Tuesday 28 April 2009

PEMIMPIN YANG ZALIM

Saat salah seorang karib semasa SMA saya meraih suara terbanyak secara mutlak menjadi walikota di kota kelahiran saya, begitu banyak kawan yang bersuka cita dan turut bangga atas keberhasilan si calon walikota. Tapi ada seorang sahabat yang berkomentar sangat, sangat, berbeda. Sahabat yang satu ini secara spontan mengomentari kemenangan si calon walikota ini dengan menyampaikan "innalilahi wainailahi ro'jiun ..." Untung saja, bursa komentar ini terjadi secara virtual melalui mailing list, sehingga apapun reaksi wajah pengomentar tidak terlihat. Termasuk reaksi saya yang tertegun cukup lama di depan kotak jinjing ajaib milik saya.

Menurutnya, bahwa menjadi pemimpin itu adalah sebuah amanah. Jadi dia tidak akan memberikan selamat pada sang calon walikota, hingga yang bersangkutan berhasil melaksanakan amanah yang dibebankan kepadanya dengan baik, hingga akhir masa jabatan. Begitulah, bagaimana seorang sahabat memandang sebuah jabatan sebagai seorang pemimpin. Intinya, bahwa menjadi seorang pemimpin mempunyai tanggung jawab yang besar menyangkut semua orang yang dipimpinnya.

Demikian pula halnya pemimpin kita dalam bekerja. Begitu banyak contoh pemimpin yang tidak amanah. Banyak pemimpin yang mencampur-adukan hal-hal yang tidak semestinya, menggunakan kekuasaannya untuk menyusahkan anak buahnya. Bahkan ada pula pemimpin yang dengan sengaja memperlakukan anak buahnya tidak dengan sepatutnya, melecehkan, merendahkan, mengintimidasi, membuat kemampuan anak buahnya menjadi kerdil dan tidak berkembang.

Pemimpin yang demikian ini mungkin lupa, suatu hari nanti, dia akan ditanyakan apa yang sudah dilakukannya selama menjadi pemimpin. Mereka juga mungkin lupa, bahwa hidup itu berputar, tidak selamanya dia akan berkuasa. Mereka pun bisa jadi lupa, bahwa doa-doa orang teraniaya sangatlah mustajab di mata Allah SWT.

Karenanya Allah SWT berfirman bagi umat manusia perihal memilih pemimpin bagi suatu kaum :

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang-orang kafir sebagai wali selain dari orang-orang yang beriman. Apakah kamu ingin menjadikan alasan yang nyata bagi Allah untuk (menghukum) kamu ?" Al Quran, Surat An Nissa, ayat 144

Sebaliknya, bagi para pemimpin yang diberi amanah pun diingatkan :

"Allah tidak menyukai kata-kaya jahat yang diucapkan dengan terus terang, kecuali dari orang-orang yang teraniaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" Al Quran, Surat An Nisa, Ayat 148

No comments: