Thursday, 8 July 2010

"KAMU CHINA, YA ?"

Cerita ini sungguh lucu. Kejadiannya hampir sepuluh tahun lalu. Kala itu saya sedang mengikuti proses rekrutmen di salah satu instansi pemerintah. Saat tengah mengantri tes kesehatan saya duduk besebelahan dengan kandidat yang kebetulan asli jawa dan berperangai sangat halus, jawa banget dah pokoknya.

Di tengah-tengah ngobrol, tiba-tiba teman saya ini berguman masgul, katanya, "Wah hebat ya, sekarang instansi pemerintah juga merekrut tenaga kerja keturunan China." Saya pun merespon positif, "Oya ? Memangnya siapa yang China, mba ?" tanya saya. Kawan saya pun dengan yakin bertanya balik pada saya, "Lho, kamu China 'kaaaaaaaan ?" Whaaaaaaaaaat ? Rasanya saya mau ngakak sekeras-kerasnya ! Asli, teman2 saya yang asli China bisa keberatan neh, kalau komunitasnya terselip spek yang hitam macam saya ini ! Ha3x ...

Teman saya ini pun kaget bukan kepalang setelah mendapatkan kepastian bahwa saya bukan keturunan China. Padahal, saat itu ada kandidat lain yang asli Palembang dan lebih layaklah dikira China. Dia berkulit putih persih dan kelopak mata pun tidak terlalu berlipat-lipat amat. Miriplah dengan orang China. Tapi entah kenapa, teman2 saya yang sama-sama tengah mengikuti tes kala itu lebih sreg menuduh saya China ketimbang teman saya yang asli Palembang itu ! Kwkwkwkwk !

Memang sepuluh tahun lalu saya belum mengenakan kerudung setiap hari. Khususnya saat proses rekrutmen itu. Jadi, mungkin dengan mata saya yang cuma segaris, mereka mengira saya adalah China. Tapi padahal 'kan saya hitam banget getooh loh ! Sungguh, saya tidak keberatan disangka China. Saya toh bergaul dengan banyak teman2 China secara damai sejak saya balita. Ironisnya, betapa seringnya saya dituduh seperti itu ya ? Kasian teman2 saya yang asli China donk ya ... semoga mereka tidak keberatan mendapatkan compliment yang spek-nya mirip juga ga' sama mereka. Ha3x ....

Ibu saya yang keturunan Manado dan bapak saya yang asli Yogya membuat saya penampakannya jadi seperti China gosong sih ketimbang China beneran. Tapi anehnya, saya begitu sering dikira China. Lucu ya ? Tapi sekali lagi, pengalaman ini merupakan bukti bahwa sesungguhnya di antara kita tahu bagaimana mengapresiasi orang lain tanpa membedakan ras. Hanya saja, kebetulan saudara-saudara kita yang berethnis China memang lebih suka berwirausaha daripada menjadi pegawai seperti orang melayu kebanyakan. Hal itu sudah menjadi kemampuan genetik mungkin ya ? Makanya tak heran ada pepatah "belajarlah hingga negeri China" karena memang mereka sangat ulet dalam bekerja dan layak menjadi inspirasi kita semua !

Tuesday, 6 July 2010

PAK GURU DATANG BERTAMU

Saya, boleh jadi ... menjadi murid yang paling bersyukur untuk urusan yang satu ini. Seorang guru matematika kala SMA dulu, Pak Muktamad, bertandang dan menginap di rumah selama beberapa hari untuk berlibur. Kisahnya berawal saat minggu lalu selepas maghrib tiba-tiba beliau menelopon dan mengutarakan keinginanannya untuk berlibur dan menginap di rumah saya di Jakarta. MS, begitu beliau biasa disapa, adalah seorang guru yang super duper killer ! Padahal, nilai tertinggi yang pernah saya raih saat ulangan dan menjadi muridnya adalah 3,5 ! Ha3x ... ! Begitu pun teman-teman saya yang lain, tapi jangan tanya berapa banyak teman2 saya yang meraih nilai 100 di NEM-nya karena gemblengan beliau itu !!!

