Sunday, 15 November 2015

ANOTHER EPISODE OF MINE

IGD, DAY 1

Ceritanya ya Selasa itu, 13 Oktober 2015 daku meriang. "Seperti biasa", ga bisa bangun dari kasur, badan menggigil tapi suhu tubuh tinggi, sakit sekujur badan, kena air musuhan, kepala sakit luar biasa, ga kuat bangun, bangun bentar bawaannya mau rebaaaaaaahhh ... mulu ....

Bada ashar, mengalah pada alam. Sekuat tenaga nyupir ke IGD rumah sakit yang jaraknya cuma sekitar 4 km dari rumah. Langsung diinfus, muntah2, biasa deh, sakit ala gue ya begitu itu. Menjelang maghrib, akhirnya daku putuskan menghubungi teman2 di symphony, tempatku les piano. Adminnya orang menado, berasa saudara jadinya, gurunya brondong cupu2 kekinian, berasa punya adek laki2 .... (yaaah kalau bisa sih diembaaat ... buset daaah ... ! Istighfaaaar ... !!! hahahaha ... #becanda).

Mereka datang dengan khawatir, daku menunggu cek darah, dan hasilnya, yeaaaaay ... HB ku 6 (padahal HB normal perempuan 12,5) ! Maka dokter internist dipanggil, dan diputuskan daku harus opname malam itu juga. Dan daku, daku, daku ... tahu dunk ... sok super woman ... ? Menolak tegas untuk diopname. Alasannya ? Apalagi kalau bukan anak-anaku ... ? Kuning, abu, utih, kentek2, siapa yang urus kalau kutinggal prung begitu ? Teteuuup ... :p

Alhasil setelah teken surat di atas materai, daku pun melenggang pulang dengan pede, sok sehat, kelar diinfus paracetamol sekantong aja padahal, nyupir sendiri ke rumah, lemes2 ngangetin spageti yang kumasak paginya sambil berdiri doyong2 ...  :p

IGD, DAY 2

Daku pikir ini pagi mau siap2 berangkat ke rumah sakit untuk opname. Ternyata eh ternyataaaa ... daku ga bisa banguuuuunnn cuiii ... !!! Ini hari lebih parah dari yang kemarin ... ! Kebayang tanggungan kerjaan yang belum kelar. Belum paking baju, padahal koper di kamar atas. Belum beli makan kucing untuk ditinggal opname padahal ga' megang uang tunai (artinya daku kudu jalan ke toko karena ga bisa delivery). Belum nitipin cemeng padahal anak kucingnya ada banyak ... waduh pusiiiing palak berbie .... !!!

Maka, maksain mandi, pegangan tembok naik ke kamar atas ambil koper, lalu paking. Naik mobil, nitipin anak kucing, belanja makanan kucing sekarung, pulang, mpe pos jaga minta satpam ke rumah untuk nurunin karung makanan kucing, sekaligus naikin koper dari dan ke atas mobil. Daku sudah ga ada tenagaaaaa cuiii ... !!!

Bada dhuhur, meluncurlah ke rumah sakit, sepanjang jalan daku nabrakin separator jalan gegara badan udah oleng maksimal yeee ... dan setelah perawatan nyaris 6 jam di UGD gegara HB turun lagi di angka 5, akhirnya daku masuk kamar juga, opname .... Pfuuuiiiihh ....

"KAMU AMBIL STNK YA DI GAMBIR ..."

Nah ini dia yang bikin jantungan ... Lagi tepar-teparnya, Selasa siang itu, bokap telpon, minta daku nyusul ke gambir ambil STNK si jeruk. Bujug buneeeengg ... mana sanggup ... ? Saat daku terima telpon bokap aslinya daku lagi guling2 ga karu2an nahan sakit sendirian di kamar, masih di rumah, daku masih bisa acting dunk, "Halo ? Iya, aku ga' bisa, aku ada kerjaan ... (Selasa kan masih kerja harusnya, padahal tahu dah, daku mo mati rasanya, hahaha ...)" Kesimpulannya, "Oh, ya udah, dipaketin aja, alamat rumah kamu di-sms ya !" Whaaaaat ... pusing palak gini suruh sms, buka mata aja ga kuaaaaat ... !!!  :(

Siangan dikit, bokap telpon lagi, "Mana alamatnya ?" Siang lagi bokap telpon lagi, "Nanti kamu janjian aja sama temen bapak ambil stnk di McD BSD, ya ..." Siangan lagi bokap telpon lagi, "Ini no telpon temen bapak, kamu simpan nanti kamu telpon nomor ini ..."

Siangnya, temen bokap telepon, nanyain ini STNK mo diambil kapan, daku bilang, aslinya daku sedang sakit, tapi tolong jangan bilang bapak ya ? "Loh, kok ?" katanya. Iya, daku bilang, nti kalau daku sudah sehat daku ambil stnk nya. Yang ada siang kucari2 nomor telponnya di log tab, ga ada, ya sudah. Kumaha engke wae lah urusan stnk, ga mo pergi2 naik si jeruk ini ....

Rabu pagi2 masih belum jam 8, temen bokap sudah telepon lagi, nanyain itu STNK mo diambil kapan. Daku bilang daku masih meriang. Katanya, "Wah tahu gitu tadi diantar aja ya, saya pagi2 tadi sudah keluar padahal. Makan telor bebek ma madu, bla, bla, bla ... tahu dah ... " Daku cuma ho oh, ho oh, aja ....

Sorenya, bokap telpon lagi, "STNK nya sudah diambil belum ?" tanyanya. Dan setiap kali bokap telpon, daku yang njenggelek, akting seolah2 daku sehaaaaaaaaaattt banget ... getoooh, padahal daku lagi diinfus, dicolokin jarum tangannya kanan kiri gegara susah masukin infus, kedinginan, pusing kepala, meriang, semuanyaaa .... !!! Hihihihihi .... drama banget hidup gueee .... :p

KAMIS, 15 Oktober 2015

Sudah di kamar rawat inap. Suhu tubuh tetap tinggi, setiap hari sejak di IGD tgl 13 Oktober periksa darah, Hb, tidak juga bergerak, di angka situ2 aja. Dokter internist, masih berharap daku bisa naik Hb tanpa transfusi. Whatever, daku ga ngertilah soal gituan. Jadilah, sepanjang hari daku selimutan dan bolak balik matiin dan nyalain ac kamar gegara meriang. Badan bau acem, dasteran, ga bisa dan ga boleh mandi, pokoknya jelek maksimal.

Menjelang tengah malam, menggigil semakin tidak tertahan, daku sudah pakai 2 selimut. Lewat tengah malam, asli badan ini sudah tidak kuat, tapi saya masih 'bernego' dengan diri sendiri, pencet bel ga ya panggil suster, kasihan, jam segini sedang enak2nya tidur soalnya. Menjelang jam 2 dini hari, daku menyerah, daku pencet bel, karena badan sudah berguncang-guncang tidak terkendali.

"Suster saya minta selimut ..." pinta saya. Suster bergegas mengambil sebuah selimut lagi, jadilah saya mengenakan 3 selimut. "Suster tolong pasangkan warmer ..." saya merasa semakin tidak karu2an. Suster bergegas keluar mengambil warmer machine yang dilengkapi selang besar berdiameter 12 cm seukuran paralon. Dua orang suster stand by bolak-balik menjaga daku di kamar. "Suster tolong panggil dokter, saya sudah tidak kuat ..." , tak lama, "Suster saya minta selimut lagi ..." Dan daku pun ditutupi oleh 4 lembar selimut tebal, warmer machine menyala dan selangnya menyelinap di antara kaki, ac kamar mati total, dan badan daku pun semakin terguncang-guncang tidak karu2an.

"Suster tolong peluk saya, tolong peluk saya ..." saya meminta dengan berusaha keras untuk membaca istighfar yang itu terasa sangat susah karena sungguh ini sekujur badan berguncang sangat hebat. Kaki pasca operasi meniscus pun sakit bukan alang kepalang.

"Suster tolong tindihin saya ..." saya kembali meminta dengan iba. Seorang suster serta merta memeluk daku dengan erat dan menindihi tubuh daku ini di sepertiga malam yang sangat mencekam itu. Saya berpikir, begini rupanya orang mau mati. Apa daku mau mati ? Daku terus kejang-kejang hingga menjelang pukul 6 pagi dan badan terasa lelah sekali dan nyeri di kedua lutut kaki .... 


JUMAT, 16 Oktober 2015

Suhu badan terus tinggi ga turun-turun. Pagi2 daku dirujuk ke Obgyn untuk memastikan penyebab HB rendah. Begitu ketemu dokternya, perempuan, tegas banget, daku langsung ciut hati. Daku langsung papsmear, sambil jejeritan. Air mata tumpah sudah ga ketahan ....

Pindah kasur, langsung USG. hasilnya, tumor, 7 cm kata dokternya. Reaksi daku ? I was feeling so numb ....


SABTU, 17 Oktober 2015

Pagi-pagi, suster mengabarkan, hari ini daku akan menjalani transfusi. Fine. Bada ashar, mereka mulai mempersiapkan diri. Tiga orang suster bergantian berusaha memasukan jarum transfusi ke punggung tangan kiri daku yang sudah dedel duwel tak bersisa tempat lagi gegara sudah dicolok jarum infus sejak masuk IGD 2 hari berturut-turut pada Selasa dan Rabu. Sementara posisi yang ada sekarang, infus sudah susah masuk, tangan kanan sudah bengkak minta ampun.

Akhirnya suster kepala datang, dan urusan jarum transfusi pun kelar. Menjelang maghrib, berbarengan dengan adzan maghrib, transfusi pun dimulai. Di saat bersamaan, seorang sahabat yang baru menjalani operasi meniscus yang biasa menghabiskan waktu bersama selama dirawat di rumah sakit, berpamitan pulang, daku ditinggal sendirian. Maka daku hanya sanggup mengangguk sedih, sementara air mata menetes, mengalir tak terbendung. Sedih bukan main ....

