ibuku

Sedikit bingits yang kutahu tentang ibu ....
  1. Ibuku, perasaan sih ibu paling cantik sedunia dah ... ga da yang ngalahin ... apalagi dibanding daku. Kwkwkwk .. ma detya, kita ga diturunin cantiknya, dikeep semua ma ibu;
  2. Ibuku, sadar diri cuantik getoooh, jadi ga bakal pernah mau pergi kalau ga dandan. Biar kata ditantangin duit Rp. 500 rb asal mau pergi tanpa dandan, ibuku teteeuuupp ...ga mau. Milih dandannya. Entah ya kalau tantangannya Rp. 500 miliar ... hahahaha ...; :D
  3. Ibuku, cengeng tingkat dewa ! Dari perkara kucing, reuni, kawinan, apa kek ... pasti nangisan dah ... ! Rempong !
  4. Ibuku, kalau naik mobil, baru 5 menit biasanya sih langsung tidung .... !!! :p
  5. Ibuku, jago masak. Tapi belakangan ben kali mau masak suka nelpon daku resep tinutuan apa'an ? Kwkwkwkwk ... !!!
  6. Ibuku, dulu dukun manten, tapi anak2nya yang cuma 2 orang perempuan semua ini, boro-boro dandanin orang jadi dukun manten, dandanin diri sendiri aja ga bisaaaa ... !!!
  7. Ibuku, keknya sih segala-galanya buat BG deh. BG nempel bingits ma ibu. Tapi saktinya, BG juga bakti bingits ma eyang uti (ibunya BG). Top ya ... ?!
  8. Ibuku, galak sih ga, ga ada apa2nya dibandingin galaknya daku, tapi ... kalau ga suka ma orang, judesnya ga bisa ditutupin ... kwkwkwkwk ... Emang enak ?!
  9. Ibuku, waktu muda sih langsing bingits. Sekarang, yaaa ... agak besaaaaarr ... sbb hobi bingits mam junkfood macam McD ma Piza Hut getoooooh ... !!!
  10. Ibuku, semua-semua baper, alias dibawa perasaaan, makanya 'darting' (darah tinggi) dan jantungan. Makanya, apapun yg terjadi ma daku, daku mending diem-diem ajah, timbang ibuku darting dan jantungan;
Hal yang paling ga banget jadi anaknya ibuku itu, saat lebaran medio 2002 - 2006 - an getooh. Secara, detya nikah duluan di tahun 2001. Maka jadilah daku anak tunggal tiap kali lebaran baik idul fitri maupun idul adha di periode itu. Dan rasanya, sungguh aneh jadi anak 'tunggal' jadi2an. Secara, daku ga sedekat itu sama ibu dan bapak, dan daku ga tahaaaan ... lihat cengengnya ibukuuuuu .... Hahahahaha ....  :p

Sunday, 22 November 2015

KOK GA' KELIHATAN YA ?

Sesungguhnya badan belum pulih betul, tapi harus UTS, apalagi belum seminggu keluar rumkit pasca op Caesar daku sudah balik IGD lagi mpe jam 01.00 pagi beberapa hari lalu.

Tapi ....
Ya gitu deh ... ! Ga ada alasannya yang bisa jadi pembenaran sih, sebab tetep salah kalau daku maksain kuliah. Daku dikatain ngeyel ma orang-orang ! Daku sudah dimarahin orang banyak gegara ini (sering memaksakan diri), dari dokter, sahabat, tetangga, admin les piano, mpe yang bukan sapa2 ...

Alhasil, setelah pesen uber, daku ga boleh nyupir kan yaaa ... perjalanan dari rumah menuju kampus belum juga keluar bintaro badan daku sudah stress, punggung berasa bener panasnya .... Perut bekas operasi ? Jangan ditanya dah, posisi duduk tegak di mobil itu sungguh nggak banget ...


Dan perjalanan dari rumah pukul 16.00 Jumat sore itu memakan waktu tempuh hingga 2 (dua) jam perjalanan. Yang ada, masuk ciputat raya ke arah arteri pondok indah menuju palmerah, daku langsung rebahan di kursi belakang, asli tertidur hingga kampus, dan adzan maghrib pun sudah berkumandang !!!

Tiba di lobi kampus, seorang petugas sekuriti, brondong pastinya, yang selalu rajin menyapa, kembali bertanya, "Apa kabar, bu ? Sudah sehat ?" sapanya ramah. Dia tahu kondisi daku tidak sehat sejak paska op meniscuss. Dan demi dilihatnya sore ini daku datang sambil jalan terbongkok2, maka daku dibiarkan berjalan melalui pintu belakang meja sekuriti agar tidak menyulitkan saat melintasi gate otomatis. Alhamdulillah, sahabatku, sekuriti, ga di mana2 ada yaaa ... ?  :)

Pukul 18.30, UTS Business Ethics pun daku hadapi dengan bonek alias bondo nekat, karena tidak ikut kuliah sejak 2 (dua) pekan kemarin sepertinya, dan tetiba sekarang memaksakan diri ujian. Cuma bawa tas rumah sakit berisi dokumen medis lengkap dan obat2an, plus sebuah bolpoin serta laptop + modem internet, daku pasang badan, memencet tombol off semua rasa sakit untuk sementara. Bissmillahirahmanirrahim ...

Begitu soal dibagi, selembar soal dan 2 buah literature studi kasus, seisi kelas sudah berisik karena everything is conducted in English. They gave up. I can not speak English well too. But, what the heal ? Cuek aja kan yaaa ... Kerjain aja sebisa-bisanya ... Tapi kalau ga bisa bahasa inggris tuh ternyata ya bener2 ga bisa ya, kasihan ... jadi mereka cuma diem2 ajaaaah ... Sama halnya daku ga mahir bahasa jawa kromo inggil. Coba kalau soal ujiannya disajikan dalam bahasa jawa kromo inggil, niscaya daku pun akan terdiam begitu ....

Ujian kelar persis pukul 21.00. Kembali menumpang uber, daku pulang dan tiba di rumah sudah pukul 23.00. Tahu lelahnya seperti apa ? Pokoknya begitu rebahan naik kasur dan punggung bisa lempeng, subhanalllah itu rasanya ... nikmat luar biasa, berarti ya memang segitu sakit dan lelahnya bawa badan yang perut dan kedua kakinya tidak sehat yaaa ... hahahaha ....

KOK GA KELIHATAN, YA ?

Perjuangan belum kelar. Sabtu pagi daku tetep harus kuliah lagi, daku dapat jatah presentasi "ethics and marketing" pagi ini. Presentasi baru daku buat pukul 06.00 - 07.15. Asli, kuliah dengan badan yang sakit ga' kelar-kelar itu perjuangannya masya Allah. Kurang tidur, ga bisa mikir, ga bisa duduk nyaman, ga kuat melek lama, Alhamdulillah pokoknya ujian sabar.

Bissmillahirrahmanirrahim, lillahita'ala, akhirnya kelar juga itu presentasi. Jika tanpa campur tangan Allah, tak mungkin itu presentasi kelar secepat itu, secara buku literaturnya terjemahan bahas inggris ke bahasa Indonesia yaaaaaaaaannnng ... malah bikin bingung. Alhamdulillah kelar juga.

Kembali, dengan bantuan seorang brondong kampus yang memesankan uber, daku back to campus. Tiba di kelas, Prof. Heru sudah memulai kelas.

Prof : "Saya sudah mengajar jadi dosen sejak tahun 19xx ... Belum lahir 'kan kamu ?" sambil menunjuk berondong2 yang pada cekikian keheranan
Gw  : "Sudahlah, Prof ..."
Prof : "Kamu, (ke brondong) lahir tahun berapa ?"
Br    : "Tahun 19xx"
Prof : "Lah iya, belum lahir tho... Kamu, Firlly masa sudah lahir saat itu ?"
Gw  : "Sudah Prof ..."
Prof : "Kok tidak terlihat yaaaa ... ?" tanyanya keheranan. Brondong2 sekelas onar deh, langsung berisik ... Hahahaha ... sirik banget mereka, ga terima gituuuu ... salah gw apa, cobaaaa ... ? hahahaha ....


Maka, kelar presentasi pagi itu, daku masih mencoba bertahan hingga setelah makan siang. Saat kuliah berlanjut pukul 13.00, maka pada pukul 14.00 daku memohon ijin pada Prof. Heru untuk pulang dan beristirahat. Dan beliau mengijinkan.

Kebetulan, pada pertemuan pertama mata kuliah ini, daku sudah sempat memohon ijin tentang rencana operasi caesar tumor di rahim kepada beliau di akhir Oktober lalu. Dan beliau yang juga bermasalah dengan lututnya, juga menggunakan 1 (satu) tongkat yang membantunya berjalan, persis sama seperti daku, sehingga beliau pun mengerti. Jadi katanya, "Kok kamu, banyak sakitnya ya, Firlly ?" tanya belia iba. "Iya Prof, ujian sabar ..." jawab daku.

HIKMAH

Lili, Ibad, Dr. Wahyu.ak Cholid, Pak Reza
Begitulah, seringkali, begitu banyaknya kemudahan yang menyertai hidup daku itu, daku maknai dengan penuh heran sekaligus rasa syukur. Sungguh tidak ada yang kebetulan pada hidup manusia di dunia ini kecuali dengan ijin Allah. Maka kemudahan demi kemudahan di tengah peliknya situasi yang daku hadapi bertahun-tahun belakangan ini, sungguh tidak saja membuat daku bersyukur tapi juga terheran-heran.

Pertolongan Allah melalui keberadaan teman-teman di sekeliling daku itu, untuk yang sekian kali membuktikan banyak hal padaku tentang hikmah silaturahim dan buah dari kebaikan. Bisa jadi, daku sungguh menyadari, daku bukan dan tidak merupakan pribadi yang sebaik itu yang layak dan pantas memperoleh kebaikan Allah senikmat itu. Namun bisa jadi, kebaikan kedua orang tua dakulah selama ini yang menyebabkan kebaikan Allah senantiaasa menyertai daku di setiap waktunya.

Maka berbaik hatilah kepada kedua orang tua. Bersyukurlah memiliki orang tua. Perlakukanlah kedua orang tua dengan sebaik-baiknya perlakuan, termasuk ... jangan diem-diem kalo lagi sakit, orang tua dikasih tahuuu .... Hahahaha ... gw bingit itu. Tetep gak lah ... kalau kita susah sebaiknya orang tua ga perlu tahuuuu ....

Subhanallah Alhamdulillah laa ilahailallah Allahu akbar ....  

Tuesday, 17 November 2015

TERNYATA YAAA ...

Ternyata ya, post op caesar tuh asli ga boleh ngapa2in yang berat2 ya ? Sementara daku kelar operasi, hari ketiga sudah ngemall (kebangetan sih memang), maksudnya cari makan, tapi tetep maksain beli kado kawinan teman kuliah, yang kebetulan daku diamanahin teman2 sekelas untuk beli ntu kado.

Sementara lagi, hari keempat daku beberes rumah, yang asli, ngegeret kursi tamu ma piano, ganti2 posisi. Sementaranya lagi, tiap pagi jam 07.00 daku sudah nyapu, ngepel, matiin lampu lantai atas, dan jongkok2 kasih man anak kucing. Dan yang kebangetannya lagi, belum seminggu post op, daku nyupir beli mam kucing ke pet shop, ambil duit di atm plus belanja sedikit sambil nenteng kresek isi manga bbrp kg, buah kaleng ma nanas 2 biji.

Akhirnya sorenya, bada ashar, perut daku sudah mulek2 ga karu-karuan. Sholat maghrib, ga kuat lagi duduk, langsung rebahan aja ngegeletak di lantai.

Lepas maghrib, teman2 symphony datang membesuk. Cuma bisa nemenin sebentar, tp perut sakit makin ga ketahan mpe sesek nafas gitu. Jalan cuma dalam rumah sudah ngos2an. Pukul 8 lewat, daku menyerah, diantar mereka, daku pergi ke IGD menumpang taksi.

"RUMAH SAYA JUGA KOSONG TUH, SEKALIAN DISAPU DIPEL ..."

Plester bekas infus di punggung tangan kiri masih nempel. Perawat sudah buka lagi itu plester, dan dicolok lagi deh sama rumah infus untuk nyuntikin anti nyeri, yang rasanya kalau masuk di tangan itu, dingin tapi juga cekit2 ...

Dokter Teguh menghampiri,

Dr  : "Operasinya kapan ? Kontrolnya kapan ? Tapi aktivitasnya normal 'kan ?"
Gw : "Nyapu, ngepel ..."
Dr  : "Waaah ... ?"
Gw : "Matiin lampu lantai atas ..."
Dr  : "Waaah ..."
Gw : "Nyupir ..."
Dr  : "Waaaaah ... laaa ya ituuu .... Ga boleh nyapu ngepel, ga boleh ngurus kucing berdiri - jongkok, ga boleh naik turun tangga, ga boleh nyupir, ga boleh sholat sambil berdiri atau duduk, tiduran. Kalau mau nyapu ngepel, rumah saya juga sekalian tuh, kosong di BSD, disapu dipel sekalian ..."

Hicks, dokternya ngomel tapi baik ....

Dr  : "Ibu yang kemarin di bed 3 kan ?" (13 Oktober saat masuk IGD daku ditangani beliau juga).
Gw : mantuk-mantuk ....

Kenapa orang2 pada hapal tampang gw sih ? Segitu jeleknya ya gw kalau lagi sakit sehingga gampang banget diafalin tampangnya ?

Setelah diinfus sebotol lagi anti nyeri, alhasil daku pulang dari IGD menjelang pukul 01.00 pagi dini hari .... Alhamdulillah ....

Monday, 16 November 2015

GW DAH MO MATI YA, DOK ?

2nd, 3rd, 4th OPINION

Jadi, begitu keluar opname di hari Senin 19 Oktober 2015 lalu itu, begitu masuk kerja di hari Jumatnya, sore saya langsung menemui seorang dokter obgyn di sebuah klinik kebidanan internasional di bilangan prapanca. Hasilnya, idem. Begitu dipegang sama dokternya, beliau langsung berguman, "Oh ... iya ... ini mah berasa, besar ini myom-nya ..." Daku diam saja, dokter bintaro bilang tumor, dokter prapanca bilang myom, daku ga tahu bedanya.

Omong punya omong, diputuskan daku langsung suntik sesuatu yang harganya sekisaran harga sepatu boot atau cicilan kpr rumah bujangku di bintaro. Gunanya suntikan itu, pertama untuk meminimalisir perdarahan saat dioperasi, kedua untuk menunda menstruasi. Mengapa menunda menstruasi, supaya Hb daku tidak drop lagi. Sayang kan sudah transfuse 2 kantong mpe sesek napas, kalau Hb drop lagi gegara menstruasi yang keluar sangat banyak darahnya ... ?

Berikutnya, diputuskan jadwal operasi. Sesuai rencana semula, daku berniat operasi di minggu ke-2 atau ke-3 November antara tanggal 9 atau 16 November 2015. Well, karena suntikan bekerja efektif setelah 2 minggu, maka operasi paling cepat baru bisa dilakukan tanggal 6, dan saya putuskan memilih tanggal 9.

Tetapiiii ... ternyata ini dokter prakteknya di RS. Medistra, di bilangan pancoran Jl. Gatot Soebroto, getoooh. Ini dokter ga praktek tempat laen lagi. Jabang bayiiiii ... !!! Jauh aja yak, gimana urusannya ? Tapi ya sudahlah, gimana nti aja, yang penting sekarang suntik aja dulu. Dan cuuuss ... suntik deh di pantat kanan, kelar, pulang .... eh, salah, kuliaaaah ... !!!

Pulang, tiba di rumah pukul 23.00 malam karena si jeruk kutinggal di kantor, gegara jam ketemu dokternya melewati jam 3in1 alias lewat dari pukul 17.00, jadilah daku pulang naek commuter line tengah malam, sambil sempoyongan. Daku ingat, kala menaiki gerbong dibantu seorang penumpang perempuan yang memapahku naik ke atas gerbong, Alhamdulillah, barakallah mbak yaa ... terima kasih ....

GW DAH MO MATI YA, DOK ?

Minggu, daku konsul via WA dengan karib saat SMA, seorang dokter spesialis jantung, dr. Faris Basalamah. Kwkwkwkw ... sakitnya tumor di rahim, konsulnya ma dokter jantung. Hahahaha ... Daku mulai berkisah dunk, kronologis keluarga ibu yang genetis CA (kanker) dan kakak ibu yang berpulang karena kanker serviks, di usia yang beti (beda tipis) dah dengan usiaku saat ini ....