Singkat cerita, jadilah MS datang ke Jakarta menggunakan Kereta Cirex pada Jumat siang. Malam sebelumnya beliau berangkat dari rumahnya di Pemalang dan menginap di salah seorang adiknya di Tegal. Beliau memang tinggal di Pemalang, bukan di Tegal. Saya bersama Rina, adik kelas beberapa tahun di bawah saya pun menjelang sholat Jumat meluncur ke Gambir menjemput beliau. Saat kami menemuinya, MS terlihat sedang duduk ngelepar di lantai, bersandar di salah satu pilar besar dengan santai. Cuek banget dah ! Beliau sempat berguman, jangan2 saya tidak serius mau menjemput dia. Ada2 saja, mana mungkin ? Sesaat kemudian kami bertiga pun meluncur menuju blok M dan menikmati masakan ikan kuah asam khas sulawesi di bilangan senopati, jaksel. MS terlihat menikmati betul santap siangnya dan makan dengan lahap.

Kembali ke kantor lewat pukul 14.00 wib, MS saya tinggal di masjid sebelah kantor menunggu saya pulang tepat pukul 16.00 wib. He3x ... pak guru disuruh nunggu. Begitu bubar kantor, MS saya ajak  jajan lagi, kali ini bersama suami di sebuah cafe favorit saya. Niat hati sesungguhnya sore itu saya menghelat reuni dadakan bersama teman2 SMA yang berada di jakarta yang sudah saya hubungi sejak rabu pagi. Sayang, sebagian besar menyatakan ketidaksanggupannya, alhasil reuni dadakan pun batal, saya gagal menggelar surprise untuk beliau.

Selepas maghrib kami pun pulang, langsung nonton tv, ngobrol, istirahat. Keesokannya, pagi2 sekali beliau sudah bangun dan berolah raga bersama suami jalan pagi keliling Bintaro. Tak lama saya menyusul dan mengajaknya melihat pasar kaget yang biasa digelar setiap akhir pekan dan menikmati semangkok zuppa sup. Sejak kedatangannya, beliau mengutarakan ingin beli celana jeans, beruntung, di pasar kaget ada gerai yang menjual celana jeans import. Setelah memilih dan mencoba, dapatlah satu yang cocok. Suami pun memilih satu.

Kembali ke rumah, istirahat dan makan siang. Menjelang asar, beliau saya ajak ke PI Mall untuk menemani saya ujian Bahasa Inggris. Kelar ujian kami pun nonton Russian Accrobat Sircuss Trapezze, makan malam, lalu pulang. Sebelum tiba di rumah, kami sempat mampir beli martabak kesukaan untuk camilan nonton bola. Tiba di rumah, teh poci diseduh, tv dipasang, martabak digelar. Cantiiiik  !!!

Keesokan paginya, jam 07.00 wib pagi kita berlima, saya, suami, MS, dan 2 kerabat yang lain sudah on the way menuju PRJ kemayoran ... !!! Asli seharian itu pun kami ngublek PRJ, makan kerak telor dan pulang mampir ke elektronic city. Wah ... badan ini rasanya mau remuk tapi senang !

Senin pagi, saat saya berkemas kerja, MS juga berkemas, rupanya beliau juga mau pulang. Saat saya tawarkan mau menunggu di Gambir atau di blok M, beliau memilih menunggu di Gambir, padahal kereta Cirek baru berangkat pukul 11.00 wib. Baiklah, pagi2 kami pun meluncur menuju Gambir dan menyiapkan sedikit oleh2 untuk MS dan keluarga di Pemalang. Saya dan suami terpaksa buru2 meninggalkan beliau di Gambir karena menjelang pukul 07.00 wib kawasan sudriman thamrin akan memberlakukan 3 in 1. Beruntung beliau mengerti.

Well, tidak banyak yang bisa saya berikan untuk beliau sesungguhnya, tapi semoga beliau berkenan dengan apa yang sudah saya lakukan selama kedatangannya di Jakarta, dengan segala keterbatasan keadaan kami berdua, saya dan suami.

Yang menarik adalah, sementara saya begitu akrab dengan beliau selama menjadi muridnya, tapi suami sebaliknya. Dulu bagi kami murid yang mengambil program IPA (fisika maupun biologi) dalam seminggu sedikitnya kami belajar matematika 6-8 jam seminggu. Nah, begitu killernya beliau, sampai-sampai setiap kali ada pelajaran matematika, suami saya dulu sudah muntah-muntah di rumah sebelum berangkat sekolah. Untunglah, sejak menikah, suami sudah tidak muntah-muntah lagi kalau bertemu beliau. Menikah dengan saya berarti satu paket, bersahabat pula dengan guru2 dan dosen2 saya. Ha3x ....