Daku pun mulai sesak napas. Suster buru-buru mengambil selang oksigen dan memasangnya di hidung. Daku mulai pusing dan pasrah, mau apa lagi, coba ? Ga ada ....

Menjelang tengah malam, transfusi mandeg, pindah jarum infus lagi, entah untuk yang ke-5 atau yang ke-6 kalinya ! Akhrinya balik lagi ke tangan kanan ! Subhanallah ! Lepas pukul 3 dini hari, lanjut ke kantong darah kedua.

MINGGU, 18 Oktober 2015

Daku ga mandi seharian. Transfusi 2 kantong darah @ 250 ml yang dimulai maghrib kemarin itu baru kelar menjelang ashar hari ini !

SENIN, 19 Oktober 2015

Hasil tes darah, Hb daku dari 5 naik jadi 9,4 setelah transfusi. Masih jauh dari angka normal Hb perempuan yang seharusnya di kisaran 12,5. Tapi Alhamdulillah, daku sudah boleh pulang.

JADI ?

Well, jadi rupanya ... tumor itulah yang menyebabkan Hb daku rendah dan drop secara drastis. Pantas saja selama ini setiap kali daku therapy, setiap kelar satu alat, daku ngos2an sudah kecapean. Alhasil setiap kelar therapy dengan satu alat, daku kudu istirahat. Itu pun therapy baru berjalan 5 - 7 menit dari 15 menit waktu yang diporsikan, daku sudah ngga kuat. Therapist pun heran, pasalnya dosis tidak ada yang berubah, masih sama porsinya seperti therapy selama ini.

Sementara yang menyebabkan panas tinggi hingga kejang-kejang adalah infeksi saluran kencing. Penyebabnya, gegara ruang kerja sekarang pindah ke atas, dan di atas tidak tersedia kamar mandi. Alhasil setiap kali ingin pipis, dengan kondisi kaki begini dan notification letter dokter fisiotherapy yang menyarankan daku restriction naik turun tangga, maka daku sering menunda buang air kecil. Akibatnya, tentu sajalah, infeksi saluran kencing, karena urine yang notabene kotoran, berkumpul cukup lama di kandung kemih selama berjam2. Maka panas tinggilah daku disertai rasa nyeri hebat dan kesulitan buang air kecil.

Kesimpulannya, tumor itu harus diangkat. Tapi tentu tidak dengan kondisi daku yang masih oleng seperti ini. Maka daku pun harus mempersiapkan diri agar kondisi tubuh fit terlebih dulu, Hb mendekati normal sesuai saran dokter, sedikitnya di atas 10, dan daku perlu cari 2nd opinion. Dan saya berhitung, in shaa Allah di sekitar tanggal 9 atau 16 November 2015, saya jadwalkan untuk operasi, bila masih ada umuuuur ....

Sunday, 11 October 2015

KOK BISA YA ....

Selfie itu ....

Takjub juga sih mengamati foto2 selfie beberapa pemilik akun di media sosial selama ini, baik yang di fb, instagram, path, twitter, line, whatever lah. Yang membuat saya ga habis mengerti tuh ....
  1. Selfie muka atau diri tiap hari, selfie model ini bener2 cuma mo ekspos keelokan atau ketampanan diri, karena biasanya hanya fokus pada muka atau tubuh secara keseluruhan dengan pose2 yang menakjubkan .... Jadi pamer cakep gituuu ...
  2. Selfie aktivitas, nah kalau yang ini agak mending. Selfie model ini pamer hebat, hebat kerjaan, hebat liburan, hebat aktivitas, hebat kepemilikan dari yang property, mobil, gadget, meeting, dst, pokoknya yang material lah ....
  3. Selfie alusan, hehehe ... kalau yang kelompok ini jarang unjuk muke, tapi lebih pada simbol2 aja, yang nge-zoom pada equipment atau perabot yang lagi jadi urusan saat itu. Jadi cuma nice to know aja getoo, pengumuman ala kadarnya .... Jadi nunjukin laptopnya, obeng, perkakas, kuliner, yang getoh2 deh ....
Tapi yang lebih menakjubkan lagi tuh, lazimnya kan perempuan-perempuan keceh ya, atau setidaknya para perempuan yang merasa dirinya keceh getoooh yang suka selfie ... Nah, kadang nemuin juga tuh, selfier yang cowok2 kekinian getoooh, yang agak di luar kelaziman. Pasalnya, selain sangat update, nyaris tiap hari selfie, outfitnya juga sesuatu, ga jarang posenya itu ... sumpah mampus dah, niat banget ... Yang bikin daku penasaran, para lelaki ini saat mo selfie, ngomongnya gimana getooh sama orang lain yang dimintain tolong untuk motretin ? Kepo banget ga sih gueeee ... ? Usil bingits ....  :p

ALASAN OBYEKTIF

Satu-satunya alasan daku ga terlalu sering berselfie getooh, ya karena nyadar bangetlah kalau daku tidak tergolong cakep dan layak tayang untuk berselfie saban hari. Asli dah, itu alasan paling jujur dan mendasar kenapa daku lebih sering selfi-in sepatu, the one and only thing I love ....

Beda dengan mereka yang sadar diri bahwa mereka memang good looking ya, terutamanya perempuan, asli tuh kalo selfie asli niat banget mematut diri. Pokoknya buset banget dah narsisnya.

Terlepas dari soal agama sebagai hal yang paling mendasar dalam hidup sebagai tuntunan manusia, selfie berlebihan secara psikologis juga dianggap kurang pas karena narsis yang over dosis. Jadi pribadi yang kepedean gitu alias over self confident ...

Judulnya sih daku ga suka ...
Halusnya sih sirik ya karena kalah cakep ... hahahaha ....

Tapi plis deh ... jangan lebay kali yaaa ....
"Narsis banget siiiiiiih ... ?"
mencintai dan mengagumi diri sendiri secara berlebihan tuh ga banget tahuk ....

Iya tahu sih, pada cantik dan ganteng ....
Tapi selfie begitu yang mpe niat banget mematutnya itu, potensi ngundang syahwat tahu ....
Coba bedain deh, pasti ada bedanya, antara yang selfie untuk have fun, lucu2an, dengan selfie yang memang niat banget pamer cakep ... Duh ... gak banget deh ... Keknya dengan cakep kelar udah urusan ....

Jadi, mohon maaf lahir batin ya ...
Sekali lagi daku ngaku nih, kalaupun daku ga ngikut selfie, karena daku jg ngukur diri ....
Daku kalah cakep dengan mereka semua yang suka selfie gegara daku ga punya potensi yang bisa diselfie-in ...
Judulnya sirik .... hahaha ....

Btw, timbang selfie, mending syiar ... .
Sampaikanlah barang satu ayat ....

Sekali lagi, mohon maaf lahir batin ya ....

Wednesday, 30 September 2015

REJEKI TIAP ORANG KAN BEDA-BEDA, MBAK ....

Betapa congkaknya daku, dan dengar respon brondong yang satu ini, daku sungguh terkesiap dan disadarkan ....

Biasanya, karena urusan daku tiap hari kerja ketemunya orang2 kantor, jadi daku berpikir semua orang yang daku hadapi itu kondisinya sama. Jadi, singkat kata, daku ini gemar sekali ngompori (memotivasi) orang muda untuk melakukan banyak hal positif selagi masih muda, seperti nyuruh sekolah lagi, nyuruh beli LM (logam mulia) untuk tabungan, beli rumah, dll. Nah, jadi saben kali ketemu pegawai baru di kantor tuh, daku demen banget tuh ngompor2in mereka untuk melakukan hal2 itu ....

Ceritanya, saat beberapa minggu lalu daku les piano, daku melakukan hal yang sama pada guru pianoku itu. Padahal guru pianoku itu, sepertinya memang seorang musisi sejati gitu, jadi ya aktivitasnya saat ini memang 'hanya' bermain piano dan mengajar di beberapa sekolah musik. Sebelumnya konon si cute2 ini memang pernah bekerja di salah satu consulting firm yang berhubungan dengan periklanan karena si cute2 memang sarjana komunikasi jurusan periklanan, tapi berhenti karena memang pasionnya adalah bermusik.

Sementara menurut Mba Pop, person in charge di tempat daku les piano, si cute2 ini tipikal orang yang menikmati hidup. Jadi si cute2 bukan model orang yang ngoyo, bahwa hidup kudu gini, kudu gitu. Singkat kata ga seperti daku yang sangat targeted dalam hidup dan harus well planned tentang segala sesuatu. Maka saat daku terlibat obrolan pendek menjelang shalat maghrib berjamaah bersama si cute2, daku berasa salah ngomong gitu ....

Gw             : "Memang Oktober nanti ulang tahun ke berapa sih ... ?"
Guru piano : "Ke berapa ya ?" cengar-cengir ga mau kasih tahu gitu
Gw             : "Halah, ke-xx aja ..."
Guru piano : "Lha itu tahu ... kok tahu sih mba ?"
Gw             : "Brondong model kamu mah dah kebaca berapa umurnya ..."

Simak betapa congkaknya kalimat daku berikutnya ....

Gw             : "Waktu aku seumur kamu, aku sudah beli rumah sendiri ...."
Guru piano : "Kan rejeki tiap-tiap orang beda-beda, mba ..."
Gw             : "Oh iya yaaa ..." #makjleb

Congkak yaaa ... ?
Salah sasaran ...
Dan itu sungguh bukan sebuah ukuran ....

Walaupun niatku baik untuk memotivasi.
Karena yang daku hadapi adalah seorang muda lelaki,
yang daku pikir akan mengimami ....

Tapi obrolan singkat itu sungguh menampar muka.
Agar daku lebih berhati-hati saat berkata-kata.
Tidak menyamakan semua hal yang ada di depan mata.