"Gw dah mo mati ya, dok ?" pertanyaan gw absurd gitu ke Faris. Kalem si dokter ngejawab, "Gaaaak ..." katanya. Daku konsul banyak hal ma Faris, termasuk cari dokter bagus yang rekomen tapi yang di bintaro aja. Berbilang menit, Faris kasih satu nama dokter obgyn di Bintaro, tapi juga kasih satu nama lagi dokter obgyn lulusan Jerman, perempuan, yang praktek di RS Pondok Indah. Obrolan di hari minggu itu, berakhir dengan rencana konsul ke Pondok Indah hari Senin.

Maka pagi-pagi itu dari kantor saya menghubungi RS Pondok Indah, minta nomor urut konsul ke dokter dimaksud untuk hari itu juga. Dapat urut 2, pukul 18.30. Welldone !

Ketemu dokternya yang sepantaran itu, daku berasa ketemu teman lama saja, padahal baru kenal. Dokternya baik dan ramah. "Saya lihat dari dalam ya ?" tawarnya. "Oh, plis ... ga mau dok. Sakit ..." daku merajuk. Pokoknya paling ga mau ada barang sesuatu di dalam sana, ga juga papsmear, ga juga kateter, ga bangeeeeeettt ... !!! "Oh, ya sudah, kita lihat dari atas (USG) aja ya ..." akhirnya beliau mengalah.

Hasilnya ? Ah tentu saja sama, "Oh iya, ini ada di rahim. Rahimnya bagus, panjang. Ukuran normal rahim 7 cm, rahim kamu sekitar 9 cm." katanya. Tiga buah gambar hasil USG pun tercetak. Sebelum pulang, beliau buatkan daku surat pengantar tulisan tangannya untuk dokter di RS Premier Bintaro yang beliau rekomendasikan. Setelah saling berpelukan dan memberi ciuman, daku pun pulang dengan tenang.

Daku beruntung sempat bertemu dengan beliau di hari Senin malam itu, sebab di hari Sabtu, beliau akan terbang untuk belajar hingga 2 bulan ke depan ! Tidak ada yang kebetulan di dunia ini bukan, selain karena ijin Allah ?

The 4th Obgyn, nemuin dokter yang dimaksud, di hari Kamis, 29 Oktober 2015. Begitu bertemu, USG lagi, "Oh iya" lagi, ya sudah ... bungkuuuusss ... !!! Daku pun melapor bahwa daku sudah suntik yang mahal itu. Dan kami berdiskusi soal tanggal operasi, maka diputuskanlah operasi hari Selasa, 10 November 2015 pukul 06.00 pagi, masuk rumah sakit Senin, 9 Oktober 2015 untuk observasi kondisi bilamana diperlukan transfuse darah lagi hingga tingkat Hb mendekati normal, minimal di atas angka 10, sebelum operasi.

Kata dokternya, "Prosedurnya sama dengan caesar, cuma ini yang dikeluarkan bukan bayi, tapi tumor ..." Well, daku seringkali bersyukur untuk banyak hal yang daku tidak mengerti sama sekali, jadi ga kepikiran apa-apa, karena ga tahu yang ditakutin apa. Hehehe ...

Sebelum meninggalkan klinik, dokter membekali dengan bererot dokumen dari yang konsul anastesi, konsul jantung, cek darah HIV, foto thorak, dsb. Pusing yes ngurus gini2an, ribet, tapi mau gimana lagi. Maka begitu keluar klinik daku langsung daftar rawat inap, pesan kamar, beres, pulang. 

LOH, KOK MENS ?

Sesuai rencana, daku akan operasi Selasa, 10 November 2015. Namun ternyata, akhir Oktober itu, daku menstruasi. Lah, terus suntikan kemarin itu ? Yah, namanya juga sakit. Ikhlasin saja.

Daku menunggu-nunggu kapan kelar ini mens. Hingga tanggal 8 daku masih mens juga. Daku berkoordinasi dengan kebidanan rumah sakit. Bila hingga tanggal 9 daku masih mens, maka operasi mundur.

Subhanallah, persis di hari Senin pagi itu, daku benar-benar kelar itu mens. Allah sungguh Maha Pemurah ... Maha Pengatur ... Maha Kuasa .... Alhamdulillah ....

GA DAPAT KAMAR

Maka di hari Senin itu, 9 November 2015 daku beberes rumah semaksimal mungkin supaya nti kalau pulang rumah sakit, rumah dalam keadaan rapi. Kebayang, kelar operasi ga bisa ngapa2in kan repot ya ngelihat rumah berantakan, empet rasanya. Kelar beberes rumah bada ashar, daku pun meluncur ke rumah sakit.

Prosedur seperti biasa, biar kata mau ke IGD dalam keadaan tepar juga, daku langsung menuju lobi terlebih dulu, menurunkan 'perbekalan'. Petugas sekuriti yang semuanya daku kenal baik, menyambut seraya berkomentar, "Bawaannya banyak banget bu, mau liburan ?" tanyanya sambil menurunkan koper pink, backpack pink, kantong dokumen medis, dan kantong obat. Daku cuma bisa nyengir, "Gitu deh, mas ... Saya titip dulu ya, saya ke admin sebentar ..."

Tiba di meja admin, dari kejauhan seorang suster dari poli si ganteng, dokter orthopaedist daku yang dasyat banget gantengnya itu, menghampiri, bertanya dengan raut muka keheranan, karena mendapati saya duduk di meja pelayanan pendaftaran rawat inap. Katanya, "Ibu kenapa lagi ?" Daku senyum-senyum aja. Kwkwkwk, tiap pengkolan rumah sakit ini teman-teman daku bertebaran ya, sudah menjadi keluarga, Alhamdulillah. "Ada tumor di rahim, mbak. Saya mau operasi in shaa Allah besok pagi ..." jawab daku. Si suter terlihat iba, "Yang sabar ya, bu ..."ujarnya sambil menepuk-nepuk punggung daku dengan lembut. Subhanallah ... daku pun mengangguk-angguk ....

Tak lama, Mas Gofur, petugas satpam yang sudah mejadi sahabat daku menghampiri dengan membawa sejumput dokumen, "Bu Firlly, mari saya antar ke kamar ..." sapanya ramah sambil berusaha melayani saya sesuai prosedur. Daku pun jadi tertawa-tawa karena berasa aneh digituin. Dulu waktu pertama kenal sih ga pa-pa, tapi sekarang sudah jadi sahabat, digituin daku jadi cekikikan. Karena tiap kali ke rumah sakit, prosedurnya daku biasanya menemui mereka dulu, ketawa2, ngobrol, kadang nitipin kunci mobil, becanda, lucu2an deh pokoknya. "Mau pake kursi roda, mba ?" tawarnya. "Yaelaaaah ... masih bisa jalan keleees mas biarpun pincang ..." jawab daku pede maksimal.

Ternyata, daku tidak mendapatkan kamar yang daku minta, padahal sudah minta sejak tanggal 29 Oktober sementara hari daku masuk adalah 9 November, sepuluh hari pesan tapi ga dapat kamar, sebel juga sih rasanya. Tapi akhirnya, ah ... sudahlah, rejekinya ini, harus disyukuri, Alhamdulillah, berlatih sabar, berlatih prihatin. Setidaknya, permintaan dapat kamar yang dekat dengan meja admin suster jaga terpenuhi. Jadi bila terjadi sesuatu yang urgent, suster cepat datang.

Pihak rumah sakit karena tidak dapat memenuhi permintaan daku untuk menyediakan kamar dengan satu bed, akhirnya menempatkan daku di kamar dengan 2 bed, namun bed sebelah dikosongkan. Baik yaaa ... jadi daku benar2 bisa sendiri dan berkonsentrasi.

Disambut ramah seorang suster yang sudah kutemui sejak di poli konsul dengan dokter, daku langsung memeluk dan mencium kedua pipi suster yang tengah hamil 7 bulanan itu. Daku pun berbenah mempersiapkan diri, persiapan mental lahir dan batin. Daku langsung diminta makan malam, karena saat daku masuk, makan malam sudah tersedia. Daku memutuskan sholat maghrib terlebih dulu, baru mam.

Kelar maghrib, mam dan isya, suster menghapiri menyampaikan safety induction, hand washing procedure dan interview medical profile and experience. Kelar itu, daku pun tidur agak cepat supaya kondisi fit esok pagi.

"MET ULANG TAHUN YA ..."   

Kelar sholat subuh suster menghampiri meminta saya mandi berkeramas. Padahal daku sudah mandi besar sejak Senin sore, bersiap kalau-kalau daku mati paska operasi jadi daku dalam keadaan suci. Tapi ternyata daku harus mandi lagi dengan sabun khusus yang disediakan rumah sakit. Ya sudah, samina wa'atona saja, lakukan saja. Serahkan pada ahlinya.

Menjelang pukul 6 daku mengirim pesan pendek ke anak kesayangannya bu Stella yang Hari Pahlawan berulang tahun. Detya sedang di Bangka Belitung. Ucapan ulang tahun daku cuma dijawab singkat, "thq u" katanya. Hahahaha ... cucian deh lu dikacangin ....

Setelah dapat panggilan dari kamar operasi, daku pun didorong menuju lantai 2 ke operation theatre. Mengenakan kerudung putih berenda ala Syria dan membawa sebuah tab, saya memasuki ruang operasi seorang diri dengan santai dan cengar cengir sih aslinya, hahaha ... Bismillahirrahmanirrahim, lillahita'ala ....


"SEPERTINYA SAYA FAMILIAR DENGAN WAJAH IBU ..."

Memasuki area recovery di operation theatre, daku disambut ramah oleh seorang paramedic pria. Beliau lalu menanyakan hal-hal secara prosedur dengan sejumput dokumen di tangannya. Lalu katanya, "Tunggu ya bu, dokternya belum datang ..." Eeeeee ... tak lama kemudian, beliau balik badan lagi, katanya, "Sepertinya saya familiar dengan wajah ibu ..." sambil raut wajahnya berpikir mencoba mengingat-ingat sesuatu. Daku pun kalem menjawab, "Saya baru operasi meniscus akhir April lalu, mas ..."

Maka petugas paramedic itu pun senang, "Wah iyaaaa ... betul kan, pantesan saya sejak tadi mengingat-ingat sepertinya saya sudah kenal wajah ibu. Dulu sama dokter ***** (si ganteng), ya bu ?" tanyanya penasaran. "Iya, betul," jawab saya senyum-senyum. Mas Trias, demikian nama paramedic itu, langsung memanggil kawan sejawatnya mengabarkan keberadaan saya. "Kamu ingat ibu ini ga ? Dulu operasi meniscus sama tim kita juga ..." tanyanya gembira. Mas Trias sampai-sampai mengecek data daku di komputer tak jauh dari tempat daku rebah. "Wah betul bu, waktu itu oleh saya juga bu, yang mendampingi ..." beliau pun tertawa senang, rasa penasarannya terjawab sudah.