Begitu akrabnya saya dengan beliau, saya dan kedua orang tua saya pun 'mampu' meculiknya dari kelas saat mengajar lantaran saya minta ditemani mengurus paspor di Pemalang. Ha3x ... bukan hal baik untuk ditiru nih. Maklum, pengurusan paspor di karesidenan Pekalongan dilayani oleh Kantor Imigrasi Pemalang. Jadi, mumpung sedang berada di Pemalang, sayang donk kalau tidak silaturhami dengan beliau ? Saat kepala imigrasi menyadari bahwa anaknya adalah murid beliau, maka kami pun diterima dengan sangat baik dalam pengurusan paspor. ha3x ... KKN deh ... !

Ha3x ... tanpa saya sadari ternyata saya punya banyak memori dengan guru-guru saya sejak TK, SD, SMP, SMA bahkan kuliah ! Subhanallah, tanpa jasa mereka tentu saya tidak bisa menjadi seperti saya sekarang ini. Maka sudah selayaknya saya menghormati mereka. Walaupun saya bukan orang hebat, tapi setidaknya saya punya pekerjaan, bisa mencari uang sendiri dan inssya Allah tidak kekurangan, karena amal baik beliau semua selama saya sekolah. Semoga Allah swt membalas segala jasa baik mereka dan kami murid-muridnya tidak melupakan jasa baiknya. Amin.

Monday, 21 June 2010

"Sorry, full house ... "

The story is began when I was studying at SMP Pius 2, a junior high school at my home town, Tegal. There is an English teacher, named Mr. Louis. For the best of my belief, I was taught by Mr. Louis at the second & third level.
Honestly, I am bad in English. I even ever got score 4 for my English. Hence, Mr. Louis told me, "I am sorry, full house" to describe that he couldn't help me more as I didn't make any improvement. It was a statement from an easy essay that all student have to learn about & Mr. Louis use that statement for me.

The "problem" is ... Mr. Louis is also a music teacher. And as a Music Teacher, he gave me a significant opportunity as I won some singing competitions at that time. Then, he asked me to sing "Gunung Manahutu" at inauguration night. The thing that make the opportunity is so special is ... I was the one & only singer with more than 40 people backing vocals & 20 people music players !!! What's an unforgetable momment that I've ever had ....

Fortunetaly, the story is change then. I passed final national examination and got score more than 8 for my English ! It's just because of Mr. Louis !!!

When I was invited for interview for my first job, I came to Mr. Louis's house, asked for his advice and tips. And the result is, I got the job as an Executive Secretary to Vice President and I was recommended good in English ! Oh my God !!! When I move to Jakarta for diferent job as Corporate Secretary, again, I was recommended that I am good in English. And now, as I have worked as a Public Relations at a stated own company, once again, people knows me good in English ! But in fact, I am not that good, at all. Hahahaha ...

I remember, Mr. Louis always remind us to make our vocabulary notes that is separated in person, things and place. So if we find a new word, example for "doctor," then we have to define the meaning of doctor in our "person" vocabulary note, as follows : Doctor is a person who look after ............ etc. What's a clever & perfect teacher !

When I met Mr. Louis at the end of May for junior high school reunion in my hometown, I saw that Mr. Louis was so different 'caused of his sickness. But I knew that he was very happy to see all of us at that night. On the second day reunion, lunch time, Karolina told me that Mr. Louis got stroke attact last night at 02.00 am, in the early morn' actually. I thought Mr. Louis was too happy so that he has been shocked. At noon, finally I found him was laying in a bed at ICU taking a rest. Me, Macky, Cicilia & Elcy staring at him who was slept support by oxigen.

One thing that made me so sad is I was informed by Mr. Louis little sister that actually Mr. Louis has prepared at least 2 (two) songs at reunion night. Unfortunetaly, there is no one invited him to the stage to perform, but me. When I asked to the MC for inviting Mr. Louis to perfom, I was reminded by another theacher that it would be impossible for Mr. Louis to sing. Becaused of stroke Mr. Louis has trouble to walk & talk, so how to sing ? In fact, we're wrong ... I'm so sorry Mr. Louis, I should be more insisted thta night so that you are able to perform and show us how much you miss to sing a song in front of us ....

That's my Mr. Louis' story all about. I am so proud when I chat to expatriates and they are impressed as I speak English so british ! No wonder, Mr. Louis always show us which one is British English and which one is American English. Moreover, he did the same thing & show us how to pronounce all the word in different slank. Again, it's just because of Mr. Louis. Mr. Louis ... I know that I couldn't give you as you have given to me and my future. But I am sure that God will bleseed you as you always do your best for your student with love ... Thank you Mr. Louis, we hope you always health. We love you ....