Tidak semua orang itu choleric kan yaaa ...
Apalagi, tidak semua orang itu choleric melancholic ....
Kecuali daku dan si ganteng - dokter orthopaedist-ku,
yang ulang tahunnya cuma beda sehari, jadi cama percis perilakunyeee ....
cama-cama choleric melancholic (sempurna) ...
eeeaaaaa ... balik lagi ... teteeeeuuup ....  :p

Jadi ya ... pelajaran yaaa ...
Jangan congkak lagiiii ....

Monday, 28 September 2015

Hasbunallah wanikmal wakil

Yaa Rabb ....

Sesungguhnya aku malu menjadi diriku ini,
Kehinaan ini teramat tak mampu aku hindari

Sungguh aku bersyukur atas segala nikmat dan karuniaMu, Ya Rabb,
Sungguh tiada kesusahan yang mungkin menjadikan aku mati karena kelaparan, kehausan ataupun kehujanan,
Tapi sungguh bukan itu ....

Ya Rabb ....
Sungguh keistiqomahan adalah sebuah keniscayaan
Betapa malu diriku ini Ya Rabb
Betapa tak mampunya daku ini Ya Rabb
Betapa hinanya

Ya Rabb ....
Ridholah Engkau kepadaku
Demi Allah maka merugilah diriku ini bila merasa tak mampu
Demi Allah maka betapa kufurnya daku ini bila berputus asa 'hanya' karena ini,
hanya karena ini Ya Rabb ....

Astaghfirullahaladzim Ya Rabb ....
Ampun ....
Demi Allah ampuni aku ....
Tolonglah aku ....

Yaa Allah,
Yaa Rahman,
Yaa Rahim,
Yaa Karim,
Akankah semua ini berakhir ?
Maka bila kebinasaan dan ajal menjemput,
akankah itukah akhirnya ... ?

Sesungguhnya diriku sangat hina,
dan taubat nasuhaku ....
Masya Allah ....
Sungguh-sungguhkah aku dengan itu ?


Ya Rabb Maha Pengasih lagi Maha Penyayang ....
Maka kasihanilah aku,
Kasihanilah aku,
Cukup Engkau saja penolongku Yaa Rabb,
Maka cukup Engkau sajalah penolongku ....

Selamatkanlah aku dari segala kehinaan ini,
Selamatkanlah aku dari fitnah dunia dan akhirat,
Maka peluklah aku Yaa Rabb ...
sungguh aku rindu ...
Maka biarkanlah aku,
Perkenankanlah aku,
Ijinkanlah aku,
Menjadi seorang perempuan yang mulia ....
Oh Yaa Allah sungguh aku malu dengan permintaanku ini ....

Astaghfirullahaladzim,
Astaghfirullahaladzim,
Astaghfirullahaladzim,

Tapi aku sungguh lelah menjadi perempuan yang hina dan tidak berharga,
Betapa beratnya mengistiqomahkan diri,
Maka berikanlah aku hidayahMu Yaa Rabb,
Maka curahkanlah aku berjuta karuniaMu,
Karena hanya Engkau sajalah yang mampu membolak-balikan hati manusia,
Karena hanya Engkau sajalah yang kuasa menentukan kepada siapa-siapa saja yang Engkau perkenankan memperoleh hidayahMu,

Maka kasihanilah aku, Yaa Rabb ....
Maka tolonglah aku ....
Tolonglah aku ....
Selamatkan aku dari kehinaan ini ....

Hasbunallah wanikmal wakil, nikmal maula wanikman nasir ....

Sunday, 13 September 2015

SINAU SUGIH ....

Kandani, dadi sugih kuwi kudu sinau. Ngopo ndadak sinau ? Ben rak katrok, rak keblinger.

Kandani, dadi kere kuwi gampang, mergo gak ono pilihan, garik dilakoni wae. Paling banter wong liyo mung 'mesakno' yen nyawang. Tapi yen wong bioso, ojo maneh sing bioso kere, arang mangan daging, sesasi mangan ayam awit cilik mung pisan opo pindo, ujug2 gede gajian 50 yuto, kandani ... mesti norak tur kaget tingkat dewaaaaaa .... !!! Tenaaaan ... !!!

Kandani, dadi wong sugih gak gampang, yen bioso dadi kere yo. Bioso lungo wc ndodok, ujug kon lungguh. Bioso adus jebar-jebur, ujug2 mlebu bak, nggo pancuran sing mbuka-nutupe wae gak ngerti thooo ... ?

Kandani, dadi wong sugih duit akeh ojo kagetan njuk keno syndrom OKB alias orang kaya baru. Marakno wong sing nyawang ki sebel tur misuh, mego ndelok wong kemaki.

Kandani, nduwe duit akeh gak jur kabeh urusan iso bar rampung urusane ngenggo duit. Geguyuban kuwi gak iso tuku nggo duit.

Dulur lan wong tuwo adoh ujug2 butuh ditulungi, sing bakal nulungi duduk duit, tapi tonggo cedak. Sing ngonoan kuwi coro inteleke ki immaterial, alias priceless rak iso dibayar nggo duit.

Maringono, dadi sugih, nduwe duit akih ojo keblinger. Opo maneh yen pelit, njijiki. Lagi sugih pirang sasi wis kaget yo rak mantesi tho yo ... yen sugihe kuwi permanen awit cilik mbah buyutue pancen turunan sugih, yo rodo ngga popo lah yen meh kemlinti tur kemaki. Tapi yen awit lahir kere, ujug2 lagi pirang sasi sugih terus kemaki kan ... ndeso ... katrok, ngisin2i ....

Ojo maneh, wis duite jarene akih, tapi utange yo akeh, mergo opo ? Yo mergo kuwi ... keblinger, ga iso noto awak. Dadi utangan yo soyo akeh, blonjo kartu kreditan terus. Lah, ngetoki bodone kan ... ? Ngetoki yen dadi sugih kuwi pancen kudu sinau ....

Wong sugih, dadi gak sugih rak bakal kaget, bioso wae. Yo sing rak kuat paling stress terus edan. Tapi yen sing apikan yo bioso wae, jenenge wong urip. Mengko mbalik maneh sugih yo tetep apikan ....

Piyeeee .... ? Sugih lagi pirang sasi moso meh dumeh .... Hadeeuuhh ... Kapokmu kapan ... ?

:p

Friday, 3 July 2015

HARUSNYA ...

Sebulan ini jatah paket therapy daku tambah banyak frekuensinya, tambah banyak ragamnya, tambah lama waktunya. Tapi daku, kondisi mental lagi di kuadran 4 nih posisinya.

Daku lagi bosen ga sembuh-sembuh. Daku lagi cape bengkak ga kelar-kelar. Daku lagi trauma dengan 'footnote' - eh kaya skripsi/thesis aja ada footnote-nya, tapi ini dalam arti yang sesungguhnya, catatan kaki, kwkwkwkwk ... kalau hingga minggu ke-2 Juli 2015 bengkak di lutut ga kempes dan suhu ga turun juga, maka akan dilakukan tindakan, disedot lagi dah tuh cairan. Dan daku ga mau laaaaagiiiii .... Kapoooookkk ... !!!

Perkaranya, stress dikit, gw mens, cape dikit therapy, gw mens, cape dikit ngemal, gw mens, minimal nge-flek deh. Jadi gimanaaa ... ? Note terakhir dari si ganteng, therapy ga boleh intens, note terakhir dari dokter senior nan baik hati itu, therapy ga boleh agresive (pada bae yak ?). Tapi kalo ga therapy ga sembuh2, tapi kalo therapy digeberr, beginih nih hasilnya. Bingung kan jadinya ... ?

Jadi harusnya kemarin daku therapy, daku ga therapy. Jadi sekarang harusnya daku therapy, karena besok medical rehab libur. Cuma, cuma, cumaaaa .... Beli semangat di mana sih ... ? #ampunyaaRabb

Tuesday, 30 June 2015

GURU MADRASAH

"KAKAK KAYA ORANG TUA ... "

Ceritanya naksir baju di sebuah butik sederhana dekat rumah. Ada 2 (dua) warna dengan model yang sama. Sayang tak ada warna pink kesukaan saya, adanya warna putih + gold dan peach + putih.

Seperti biasa, baju pilihan saya biasanya yang girly-girly gitu dan dengan disain feminine. Saya tidak suka baju berdisain kasual atau androgine. Saya juga tidak suka baju warna gelap seperti biru, coklat, merah. Kebanyakan baju saya warna soft saja, maklum ... berasa hitam. Jadi kudu cari baju yang ramah di muka ... Hahahaha ....

Nah, maka mencobalah saya baju berbahan full brokat warna peach itu. Baju berpotongan A - line terusan tanpa lengan itu berpadu dengan mini jacket berpotongan princes warna putih, juga berbahan brokat. Jaket ini dipermanis dengan aplikasi brokat dan payet sederhana warna peach sehingga terkesan manis dan girly2 gitu deh. 

Begitu pun dengan baju terusannya, pada bagian pinggangnya teraplikasi brokat warna senada dengan payet sederhana sebagai aksen pemanis di garis pinggang.

Setelah mematut diri, saya agak ragu. Honestly, karena bagaimana pun ini bukan warna kesukaan saya. Walaupun peach merupakan warna lembut, tp aslinya peach itu adalah warna orange yang nyolok banget menurut saya.

Maka saya mencoba warna yang lain, yaitu putih. Modelnya sama. Hanya saja, yang ini gaunnya berwarna putih, blazernya berwarna gold.

Setelah mematut-matut lagi, akhirnya saya panggillah si mbak penjaga toko untuk memberikan penilaian. Tahu ga, apa katanya ... ? "Yang putih bagus ya, kak. Terkesan mewah dan anggun. Tapi sepertinya kakak lebih cocok pakai yang peach ..." katanya.