Bayangkan ya, sebegitu banyaknya pasien, beliau sampai2 ingat tampang saya. Padahal tampang perempuan di kerudungin kan sama semua ya ? Apalagi polosan ga pakai make up (daku memang sehari-hari ga make up-an). Jadi daku amaze aja ada petugas paramedic yang mengenali wajah daku. Sementara, pasien yang beliau hadapi selama ini, sejak April ke November kan banyak sekali ya pastinya ... ? Subhanallah, Alhamdulillah ... Bertambah lagi satu orang sahabat daku di rumah sakit ini. Masya Allah ... !!!  

"MBA, SAYA MALU ..."

"Dokternya sudah datang, bu sedang di parkiran ..." kata Mas Trias. Daku pun lalu didorong masuk kamar operasi. Kasur dipepetkan ke meja operasi, saya pun diminta pindah ke meja operasi, sendiri. Dulu saat operasi meniscus, daku diangkat oleh petugas paramedic saat prosesi ini.

Seorang suster bagian anastesi menghampiri, memperkenalkan diri, daku diminta nyaman selama operasi. Daku lalu diminta duduk dan diperkenalkan dengan seorang dokter anastesi. Maka dokter mulai meraba tulang belakang, dan daku pun meminta maaf, karena ya ... gimana ya ... daku kan nyaris terbuka di banyak auratnya. Daku lalu membalikan badan sebentar, "Bissmillahirrahmanirrahim dulu ya, dok ..." pinta daku. "Iya bu, bismmillahirrahmnirrahim ... saya akan mulai suntik ya, bu. Ini sekarang saya suntikan," Dan cuuuuusss ... "Aduh, aduh, aduh, sudah dok suntiknya, sudah, sudah, sudah ... sakit dok ... astaghfirullahaladzim ..." daku mulai berisik ! Hahahaha ....

Kelar disuntik, daku pun kembali direbahkan dengan bantuan suster. Lalu suster yang lain merapat, keduanya mulai bersiap memasang kateter pada saluran kemih daku. Innalillahiwainnailaihi rojiun ... Saat operasi dengan si ganteng, daku masih bisa bernego agar bisa dioperasi berpakaian lengkap di kamar operasi bahkan tidak menggunakan kateter meskipun bius dengan prosedur spinal (local). Tapi kali ini, daku tidak sedekat itu dengan dokternya. Lagi pula sulit rasanya operasi caesar tanpa kateter kan ya ?

Maka dengan tubuh yang sudah terbius, mati rasa dan tak bertenaga, kedua suster itu mulai menyingkap kedua kaki daku untuk dipasang kateter. Dan daku, masya Allah ... masih bisa merapatkan kedua kaki lagi karena tak kuat menahan malu, "Saya malu suster ... saya malu ..." keluh daku menyadari paramedic pria masih bersliweran di sekeliling daku. "Ga pa-pa bu, mereka semua sedang di meja, jauh, saya sekarang sedang menutupi ibu (dengan badan mereka)," jelasnya. Daku pasrah total. Padahal, batuk saja daku sudah tidak mampu menggerakkan dada karena sudah powerless tak bertenaga, tapi ini kedua kaki masih sanggup daku gerakkan gegara stress menahan malu.

Urusan kateter kelar, operasi pun dimulai. Suster membantu daku membuka tab sehingga daku bisa membaca surat kesukaan, Ar Rahman. Tapi baru juga membaca 16 ayat, daku tertidur. "Suster saya pusing," itu kalimat terakhir yang daku sampaikan ke suster, dan setelah itu daku pun tertidur pulas. Rupanya, walaupun bius local, suster diminta memberikan obat tidur karena daku masih bisa aduh-aduh selama operasi.

Di ujung operasi tahu-tahu daku sudah melek lagi. Sakti yak timing obat tidurnya ? Mas Trias berdiri di samping kepala seraya bertanya, "Ibu mau lihat hasil operasinya ?" tawarnya. Daku cuma mengangguk-angguk saja, masih pusing kepala. Tak lama beliau menyodorkan segumpal daging yang masya Allah besarnya, tepat di samping kepala daku. Cuma dalam hitungan detik, daku langsung memalingkan muka, ga kuat lihatnya. "Nanti saya foto saja, ya bu. Nanti saya kirim gambarnya ke ibu ?" tawarnya, baik sekali. Lagi-lagi, daku cuma mengangguk-angguk.

Jadi rupanya, dari dalam Rahim daku berhasil dikeluarkan 5 (lima) buah tumor, yang satu ukurannya sangat besar nyaris berdiameter 10 cm lebih, sementara sisanya yang 4 biji berukuran 1,5 - 2 cm seukuran bakso. Takut daku lihatnya ....

"TAMPANG GUE JELEK YA, NGGA ?"

Kelar operasi, Angga, guru piano daku, brondong rumahan yang baik hati itu menyempatkan diri untuk menemani. Kebetulan setiap pagi dan sore Angga mengantar dan menjemput adiknya berangkat dan pulang kerja ke titik shuttle bus antar jemput kantornya, tak jauh di rumah sakit. Maka mampirlah dia. Daku memang cerita tentang rencana operasiku ini hanya kepada kedua orang sahabat, Angga dan Lita, adik kelasku SMA.

Maka selama membesuk, Angga bolak-balik panggil nama daku mulu. "Mbak, sudah bisa buka mata belum ? Mbak, masih pusing ya" tanyanya gusar. Daku 'kan ga punya saudara laki2 ya, jadi melihat Angga tuh berasa punya adik laki2 gitu. Dan anehnya daku ga berasa yang butuh kakak laki2 gitu ... Lucu ya ?