"Yang putih, saya pakai jadi kaya orang tua ya mba ?" tanya saya polos. "Hahaha ... iya kak. Saya dari tadi mau bilang tapi takut kakak tersinggung ..." kata si mbak. Kita ketawa ngakak deh di ruang ganti yang sempit itu. 

BUKAN GUE BANGET

Ternyata ya ... masalah pakai baju tuh labelling banget ya. Identik banget. Selama ini pilihan baju saya ya begitu itu. Kebanyakan warnanya pink, dari yang baby pink, dusty pink, shocking pink, fucia, atau ungu tapi teteeeuup ... yang berpadu dengan warna pink.

Disainnya, ya gitu deh ... potongan boleh jadi sederhana atau simple, tapi tetep ada aplikasi pemanis yang girly2 gitu. Atau, potongannya ala princes banget, dari rok yang bertumpuk, blus ber-ruffles, aplikasi renda hingga pita. Paduannya, ya high heels stiletto pink atau beige, atau boot.

Makanya, sekali waktu nih, daku ngantor pakai rok potongan A line warna  biru donker berpadu dengan blus biru langit flower print putih abu2 kecil serta berkerudung donker, itu brondong di kantor langsung komentar, "Mbak, kok kaya guru madrasah sih pakai bajunya ... ???" Buseeeeeettt ... !!!

Aduh, maaf ya para pahlawan tanda jasa madrasah, bukan bermaksud underestimate, tapi maksudnya pilihan pakaian saya hari itu, bukan gue bangeeeeddsss ... !!!

Di kesempatan yang lain, saat saya mengenakan rok dengan potongan yang sama berwana krem dengan paduan blus apa ya, saya lupa. Itu yang namanya orang komplen seharian setiap kali papasan sama saya agak2 ga berhenti gitu. 

Seorang teman bagian pemasaran bertanya dengan penasaran, "Kamu kenapa pakai baju seperti itu ... ?" Satpam, satpam niiiih ... pun komplen, "Mbak, kenapa bajunya begitu ... ?" Kalau saya tidak pakai kaca mata, satpam juga yang komplen setiap kali saya lewat di pos 1 penjagaan, "Kaca matanya mana, mba ?"

Kalau saya pakai sepatu teplek, teman2 kantor pun berkomentar, "Loh, tumben pakai teplek ... ?" Kalau saya pakai celana panjang (saya jaraaaaaaaaaaannnnnggg sekalai pakai pantalon atau celana panjang), mereka pun komentar, "Kok pakai celana panjang ... ?" Kwkwkwkwk ...

Padahal bukan siapa2 ya, tapi dikomplenin mulu ma orang kalau penampakan tidak sesuai standar dan ga mencerminkan gw banget dalam keseharian. Makanya, geli juga, bisa ya gw, ngantor rapi gitu, tapi kalo ngemall, sekolah, ke rumah sakit/dokter, jalan2 ke mana gitu, penampakan bias dekil abis gitu.

Habisan ya menurut gw, masa orang suruh total football ya 24 jam keceh badai terus ? Kan cape yeeeess ... ? Dan yang terpenting kesian badan kite juga suruh stay tune keren terus. Pan pada saat kita tampil keceh, itu yang namanya gesture, cara jalan, sikap, dan seterusnya kan harus sinkron. Pakai baju anggun ya jalannya harus yang anggun, sikapnya juga gitu. Masa penampakannya anggun sikapnya tomboy kan ngga banget dunk ya ....

Makanya, daku pakai pantalon/celana panjang itu kalau kepaksa aja, saat olah raga di kantor tiap jumat misalnya. Atau saat konvoi komunitas roda empat. Selebihnya mah, ga suka pakai celana panjang.

Daku baru kerja berbilang tahun2 pertama, saat hadir di sebuah undangan teman kantor yang menikah, salah seorang sekretaris senior komentar, "Firlly rapi amat ..." gegara saya datang berkain kebaya dan bersanggul rapi sederhana. Tiba2 seorang sekretaris senior yang lain langsung nimpalin, "Oh dia kalau kondangan selalu rapi, berkebaya dan bersangul (jaman jahiliyah, belum berkerudung)..." tanpa daku sempat jawab komentar sebelumnya. Hehehe ...

Seperti saat komunitas roda empat road show dan mengunjungi istana dan harus mengenakan batik, ya saya tetap memilih pakaian favorit saya, kebaya ! Hahaha ... biar kate nyupir jugaaa ...   :p

Jadi yang gitu ya, kalau sesuatu sudah melekat, maka agak susah juga saat kita beda dikit, langsung dikenalin dan ujung2nya dikomplen orang. Padahal, badan, badan kite yeeesss ... ?

Saturday, 27 June 2015

KISMIN TINGKAT DEWA

Ini kejadian paling konyol dan ga' banget deh.

Ceritanya pagi tadi  daku berangkat kampus dunk, mo kuliah. Sekitar pukul 08:45 wib saat memasuki kawasan ratu plaza, saya menghubungi adik saya, detya ....

Gw    : "Ndul, isikin pulsa aku dunk, pulsaku abing ..."
Detya: "ATM aku isinya tinggal Rp. 56.000,- dan aku belum gajian ..."
Gw    : "Loh, kok bisa sih ? ATM aku tinggal Rp. 116.000,-" semalam ngecek ke atm angkanya mmg segitu. Hahahaha ...


Kwkwkwkwkwk ... kismin banget yak ? Fakir banget kitah ... ! Kismin kok kompakan ...  :p

Kejadian yang kedua kali ni, bokek tingkat dewa tapi si ciprat ma si jeruk posisi bbm - nya pul teng. Kapan tahu, mau beli makan ga ada duit sama sekali di dompet, sementara gerobak malah pul teng bbm-nya. Sekarang kejadian lagi, mo isi pulsa dang adong hepeng, sementara bbm si ciprat & si jeruk, lagi2 malah pul teng ... Gebleg bingit yak gw ...  :p

Sunday, 3 May 2015

BALADA BEROBAT SALAH KOSTUM

Ceritanya ....


Catatan kali ini adalah berkisah tentang pengalaman saya, suka duka saya saat berobat ke dokter di sebuah rumah sakit bereputasi baik, dekat rumah. Apapun kejadiannya, semua cerita ini bukan komplen, bukan juga marah, apalagi seriusan segala sesuatunya. Asli semua ceritanya bukan settingan, tapi ga usah diambil serius maksudnya. Rekaman kejadian-kejadian ini lebih sebagai pengalaman saja bagi saya agar memperbaiki diri. Kalau lucu dan menghibur buat yang baca ya Alhamdulillah. Kalau nyebelin dan lebay, ya mohon maaf yaaa ....

JADI ....

Ceritanya daku pergi berobat Jumat, 24 April 2015, menemui spesialis tulang (orthopaedic). Persoalannya, saat pergi berobat itu, aslinya daku sedang tidak enak badan akibat mriang sejak kamis sore. Akibatnya, Jumat pagi pun ga bisa bangun karena badan menggigil sepanjang malam, dan kepala sakit hingga pagi hari. Lantas, sakitnya meriang kenapa perginya ke orthopaedic ... ?

Nah ... berawal sejak lebaran tahun lalu, daku kan diopname tuh di Tegal, gegara tiba-tiba badan meriang, badan ngilu seluruh engselnya dan buku-buku jari tangan, kaki, pergelangan tangan & kaki lemes semua. Anehnya, kelar opname, hampir 3 (tiga) bulan setelahnya lutut kaki sebelah kanan tuh berasa sakit luar biasa. Alhasil, selama berbulan-bulan itu pula daku jadi susah sholat, susah jalan. Sholat dilakukan sembari selonjoran kaki, dan bangun dari sholat pun harus dibantu orang.

Sekarang, beberapa minggu menjelang ramadhan, daku pun jadi sedikit gusar. Pasalnya ini kaki sakitnya belum kelar juga sudah hampir setahun berjalan. Maka mumpung 'libur' (tepatnya sih karena meriang) itulah saya menyempatkan diri ke dokter spesialis tulang untuk cari tahu sakitnya apa'an ....

NORMALNYA ORANG SAKIT

Normalnya sakit ala saya itu, kalo sedang sakit ya penampakan seada-adanya. Biasanya saya rapi kalau ngantor doank, selebihnya, bakal seada-adanya, ke mall ya ga dandan yang gimana gitu. Nah, terburuk ya penampilan saya saat sakit.

Dulu, saat saya sakit kepala gara-gara sinusitis, saya pernah dilecehin dokter specialis THT dan dianggap ga mampu bayar biaya berobat, lantaran ya itu, saya menduga penampilan saya saat ke dokter super duper dekil banget. Laaaaah ... giliran ini kali ke dokter lagi, hal ini terulang lagi. Bukan dilecehinnya, tapi penampilan super duper dekilnya itu yang tak termaafkan ....

MATI GUE, SALTUM !

Singkat cerita, saya disaranin oleh klinik kantor untuk menemui orthopedist alias dokter spesialis tulang, sebut saja Dr. Fulan yang katanya praktek di rumah sakit dekat rumah. Nah, saat Jumat, 24 April saya datang mencari dokter yang dimaksud, ternyata dokter tersebut ga ada. si petugas pendaftaran bilang, adanya "Dokter Fulani". Oke deh, itu juga ga apa, jawab saya enteng. Siapapun deh dokternya, ga penting juga, lawong saya ga tahu dan ga punya referensi apa-apa tentang dunia perdokteran ....


Maka menunggu giliranlah saya untuk dipanggil. Tiba giliran saya dipanggil masuk ruang periksa, "Oh, noooooo ... ! Mati gue, gue saltum !" Sementara di hadapan saya ada seorang dokter ganteng, muda, dan asli bikin saya mati gaya. Sialnya, siang itu saya cuma pakai baju seadanya, baju jersey korea warna coklat, bukan warna gw banget, ma kerudung bodo warna gold dengan payet kampung beli di pasar (kebayang donk), plus sandal japit biru merek bata Rp. 99.000,- ! Itu pun masih ditambah dengan kebiasaan saya yang ga pernah dandan, kecuali kondangan ! Sempurna ... lengkaplah sudah !

Dan, dimulailah tanya-jawab itu, keluhan saya apa, penyebabnya apa, kapan kejadiannya, olah raga saya apa, hingga periksa fisik, kondisi lutut saya. Dan selama tanya-jawab itu, saya pun beberapa kali gelagepan ga bisa jawab lantaran gagal fokus gegara terganggu wajah gantengnya. Gini deh rekamannya ....


Dokter ganteng : "Boleh saya lihat lututnya, Bu ?" (Buseeeet, gue dipanggil "Bu")
Saya                 : "Waduh, kaki saya isinya cakaran kucing, dok ..." jawab saya bego.
Dokter ganteng : "Ga pa-pa, Bu, saya cuma mau lihat lututnya kok, bukan mau lihat kulitnya..."

Pohon toge mana pohon toge, gue mending bunuh diri deh daripada malu begini. Asal tahu aja ya, daku nih kan item asli ya, jadi kebayang dunk kakiku tuh itemnya no excuse deh. Sementara itu dokter putihnya seperti pualam. Jangan tanya halusnya itu telapak tangannya ! Daku masih bisa rasakan kelembutan tangannya seperti bantalan tangan bayi ! Dan kini, daku terpaksa dengan suka rela mengangkat rok hingga di atas lutut untuk memberi kesempatan jari-jari tangan dingin si ganteng itu mengobservasi area lutut saya. Sementara itu, mata saya pun memandang tembok, hopeless tak berdaya ....





"KALO KAMU ..."

Senin, 26 April 2015, pukul 13:00 wib, berbekal hasil rongten dan MRI, saya pun kembali duduk manis menunggu giliran konsul hasil foto. Nah ... hari itu tak mau mengulangi kesalahan yang sama, daku datang agak rapihan lah. Aslinya senin tuh pakai seragam putih item. Tapi seperti biasa, saya ga pernah tuh pakai putih item, standar adalah blus putih dan rok pink, titik. Maka hari itu, saya pilih kebaya encim putih bordir baby pink berkamisol plus kain batik dililit disertai kerudung warna senada, baby pink, plus high heels stiletto kesayangan. Dan siang itu pun, beliau menyapa saya dengan "kamu" ... bukan "ibu" lagi. Hahahaha ....

Kesimpulannya, saya disarankan melakukan operasi pada selaput ligament di lutut sebab bila tidak potensi pada pengeroposan tulang secara dini. Lalu kami pun berembug soal jadwal operasi. Sementara saya terdiam beberapa saat bingung mikirin jadwal kuliah dan mobilisasi pasca operasi, saya cuma mikirin perlu operasi secepatnya, minimal Rabu, 28 April 2015. Tiba-tiba sang dokter mengusulkan, "Gimana kalau hari Rabu ?"

Tuing, tuiiiing ... "Asli dok, dari tadi saya juga mikirin hari yang sama karena saya mesti pertimbangkan jadwal kuliah" jawab saya hepi gitu. Jadilah kami sepakat operasi hari Rabu, 28 April 2015 sekitar pukul 13:00 wib.

KLEPEK-KLEPEK

Alhasil, sang dokter minta maaf karena memundurkan jadwal operasi ke hari Kamis, 29 April 2015 pukul 14:00 wib. Hikmahnya, Selasa saya masih bisa ngantor, sounding ma petugas admin kantor perihal rencana operasi saya, dan di hari Rabu saya bisa ngacir cari second opinion.

Maka di hari operasi itu, request saya, minta sebisa mungkin paramedis di ruang operasi adalah perempuan, dan minta tidak pakai kateter. Dan si ganteng bener-bener komitmen loh, penuhi requestku itu. Daku juga minta selama operasi tetap memakai pakaian dalam ! Ini dokter sungguh super sabar dan penuh pengertian ! Bukan cuma itu, daku masuk ruang operasi tetap memakai kerudung (bukan topi operasi), membawa pashmina untuk menutupi tanganku (selain selimut) dan gadget !

Jam 09:00 pagi saya pun masih di rumah dan paramedis ruang operasi sudah telpon saya bolak-balik sementara urusan rumah belum rapi. Akhirnya, persis pukul 10:00 wib saya pun tiba di meja pendaftaran rawat inap.

Seorang diri, saya masuk kamar, beberes dan mandi (lagi). Persis jam 13:00 wib, di atas kasur saya pun didorong memasuki ruang operasi, juga seorang diri, ga ada yang antar. Transit di area tunggu operasi, saya menahan kantuk sebenarnya, sehingga sempat nyaris tertidur.

Saat terkantuk-kantuk itulah, si dokter ganteng nan baek hati itu tahu-tahu sudah berdiri di samping tempat tidur. 



Dokter : Bla, bla, bla ... (menjelaskan soal operasi, seperti biasa saya gagal fokus, abai)
Saya    : "Kok ngos-ngosan, dok ? Dari mana ?"
Dokter : "Hm ... Tadi dari klinik ..." sambil badannya gerak-gerak khas orang ngos-ngosan. (Klinik adanya di lantai 1 sisi kanan tengah RS, sementara ruang operasi lantai 2 sisi kiri depan).
Saya    : "Lari, dok ?"
Dokter : "Iya ... "

Klepek-klepek deh gue keGRan ... meleleh seperti coklat .... hahahahaha ....

"YOU DECIDE ..."

Di ruang operasi, berbaju operasi warna hijau botol dan topi operasi warna biru muda plus masker, gantengnya nih dokter tetep ya kelihatan dari balik kacamata beningnya. Bulu matanya lentik bingits !

Beberapa saat menjelang operasi, sudah di atas meja operasi, kami belum juga sepakat soal anastesi. Pasalnya, saya ga mau pakai kateter. Maka amannya ya bius total. Tapi saya mau tetap lihat proses operasi melalui layar tv, sebagaimana yang diceritakan sang dokter di awal, "Kita bisa nonton bareng ... " Emang tanding bola, nobar ?

Akhirnya ....

Saya    : "You decide, doc ..."
Dokter : "Me ? Decide ?"
Saya    : "Yup"
Dokter " "Okay, GA ..." katanya sambil instruksi ke dokter anastesi. "Bobo aja ya ? Nti hasilnya tetep saya ceritakan ke kamu. Deal ?" tanyanya sambil give me five, kasih lima jari tangan kanannya tanda setuju ....
Saya    : "No ..."
Dokter : "No ? Why ?"
Saya    : "Because I will not be able to see your (beautiful) face, doc. Let's make it in spinal (bius local pinggang ke bawah), doc ..."
Dokter : "Okay, spinal, ga usah pakai kateter, conditional aja ..." instruksinya ke dokter anastesi dan suster.

Dan, dokter anastesi pun menghampiri dan saya mulai memiringkan badan ke kanan untuk disuntik anastesi. Sementara itu, saya sibuk panggil-panggil lagi itu dokter, "Doc, where are you ?" Tangan saya memberi tanda agar beliau berdiri di depan saya, agar saya berasa aman. Dan beliaupun duduk di antara kedua (maaf) paha saya selama 2 (dua) jam operasi berlangsung. Dan selama operasi itu pula, sesekali tangan kanannya sibuk di lutut, sementara tangan kirinya di telapak kaki saya sibuk menggerak-gerakan untuk mendapat celah yang pas di area lutut agar beliau dapat melakukan reparasi pada selaput ligament lutut saya dengan sempurna.

Di awal tayangan live operasi itu, saya sempat ga berani lihat ya, sebab banyak darah di tv nya. Jadi saya balik ke tab saya, melanjutkan membaca Ar Rahman. Lalu beliau mulai cerita ini apa, itu apa, sekarang sedang diapain, dan seterusnya, hingga kelar. "Alhamdulillah, well done, good job, doc. Thank you ..." saya berterima kasih.

HP KETINGGALAN

Sedihnya, dioperasi Kamis, sementara Jumatnya libur Mayday kan sesuatu banget. Asli, saat menentukan jadwal operasi saya tidak memperhitungkan tanggalan merah. Yang saya pikirin cuma jadwal kuliah, gimana pergi ke kampus pasca operasi dan gimana ngantornya ke karawang. Alhasil, mendapati kenyataan bahwa Jumat libur, pastinya dokter ga visit, ya sedih banget, karena ini badan rasanya ga karu-karuan. Bukan lututnya yang sakit, tapi kepala dan perutnya ....

Tiba di kamar rawat inap kelar operasi kemarin, saya sempat muntah-muntah karena saking pusing dan mualnya. Sejak di kamar operasi saya sudah berasa langit - langit ruang operasi berputar-putar. Badan saya bahkan sampai berguncang-guncang dan gigi gemrutuk karena menggigil kedinginan. Maka saat muntah-muntah di kasur, air mata bercucuran, saya pun sesenggukan ....

Sang dokter ditelpon pun tak bisa sebab ternyata HP beliau tertinggal di ruang operasi. OMG ! Nasib gue ....

Tiba-tiba, menjelang sholat Jumat beliau muncul di kamar membawa semacam deker panjang untuk di kaki. Terburu-buru, beliau mengukur deker sebelum dipasang dari paha hingga betis saya. Tak lama, beliau pergi tanpa menanyakan kondisi saya lebih detil. Iyalah, libur ....

"MAY I ... ?"

Sabtu masih pagi saat itu sekitar pukul 10:00 beliau datang. Seperti biasa, beliau selalu membiarkan perawat masuk kamar saya terlebih dulu, memberi tahu saya bahwa dokter akan visit, lalu suster keluar, barulah sang dokter masuk dengan memberi salam, "Assalamualaikum ..."