Sementara Angga, anak paling besar, jadi ga punya kakak kan ya. Jadi daku selain suka nge'bully', daku juga suka bicara sama dia, semisal memintanya sholat saat kita sedang ngemall rame2 dengan orang2 symphony. Yang ada sekarang, saat sedang mengajar daku yang datangnya ketelatan sehingga ketemu adzan saat di tengah2 proses belajar mengajar, Angga sudah bisa tuh, langsung meminta ijin, "Mbak saya sholat dulu yaaa ... ?" Kebayang ga senangnya jadi saya ? Alhamdulillah ...

Sekalinya daku melekin mata, "Nah ... itu sudah bisa melek matanya ..." katanya senang. "Masih ngantuk ya, mbak ?" tanyanya penasaran. "Ngga, tapi pusing," jawab daku lemah gitu. Dan daku mulai mengajukan pertanyaan konyol, "Tampang gw jelek ya, Ngga ?" kwkwkwk ... "Yaelaaaaah, ga mbak ...." jawabnya sambil ketawa.

"YA ALLAH IBU KESAKITAN SEKALI YA, KASIHAN ..."

Jadi, operasi dimulai pukul 06.40 kelar sekitar pukul 07.40, recovery hingga menjelang pukul 09.00 dan lewat pukul 10.00 efek bius mulai hilang. Rasa sakit pun mulai menyerang tanpa ampuuuunnn ... !!!

Daku pikir ya, operasi meniscus lalu dan jadi pincang itu hidup daku sudah kelar, kesakitan selama 6 bulan therapy dan ga bisa jalan normal tuh rasanya sudah berasa "I am done" gitu. Daku pikir, opname terakhir Oktober lalu dan kejang2 nyaris 4 jam itu rasanya sudah mau mati beneran, saat baca istighfar saja susahnya masya Allah. Tapi ini kali ... sungguh ga ke'omong lagi rasa sakitnya.

Air mata mengalir deras di kedua ujung mata, sementara daku berusaha terus bisa istighfar sekuat tenaga. Daku ga bisa lagi membuka mata karena menahan sakit yang teramat luar biasa. Dan waktu berjalan terasa amat lambat, sementara kateter di bawah sana sungguh semakin melengkapi semua rasa yang sudah ga lagi terucap.

Daku berkali-kali minta obat penghilang rasa nyeri. Sementara di tangan kiri, sebotol morfin aktif mengalir melalui infus sebagai penghilang rasa nyeri. Tapi akibatnya, daku jadi pusing kepala dan mual luar biasa. Perut kosong, sakit untuk kontraksi tapi terpaksa muntah berkali-kali. Astaghfirullahaladzim ... Daku cuma bisa istighfar ....

Segitu begonya kondisi daku mungkin saat itu ya, segitu teparnya, suster-suster sampai pada kebingungan dan bolak-balik menawarkan diri untuk menghubungi keluarga yang bisa diminta datang untuk menemani. Dan daku bergeming, tetap mau sendiri. Dokter jaga pun tak kalah khawatir bolak-balik menghampiri daku yang sudah setengah pingsan kali ya menahan sakit, "Ya Allah ... ibu kesakitan sekali yaa ... kasihan ..." katanya iba. Dan daku asli sudah mulai sesenggukan berguncang-guncang. Sungguh drama situasi pagi itu. Hahahaha ....

Hingga menjelang pukul 9 malam daku sholat sambil antara ada dan ga ada gitu nyawanya. Dan ga terhitung berapa kali daku sudah muntah2. Yang pasti semua makanan sejak pagi sudah keluar semua tak bersisa. Akhirnya suster memberikan infus nutrisi untuk membantu daku spy kondisi tidak terlalu lemah karena kurang asupan makanan.

"KAMU NAKAL ..."

Setelah dua malam menginap, akhirnya daku mendapatkan kamar yang dipesan, Maka Rabu pagi itu, 11 November 2015 daku pindah ke kamar yang sendirian. Pffffuiihh ... Alhamdulillah, lebih nyaman, daku bisa istirahat lebih baik.

Tetiba agak siang, Lita 'melapor', "Mbak, kok status bbm ibu begitu ? Aja2 ibu ngerti kon lara, mba ?" Waduh ... bisa runyam deh nih urusan. Eeeh ... benar saja, sorenya bada ashar, ibu dan bapak datang, jauh2 dari Tegal !!!

Pertama nongol tampang bokap, senyum-senyum ga pa-pa. Berikutnya, nongol nyokap dengan mata sembab ala drama sinetron 'Tersanjung' era 80-an itu menyeruak sambil menahan tangisnya. Nyokap tahu, kalau nyokap nangis di depan daku gegara urusan yang gini2 menyoal diriku, daku pasti pasang muka adem, alias cuek aja, ga daku urusin, hihihihi ... Katanya, "Anak nakal !" seraya mencium daku. Kwkwkwkw, waduh, lagi kali ini daku dikatain nakal ma nyokap, aslinya kan daku badung kelas dewa yak, bukan nakal ? Hahahahaha ... !!!

Tiba malam, daku minta nyokap bokap pulang untuk istirahat di rumah. Tahu dunk reaksi nyokap yang drama ituuuuu ... ? "Kamu kenapa sih ga mau ditemenin ibu di sini ... ?" tanyanya sensi, sesensi kucing bunting itu, sambil suaranya tercekat. Sementara daku tetep rebah munggungin nyokap miring ke kanan. Bukan apa-apaaaa ... ngapain juga coba tidur di rumah sakit kan yaaa ? Ga enak, biarpun extra bed nya spring bed tebal lebih bagus dari hotel Mulia, sumpah, dan sofanya nyaman. Lagian, dakunya jadi ga bisa istirahat, sebab kamarnya jadi berisik dan berantakan banyak barang, daku ga bisaaaaaaa ... huuuuuu ....