Pagi itu beliau membuka perban di lutut, membersihkan area lutut paska operasi, dan menunjukkan hasil operasi yang ternyata sangat baik dan rapi. Dua titik dengan benang menyembul warna biru telihat di sana. "I prefer to have the pink one, doc ..." ujar saya. Dan beliau pun merespon sambil tertawa, yang seperti biasa tidak saya ingat ngomong apa ....

Lalu beliau mulai mengganti plester, menutupi lutut saya lagi dengan perban, memasang deker hingga selesai. Dan sepanjang proses itu ....

Saya : "May I take a picture of you, doc ?"
Dr     : "Why ?"
Saya  : "Because you are good looking ..."
Dr     : "Ha, ha, ha ..." I think he was confused, mad, whatever, but I keep taking pictures of his beautiful face. Amazing ... !

"BUKANNYA INI MINGGU, DOK ?"


Terbiasa bangun sebelum subuh, membuat saya pun terbangun sejak pukul 03:45 wib pagi walaupun lagi tepar begini. Saya pun mandi, ganti pakaian dan sudah Wangi baby cologne sajak pukul 08:00 pagi.

Hampir copot jantung saya, saat tiba-tiba sekitar pukul 09:00 saya mendengar suara bass sang dokter mendekat dan memasuki kamar saya. Dengan setelan hem biru lengan pendek agak kotak2 kecil2 dan celana abu2 gelap, tahu-tahu beliau sudah ada di depan saya. Dan saya, seperti biasa gelagepan, terkaget-kaget, ga siap.

Spontan ....

Saya : "Bukannya ini hari minggu, Dok ?"
Dr    : "Iya, saya ada operasi pagi ..."

Lucunya, beliau selalu jawab ya, pertanyaan-pertanyaan saya yang ga penting itu ? Tapi asli itu pertanyaan memang pengen tahu, bukan mengada-ada .... 

Beliau lalu memperagakan cara memakai tongkat, berjalan beberapa langkah, dan saya malah sibuk memperhatikan dan memandangi wajah ganteng dan mata indahnya. Somfereeeeeeettt ... !!!

Seperti biasa, beliau selalu bertanya, "Ada lagi yang mau ditanyakan ?" Saya cuma bilang, lutut saya baik-baik saja. Tapi tampaknya saya mulai stress karena sakit maag mulai muncul intensif. "Oooh ... ya sudah nanti dikasih obat ya ?" katanya. Sementara saya memilih menghindari minum obat. "Yakin ga mau saya kasih obat ?" tanyanya lagi. "Iya dok, ga pa, nanti kalau saya perlu, saya akan minta ..."

KESIMPULANNYA

Begitu deh ... Dua kali mengalami insiden yang tak terlupakan berurusan dengan dokter di rumah sakit yang sama. Pertama dilecehin karena super dekil penampilannya saat datang berobat. Kedua, ga pede sendiri, gegara lagi-lagi karena penampilan saat datang berobat seperti biasanya seada-adanya.

Hikmahnya, mulai sekarang, pergi ke mana saja tetap harus rapi. Rapi itu bukan mahal. Tapi rapi, bersih, tetap menarik, ga dekil. Karena bagaimana kita merepresentasikan diri kita, maka begitulah orang lain akan menghargai dan memperlakukan kita.

Tapi kasus dengan ini dokter terakhir, agak beda. Menurut saya beliau tergolong sangat sopan dan tidak under estimate pasiennya walaupun penampakannya sangat dekil. Beda dengan dokter pertama yang saya temui, dokter THT. Saat saya datang lagi untuk periksa sudah dalam keadaan sehat, beliau sudah tidak mengenali saya lagi. Karena memang sayanya sudah berpakaian jauh lebih rapi, pulang kantor, bersepatu tinggi.

Biasa mobilitas tinggi, jalan tidak pernah pelan, (saya choleric melancolic sejati), ngapa-ngapain mandiri, jadi begitu tidak berdaya seperti ini rasanya sungguh numb. Setiap kali melakukan therapy adalah satu-satunya kesempatan saya bisa tipu-tipu hati dengan becanda dengan para therapist, atau penolong yang antar-jemput saya ke kamar - ruang rehab. Sembari ngayal saya bilang kepada mereka, "Kalau saya mau sembuh optionnya cuma 2 (dua), dokter ganteng itu ikut saya, atau saya ikut dokter ..." Hahaha ... kami pun tertawa sama-sama. Menertawakan kebegoan saya pastinya. Kamfreeeeeett ....  :p

Jadi ya intinya, jangan dipelihara deh kebiasaan tampil dekil, jangan juga diulangi pergi ke dokter dengan penampilan dekil. Sebab ga semua dokter baik dan memperlakukan kita dengan pantas dan maklum kan ... ? Lagian, tidak semua di antara kita seberuntung saya, ga milih-milih dokter, tahu-tahu dapatnya dokter ganteng dan baik hati, beyond my expection. Memang ga expect apa-apa sih aslinya, lawong cuma mo berobat aja yaaa ....

But for sure, he is such as an adorable doctor, anyway. On the contrary, he is absolutely a bad doctor for me for particular reason. His gentle attitude and beautiful face makes me on worse condition, actually. He is just too good to be true ! Hahahaha ...  :p

Well, have a great day everyone !







Thursday, 26 March 2015

JUJURLAH PADAKU KAU KUTILANG

Pagi ini saya tiba di kantor tepat waktu alias tidak terlambat. Penting banget gitu ? Penting laaaah ... ! Sebab di tempat saya bekerja, datang terlambat berarti mendapat surat tilang alias ditilang dan dipotong gaji, dipotong jasa produksi, bonus, dst. Nah loh ! Perkaranya, ini pagi walaupun datang tidak terlambat, tapi saya tidak membawa kartu pass pegawai ! Alhasil, ya ditilang-ditilang juga oleh satpam !

Ini dia tantangannya. Jujur ! Dengan berat hati, akhirnya saya memutuskan untuk jujur serta melaporkan diri ke pos 1 pengamanan, menyodorkan KTP dan menginformasikan bahwa saya tidak membawa kartu pass pegawai. Padahal kalau mau, bisa saja saya tidak lapor. Masalah kehadiran, bisa dibantu dan main mata dengan petugas administrasi bagian tempat saya bekerja bahwa saya hadir, tapi proses slide kehadiran dinyatakan error. Beres.Tapi ya itu, bohong soal slidenya ... !

Begitulah, setelah melalui proses yang bertele-tele, dilempar dari pos tamu, ke pos kendaraan, telepon ke bagian pengamanan elektronik di karawang, menukar kartu pass sementara, barulah saya bisa masuk kantor berbekal surat tilang satpam. Itupun sudah berada di ruangan masih disusul lagi oleh satpam karena ternyata saya belum slide kehadiran menggunakan kartu pass smentara. Saya bahkan dapat surat tilang yang baru. Dan tetap, terecord terlambatlaaaaaah, karena mengurus hal ini sudah melewati jam masuk kantor. Pppfffhh .... #disitukadangsayamerasasangatsedih   :)

Wednesday, 3 September 2014

YAITU IBUMU, IBUMU, IBUMU BARU BAPAKMU

IBUMU, IBUMU, IBUMU, BARU BAPAKMU ....


Seorang sahabat bertanya ke pada Rasulullah : "Ya Rasul, siapakah orang yang paling harus saya taati di dunia ini ?” Rasulullah menjawab, “Ibumu”. Sang sahabat bertanya lagi, “Lalu siapa lagi Yaa Rasul ?” Rasulullah pun menjawab, “Ibumu”. "Kemudian setelah itu siapa lagi, Yaa Rasul ?” sang sahabat itu bertanya lagi. Rasulullah menjawab, “Ibumu”. Sang sahabat itu bertanya lagi, "Kemudian siapa lagi Ya Rasul ?”, Rasulullah pun akhirnya menjawab, “Bapakmu ...

Kisah teladan ini pertama kali saya dengar dari almarhumah eyang uti (ibunya bapak). Nah, jadilah kisah itu yang selalu digadang-gadang ibu, untuk merajuk ke kita, anak-anaknya setiap kali ada maunya.

IBU YANG CENGENG

Ceritanya, sejak sebulan lalu, beliau sudah heboh minta hadiah ulang tahun yang bertepatan pada hari ini, Kamis, 4 September. Katanya saat menelepon, "Wing, bulan depan 'kan ibu ulang tahun. Ibu minta apa yaaaaa ... ?" Lalu dengan PD nya, beliau pun berucap, "Ibu minta mobil donk ... " Saya pun kontan menjawab, "Emangnya aku direktuuuuurrr ... minta hadiah ulang tahun mobil ?" Ibu pun tertawa-tawa. Lalu muncullah dalil itu, "Yaitu ibumu, ibumu, ibumu, baru bapakmu ... " kata ibu. Saya pun menggoda, "Iya, kalo ibunya ga' matereeeeee ... " Ibu pun ketawa makin keras di ujung telepon.

Jadi, hari ini ibu ulang tahun. Agak susah juga cerita tentang ibu. Yang saya tahu tentang ibu ya hanya itu, cantik, putih, besar, pinter masak, pinter dandan, tertutup (apa-apa dipendem sendiri, yang ada darah tinggi), masa mudanya jagoan olah raga, terutama voli, sekarang sukanya mainan kucing, sama getolnya sama berorganisasi dan berpolitik. Selebihnya, saya ga tahu apa-apa lagi ....

Ibu juga sosok perempuan yang cengengnya bukan main. Banyak acara keluarga yang 'rusak' gara-gara ibu suka mewek ala sinetron gitu deh. Mau seneng mau sedih, tahu-tahu sudah sibuk mewek. Diceritain kucing ditendang juga, ibu bisa tuh, termehek-mehek di ujung telepon di tegal sana ! Makanya, kalau sudah acara reuni keluarga ibu & de gang keluarga Menado nih, disebut artis sinetron 'Tersanjung' sinetron di era 80'-an yang penuh dengan tangisan Bombay.

Nah, bicara sebagai seorang berdarah Manado, ibu tuh orang Menado yang ga' doyan ikan. Padahal, masakan Manado itu umumnya serba ikan. Pokoknya, saya saksi hiduplah, yang sejak kecil nemuin ibu kasih mam saya ikan paling banter bandeng presto doank, selain itu ga pernah. Kalaupun kita serumah sesekali mam ikan pindang banyar, itu pastilah kiriman sahabat ibu, sesama perias penganten, yang saban jumat kirimin sayur asam, sambal plus ikan pindang banyar khas Tegalan.

Menyoal kegemaran makan, ibu suka sekali mam junk food ! Bayangin aja, saban kali saya mudik, saya harus nurutin ibu mam Mc.D ma Pizza Hut. Padahal itu warung makan, di Jakarta asli ada sebelah rumah ma di seberang rumah bintaro. Masa udah mpe kampong masih disuruh mam yng beginian juga ? OMG ibuuuuu .... !!! 

KAMU CUMA BERDUA !

Saya, termasuk anak yang tidak dekat dengan kedua orang tua. Saya tidak dekat sama bapak, tidak juga dekat sama ibu. Saya jarang sekali curcol sama orang tua saya, sama ibu maupun bapak. Jadi saya ya ga pernah curhat sama mereka. Kecuali yang urusan remeh-temeh atau yang kebetulan berkenaan dengan mereka berdua. Makanya, seringkali saya takjub dengan mereka, anak-anak yang begitu dekat dengan kedua orang tuanya.

Entah ya dengan detya, apakah dia cukup terbuka atau tidak dengan ibu & bapak. Sebab saya juga jarang banget berbagi cerita sama 'fotokopi'nya ibu yang satu kartu keluarga dengan saya itu selama hampir tiga puluhan tahun itu. Yang pasti ibu lebih sering pergi ke Bandung-lah, nemuin detya timbang nemuin aku di Jakarta. Ya ... namanya juga anaknya, ya gak ?  :)

Di sisi yang lain, kami juga sangat dekat dan kompak. Setidaknya setiap kali lebaran, saya, ibu dan detya selalu pakai baju kembaran atau sama'an. Dan sayalah yang selalu kebagian tugas pengadaan seragam itu, dari baju lebaran, baju kondangan, dst. Rempong juga, sebab berat di ongkos. Sekali waktu pergi ke Pekanbaru, Riau, saya pun bangkrut membeli oleh-oleh kain khas Riau yang warnanya ibu banget !

Kain-kain khas Riau untuk busana muslim atau gamis, perpaduan warna dan aplikasi bordirnya, sangat cetar membahana, ada pink ketemu hijau, ungu ketemu oranye, hitam ketemu merah, pokoknya warnanya ibu banget. Kebayang warna-warna itu menempel di kulitnya yang putih itu, bagus banget kan jadinya (sebel!) Lah, kalau sepotongnya berkisar Rp. 500.000,- sd. Rp. 700.000,- untuk kembaran kita bertiga kan bangkrut sayanyaaaaa ... ?

Lain kesempatan, saya mampir ke jalan Veteran, Denpasar, belanja kain kebaya bordir. Ya, lagi-lagi saya harus belanja untuk kami bertiga. Kalau ada 2 (dua) jenis untuk saya, berarti saya juga harus beli yang 4 (empat) lainnya untuk ibu sama anaknya yang di Bandung itu. Dan masih banyak deh, contoh kasus yang lain. Hehehehe ....

Propaganda ibu yang selalu diteriakkan ke saya dan detya setiap kali berantem, gebuk2an, pukul2an, tendang2an sejak kecil itu, katanya, "Kamu itu cuma berdua, harus saling tolong-menolong ! Jangan sampai, anaknya detya ga' bisa sekolah karena ga' punya uang, kamu (saya) harus bayarin ! Kamu juga detya, jangan sampai anaknya mba' iwing ga bisa sekolah karena ga' punya uang, kamu harus bayarin !" Semoga, kita berdua segera beranak Ya Allah ... !!!  :)

MENANTU IDAMAN

Kembali lagi soal ibu. Kalau diamat-amati sepertinya, ibu lumayan ga' resehlah jadi menantunya eyang uti & eyang kakung. Apalagi menjelang akhir hayatnya eyang uti, saya melihat kedua perempuan ini sungguh sama hebatnya ! Manusiawi saja, berinteraksi dengan ibu mertua 'kan tidak mudah, apalagi mengurusnya bila dalam keadaan sakit.

Sementara, di saat-saat terakhir masa hidupnya, alhamdulillah eyang uti memilih lebih banyak menghabiskan waktunya bersama kami, keluarga sederhana ini, di Tegal, bersama ibu dan bapak. Masalahnya, saat itu, ibu masih aktif berpolitik. Jadi, eyang banyak ditinggal ibu. Kadang mungkin ibu cape sering pergi ke luar kota, jadi saat di rumah jarang ketemu eyang karena istirahat di kamar. Nah, dalam hal ini, almarhumah eyang uti sebagai sosok yang sangat spesial sepanjang hidupnya, bisa menerima kesibukan ibu yang demikian padat, sungguh luar biasa kebesaran hatinya, memaklumi kesibukan sang menantu sehingga jarang berinteraksi dengan beliau.

Namun di sisi yang lain, di tengah-tengah kesibukannya, ibu tetap bisa menyediakan makan pagi, siang, dan malam on time ala eyang, itu juga sebuah prestasi yang luar biasa. Almarhumah eyang uti sebagai sosok yang besar dengan didikan jaman dulu (belanda) adalah sosok yang selalu disiplin, termasuk jam makan. Beliau selalu sarapan pukul 06:00 pagi dan makan malam pukul 18:00 sore. Belum lagi, support ibu yang maksimal kepada bapak untuk stand by menerima panggilan eyang uti jam berapa saja, tengah malam, pagi buta, siang bolong, untuk jemput eyang uti di mana pun, itu juga tak kalah luar biasa. Coba kalau ibu itu menantu yang reseh, tentu ibu tidak support bapak untuk senantiasa berbakti kepada ibunya, eyang uti ....

Ibu getol olah raga sejak muda, terutama voli. Getolnya ibu main voli jaman saya SD mpe SMP dulu, saya agak2 gimana gitu tiap kali ditenteng ibu latihan malam2 mpe2 ke gudang bulog arah keluar kota Tegal. Belum lagi, kalau sedang tanding, badan ibu yang gak mungil itu seringkali disorakin penonton. Tapi jangan salah, begitu ibu lompat dan melakukan smash dengan kencang, para penonton pun bersorak, ga jadi ngelecehin. Yang pasti, alhasil saya dan detya jadi doyan voli juga mpe sekarang gara-gara nontonin ibu maen voli saat kita masih kecil.

MENGAJI & MENYANYI

Saya dan detya, dilesin ngaji sejak SD hingga SMA. Seminggu sekali tiap jumat, sejak sebelum maghrib hingga lewat pukul 20:00 wib. Nah, biasanya nih, kelar ngaji, saat saya pulang, ibu dan bapak malah ga' ada, pergi nonton. Yang lucu, sekali waktu mereka pergi nontonnya yang pukul 21:00 wib, ternyata mereka berduaan pergi nonton naik becak loh bukan naik mobil ! Kwkwkwkwk !!! Ingat banget liat mereka berdua empet2an di becak.

Ibu juga getol ndorong saya untuk sibuk berkesenian. Kalau bukan karena dorongan ibu, saya rasa otak kanan saya ga' bakal dominan seperti sekarang ini. Sejak kecil, ibulah yang daftarain saya les organ, les gambar, les bina vokalia pranadjaya, berguru keroncong, ngeband di pabrik Teh Sosro di Slawi, hingga ngijinin ngamen nyanyi di acara kawinan !  Ibulah yang ngater saya ke mana-mana ikutan lomba nyanyi. Bahkan saat saya sakit panas pun, ibu tetep maksa saya ikutan lomba Pop Singer se Jawa-Bali. Sakti ga tuh ? Alhasil, saya dapat juara 3 deh, se-Karesidenan Pekalongan. Saat ikutan Lomba Penyanyi Remaja (LPR) tingkat Nasional, ibulah yang sibuk carikan saya pengiring, karena suara harus direkam melalui kaset. Walau ga juara, saya berhasil masuk 30 besar semifinalis tingkat nasional se-Indonesia loh, masih 15 tahun waktu itu. Juaranya ya Irma June, Johandy Jahya, Heidi Yunus dkk. deh ... 

Pasalnya soal nyanyi ini, BG alias babe galak, agak-agak ga suka gitu. Sekali waktu saat saya mo ngamen, saya dibelain sama ibu, ngatur jadwal supaya bisa keluar ngamen ga ketahuan bapak, nyanyi di pemalang, masih 16 tahun saya waktu itu ! Kata bapak, "Cita-cita kok jadi penyanyi ????" Lah, siapa yang cita2nya jadi penyanyi ? Lawong cuma hobi doank kok. Nah, karena sering juara nyanyi sejak SMP inilah, akhirnya saya ditawarin kerjaan jadi penyiar radio. Ibu makin seneng deh. Saat saya berhenti siaran karena mo' konsen ujian SMA, ibu marah-marah. Kasihan radio nya katanya, sebab masa saya dulu itu, saya bersama 2 penyiar SMA lainnya cukup meramaikan dunia siaran di kota Tegal. Dulu ....  :p   

Nah, itulah ibu. Saya tahunya cuma segitu. Pokoknya setiap kali ibu ambil rapot di sekolah, biasanya temen2 pada bisik-bisik, "Kae ibune Firlly" ("Itu ibunya Firlly"). Mungkin teman2 heran ya, ibu dan anak ga mirip.