Akhirnya dengan bersungut2 dan manyun, mereka tidur di rumah. "Ibu jauh2 dari Tegal, yang ditemuin ga mau ditemenin ..." Ibu merajuk kesal. Daku dengan santai nyautin, "Udahlah ... di rumah aja bisa main ma tidung sama si kuning ..." kwkwkwkwk ....

KELUARGA BESARKU

Siangnya, Bian, helper bagian rehab medic yang selalu antar jemput aku dari dan ke kamar selama therapy menuju ruang rehab medic mengetuk pintu, melongokkan kepala, "Kebiasaan deh, kalo sakit ga mo ngabarin. WA napeee ... ?" katanya sebel. Bian tahu daku sakit dari therapistku, mba Imi. Sebelum operasi, daku sempat mengirimkan pesan pendek ke sejumlah sahabat memohon maaf lahir dan batin serta doa berkaitan dengan operasiku. Kalau2 ga ada umur kan, daku sudah minta maaf, iya kaaan ... ?

Maka seperti biasa, setiap kali daku opname, maka Bian selalu daku minta menghabiskan seluruh jatah makanku. Hahahaha ... Sementara daku, minta tolong Bian pesenin nasi ayam penyet yang sambelnya, masya Allah pedesnya ... !!! Hahaha, gilingan ya, tp kali ini daku ga berani pesen itu ayam, perut kalau ngejan bakal sakit luar biasa.

Bada isya ya, kalau tak salah, teman2 serombongan dari rehab medic datang membseuk, mereka para therapists. Waaaah ... daku senang bukan main dan bisa ketawa2 (aslinya sih senyum2 doang, ga bisa ketawa kan ...?) Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah wa syukurillah ... gimana ya menjelaskannya ? Berada di antara orang-orang yang menyayangi kita itu sungguh luar biasa, nikmat sekali, subhanallah. Ga ke'omong lagi deh pokoknya.

Tulus sekali mereka sayang ma aku berarti ya selama ini. Bayangkan, sejak operasi meniscus akhir April lalu, therapy, opname lagi, operasi lagi, opname lagi, mereka selalu besuk, ikut mukul2in punggung daku saat meriang kemarin gegara panas tinggi dan badan sakit semua, dan sekarang mereka bikin daku ketawa2 senang ... Masya Allah ... !!! 

Kamis, 12 Oktober 2015, pagi2, Bu Emma, HRD Rumah Sakit Premier Bintaro yang rumahnya persis depan rumahku saat bujang, di Taman Permata 2 Bintaro, datang membesuk. Bu Emma ini, udah seperti apa yaaa ... kakak perempuan kali ya buat daku. Bayangin dunk, daku yang ga pernah punya rasa need untuk punya kakak (maklum daku anak paling besar), bisa menganggap somebody else sebagai kakak, apalagi kakak perempuan lagi, kan sesuatu banget tuh !

Maka kami pun berpelukan, saling memberikan ciuman hangat. Bu Emma baru besuk, karena sejak hari pertama daku opname, beliau sedang bertugas sama si gantengku (cieee ... si gantengku) ke Surabaya. Bu Emma sempat tuh, kirimin foto si ganteng dari Surabaya. "Dapat salam niiih dari dokter ***** ..." katanya. Daku pun GR maksimal la yaaaaouuww ... kampret tuh dokter, teteeeup somfereeeeett tampangmu itu dok, ganteng bangeeeet ... !!!  :p


HORE, BOLEH PULANG ... !!!

Maka Kamis siang menjelang ashar itu pun daku boleh pulang. Kembali dijemput mas Gofur, satpam rumah sakit, sahabatku itu, daku diantar ke lobi, tetaaap ... tanpa kursi roda, jalan saja pelan2.  Sementara si biru dibawa Pony, daku bulang bersama nyokap dan bokap.

Turun dari mobil, anak-anaku datang menyambut dunk, kangen banget keknya mereka, si kuning, si pincang, si kentek, si abu, si utih, si cemeng 3 ekor, dst. hahahaha ... Alhamdulillah sudah mpe rumah.

GENETIS CA

Jadi sementara ini daku istirahat (lagi) dulu. In shaa Allah Jumat, 20 November 2015 kontrol sambil melihat hasil patologi. Semoga, hasilnya bukan CA ya. Sebab, di garis ibu ada faktor genetis CA (kanker). Kakak perempuan ibu (bude) meninggal di usia kurang dari 50 tahun, karena kanker seviks. Jadi, daku yaaa ... sudah ada di rentang usia itu laa yaa ...

Mohon maaf lahir batin kepada semua handai taulan, para sahabat terkasih, brondong2 yang suka daku bully. Pasti selama ini daku buanyaak banget salahnya ya ... dan doa seorang sahabat itu adalah salah satu doa yang mampu menjadi syafaat kita di hari penghitungan nanti. Bahkan silaturahim yang terjaga di antara para sahabat semasa di dunia in shaa Allah dapat terjalin dan berjumpa lagi kala di surga nanti. Subhanallah ya, keutamaan menjaga tali silaturahim.

Itulah ibroh dari menjaga tali silaturahim. Sesungguhnya silaturahim itu melapangkan rezki, memanjangkan umur, serta menjauhkan diri dari bala atau celaka. Maka perbanyaklah menjalin silaturahim dan jagalah dengan sebaik-baiknya persaudaraan. Sekali lagi mohon maaf lahir batin, semoga Allah meridhoi hidup dan mati kita, dunia dan akhirat kita, menutupi aib dan keburukan kita, di dunia, akhirat dan hari kiamat. Menjaga kita dari fitnah dunia, akhirat dan hari kiamat. Aamin ... aamin .. aamiin ... yaa rabbal alamiin ... Barakallah ....

:*