Semoga, di hari ulang tahunnya ini, ibu selalu sehat, diberikan umur yang barokah, dimuliakan Allah, selalu kompak bersama bapak mengurus kucing-kucing kesayangannya, selamat dunia & akhirat. Aamiin ...

Monday, 1 September 2014

RIDHO ALLAH saja ....

Ceritanya sejak usai lebaran lalu saya sakit tak jelas. Tiba-tiba saja bangun tidur itu mendadak badan ini ngilu semua. Sakit itu terasa saat saya menunggu bapak diperiksa di UGD rumah sakit dekat rumah. Saya piker, karena bapak akhirnya diopname, saya putuskan saya baik-baik saja, cukup istirahat di rumah. Tapi ternyata, 3 (tiga) hari istirahat tidak kunjung sehat, saya malah panas tinggi. Akhirnya, saya dan bapak pun bersebelahan kamar deh di rumah sakit sama-sama diopname.

Nah, bicara soal sakitnya itu, sungguh menarik loh. Karena dari hasil lab semua baik-baik saja. Jadi yang saya rasakan itu, panas tinggi, badan ngilu semua, terutama di persendian tangan dari siku, pergelangan tangan dan telapak tangan. Pada kaki juga serupa, lutut, pergelangan kaki dan telapak kaki, sakitnya luar biasa. Jadi yang namanya telapak kaki itu ga' bisa napak ke lantai. Sementara lutut ga' bisa ditekuk. Alhasil, sholat pun saya sambil tiduran dan berangsur-angsur sambil duduk.

Hari terakhir diopname, tubuh saya memerah semua. Hari berikutnya saat transit di Cirebon menunggu kereta, seluruh kaki saya gatal luar biasa. Setelah menunda kembali ke Jakarta karena opname, dengan tertatih-tatih saya pun mengendarai si blueberry dan bekerja seperti biasa. Yang ada kerja 2 (dua) hari, esoknya saya istirahat lagi deh di rumah 4 (empat) hari. Persis peringatan Hari Kemerdekaan RI, 17 Agustus, di hari minggu itu, pulang upacara, saya pun langsung masuk UGD lagi. Upacara itu, hukumnya fardhu 'ain di tempat saya kerja. Jadi kalau tidak upacara bisa kena tilang satpam. 

KEBAIKAN SAHABAT

Adalah seorang sahabat shalat berjamaah di masjid sebelah kantor yang begitu kasihan melihat saya. Beliau ini adalah seorang sederhana penjual kelontong alat-alat elektronik seperti mur, lem, obeng, lampu, tang, gergaji dan sejenisnya. Beliau pulalah yang rajin membawakan saya masakan karena beliau tahu saya tidak punya pembantu ! Saya dinafkahi oleh seorang pedagang kaki lima. Beliau kasihan melihat  saya, sebab setiap kali sholat saya hanya bisa duduk sambil selonjoran kaki. Sementara setiap kali usai sholat, untuk berdiri saja saya harus dibantu orang lain karena pergelangan tangan saya tidak mampu menahan tubuh saya, sakit banget !

Suatu hari, sang sahabat bertanya, "Nama lengkap kamu siapa ?" Beliau sampai menelepon saya berkali-kali menanyakan hal yang sama. Saya cuma bilang, "Sudahlah bu, ga usah ..."

Tiba-tiba, jumat pagi, beliau menghubungi saya, "Kamu nanti ke sini ya, saya mau cerita. Duh, gimana ini saya bilangnya ?" Alhasil, menjelang Jumatan saya bertemu beliau dan mendengarkan kisahnya. Singkat kata, menurutnya, saya ini sakit dibikin orang. Siapapun yang mengirimkan penyakit itu pada saya, menginginkan hal yang sangat maksimal atas sakit saya. Maka beliau meminta saya untuk banyak berdoa.

"Alhamdulillah ... " cuma kata itu yang keluar dari mulut saya. Saya ga' tahu ilmu apa-apa soal beginian. Jadi saya berucap, "In shaa Allah saya baik-baik saja ..." Saat saya Tanya kepada beliau, kenapa melakukan ini, padahal saya tidak memberi informasi apa-apa pada beliau, sambil tertawa-tawa beliau berucap, "Saya kan punya kartu nama kamu ..." Waduh, saya sendiri lupa kapan memberinya kartu nama.  

MENGEJAR DUNIA

Sungguh tidak masuk di akal saya, bila manusia sedemikian berupayanya untuk mengejar dunia. Saya tahu, dalam kehidupan ini ada orang yang menyukai upaya lebih untuk melengkapi hidupnya. Caranya ya, bermacam-macam, selain cara-cara yang lazim dan rasional.

Persoalannya, saat ada pihak yang katanya melakukan hal demikian kepada saya, (wallahualam bisawam, ingat kisah tukang pijat) itu sungguh-sungguh membuat saya super duper heran. Lah saya ini siapa ? Pejabat bukan, orang pinter bukan, kaya raya juga ga, cantik apalagi (ga banget kan ?), lah kenapa harus merasa terancam dengan keberadaan saya ? Atau mungkin saya kege-eran. Bisa jadi alasannya karena sekedar tidak suka saya saja. Kalau ga suka kan, terserah, ga suka ya ga suka aja, jadi mau berbuat jahat apa-apa yang ga perlu alasan apa-apa lagi. Namanya juga ga suka ....


BANYAK BERSHALAWAT & SEDEKAH

Sekali lagi ya, saya kan ga' ngerti nih, urusan perklenikan. Saya juga ga' mau dosa karena urusan ini. Jadi kalaupun beberapa orang menyarankan saya melakukan ini itu, saya akan berpikir serius dan memastikan mana-mana yang sesuai dengan akidah, mana yang tidak.

Seorang tante rupanya sudah mengamati apa yang sedang dan tengah saya alami sejak sebelum ramadhan lalu. Beliau juga tercengang mengetahui apa-apa yang telah saya alami sejak berbulan-bulan lalu sebelumnya. Namun seiring berjalannya waktu, sedemikian besarnya ujian yang saya alami, rupanya apa yang saya alami sebelumnya adalah untuk kebaikan saya.

Beliau berpesan, banyak-banyaklah bershalawat. Bagi saya, saran beliau masuk akal dan sesuai akidah. Karena memang Rasulullah adalah satu-satunya manusia yang mampu memberikan syafaat kepada umatnya, atas izin Allah. Perbanyaklah shalawat setiap waktu, upayakan rutin di waktu dan dalam jumlah yang sama, khususnya setiap usai shalat. Perbanyaklah shalawat pada setiap pergantian waktu, saat maghrib dan selepas subuh. Karena memang saat-saat itulah energy negatif dunia sangat besar. Potensi terjadi musibah utamanya yang berkaitan dengan dunia klenik adalah di saat-saat demikian.

Sedekah, Islam selalu mengajarkan, sedekah adalah penangkal setiap musibah dan pembersih rejeki. Karena dalam setiap rejeki kita, terdapat rejeki bagi sesama kita di dalamnya, rejeki bagi mereka yang kurang mampu.

Bersedekah, yang penting bukan jumlahnya, namun istiqomahnya, sustainability-nya , keberlanjutannya, konsistensinya, frekuensinya. Jadi bersedekahlah setiap waktu, dengan hartamu, dengan senyummu, dengan bantuanmu dalam memudahkan urusan orang lain, dengan ilmumu, dan banyak hal lainnya, bahkan dengan sholatmu, dirimu sudah bersedekah kepada ratusan sendi yang ada pada tubuhmu. Subhanallah ....

RIDHO ALLAH

Sesungguhnya, dalam akidahnya, tidak akan terjadi sebuah teluh atau santet tanpa seijin Allah. Bagi saya, ridho Allah adalah segalanya. Bila dengan apa yang saya alami saat ini Allah ridho pada hidup saya dan mati saya, dunia saya dan akhirat saya, maka saya ridho. Bila dengan apa yang saya alami saat ini menghapuskan dosa-dosa saya yang terdahulu dan menghindari saya atas kesalahan yang mungkin saya lakukan kemudian, sehingga Allah ridho pada hidup saya dan mati saya, dunia saya dan akhirat saya, maka saya ridho.

Sesungguhnya, tidak ada yang lebih mewah dalam kehidupan dan kematian umat manusia selain ridho Allah SWT Sang Pencipta dan Pemilik Hidup seluruh makhluk. Maka sungguh saya merasa sangat malu bila saya harus berkeluh-kesah dengan apa yang saya alamai saat ini. Saya jauh lebih merasa takut bila Allah membenci saya dan menjauhkan saya dari karuniaNya.

Permohonan saya selalu sama, saya hanya ingin Allah meridhoi saya, pada hidup saya dan mati saya, dunia saya dan akhirat saya. Saya tahu permintaan saya itu adalah kemewahan luar biasa bagi saya yang sedikit ibadah dan amalannya dan yang miskin ilmunya. Namun bila saya tidak juga meminta keridhoan Allah, saya khawatir saya akan menjadi umat yang sombong karena tidak membutuhkan pertolongan Allah,  sehingga masuk ke dalam golongan orang-orang yang merugi, naudzubillahi mindalik. Padahal manusia itu adalah makhluk yang hina, yang hanya tercipta dari setetes mani. Semoga apa yang saya alami bisa menjadi pelajaran bagi teman-teman semua.

Saya bersyukur masih memiliki orang tua, bapak dan ibu, yang in shaa Allah selalu ridho dan mendoakan saya. Karena ridho Allah adalah ridho orang tua. Jadi, semoga Allah mengampuni saya dan senantiasa meridhoi saya, pada hidup saya dan mati saya, pada dunia saya dan akhirat saya, senantiasa menguatkan saya, senantiasa melindungi saya, senantiasa memberikan pertolongan kepada saya dan kita semua, aamiin ....