Sunday, 6 June 2010

JADI MINORITAS

Cerita ini bukan cerita tentang sara, walaupun mungkin kental dengan nuansa itu. Cerita ini lebih pada pengalaman luar biasa indah yang saya rasakan selama ini, berada di tengah-tengah perbedaan yang terjalin luar biasa tulus dan ihklas bersama teman-teman sekolah.

Alkisah, sejak umur 4 (empat) tahun saya sekolah di taman kanak-kanak (TK) katholik yang terkenal & sangat disiplin di kota kelahiran saya, kota kecil, di Jawa Tengah. Melanjutkan ke sekolah dasar (SD) saya pun masih bersekolah di yayasan sekolah yang sama. Hingga melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, lagi-lagi saya menghabiskan waktu saya di sekolah menengah pertama (SMP) di sana. Alhasil, saya sedikitnya menghabiskan sebelas tahun bersekolah di sekolah katholik. Bisa dibayangkan, saya bertemu dengan teman yang sama sejak saya TK hingga SMP ! Kwkwkwkwk ! Seru kaaaaaan ?

Layaknya anak kecil, saya tentu tidak mengenal yang namanya perbedaan dalam kaca mata sara. Apalagi menjadi minoritas, saya tidak tahu sama sekali. Yang saya tahu, teman-teman saya sebagian besar memang keturunan china, bermata sipit, berkulit putih dan berbeda keimanan dengan saya. Namun selebihnya, saya melakukan banyak hal di sekolah bersama-sama seluruh teman-teman yang saya kenal. Percayakah, hingga kini saya masih ingat berbagai doa dan lagu-lagu gospel yang pernah saya tahu sejak saya kecil dulu. Saya menganggapnya sebagai ilmu pengetahuan. Sebuah perbedaan yang selayaknya tidak perlu menjadi permasalahan ....

Kami belajar di kelas yang sama, mengikuti pelajaran tari jawa klasik bersama-sama, menghafal tembang mocopat bersama, berlatih drum band dan menjadi juara, berlatih ensamble dan tampil di TVRI Jogjakarta serta menginap di salah satu sekolah susteran di Jogja, dan masih banyak lagi. Satu-satunya perbedaan mungkin, uang sekolah saya lebih murah dibandingkan teman-teman saya, karena orang tua mereka jauh lebih kaya raya daripada orang tua saya ! Hahahahahaha ... ! Ya, uang sekolah menjadi salah satu wujud toleransi nyata di antara kami yang bersekolah di sana. Jadi yang mampu mensubsidi yang lainnya.

Kini, 22 (dua puluh dua) tahun berlalu, kami pun berkumpul lagi dalam sebuah acara reuni yang luar biasa menyenangkan. Dan saya, masih merasakan kebersamaan itu ! Bayangkan saja, tidak satu orang pun di antara kami para alumni diwajibkan membayar dengan besaran tertentu. Sebaliknya, siapa pun boleh mengirimkan donasinya, berapapun besarnya. Yang tidak mampu, tidak perlu menyumbang.

Tidak hanya itu, teman-teman penggagas reuni pun berkeinginan mengumpulkan semua kepala sekolah (saat itu ada 2 kepala sekolah yang bertugas), guru, petugas tata usaha hingga tukang kebersihan dan tukang kebun ! Padahal, ada di antara mereka yang sudah pensiun, sakit, pulang kampung, yang keberadaannya cukup jauh dari kota kami. Alhamdulillah, teman-teman berhasil menjemput mereka satu demi satu yang 'tercecer', menyediakan penginapan yang layak dan mengantarkan mereka kembali pulang ke kota asalnya. Maka di hari reuni itu, para alumni yang berasal dari 6 (enam) kelas itu (berarti lebih dari 200 alumni) pun berhasil menemui 34 (tiga puluh empat) orang yang telah berjasa mendidik mereka. Luar biasa .... !!!

Maka, pada 28-29 Mei 2010 lalu, reuni yang berlangsung 2 hari satu malam itu pun berlangsung sukses, meriah dan menyenangkan, di ballroom sebuah hotel berbintang 3 terbaik di kota kami, dilanjutkan berkumpul dalam api unggun dan di berakhir di sebuah lapangan futsal. Semua makanan masa kecil kami tumplek blek di sana. Kami tinggal datang, dibagi kaos dan souvenir serta memandangi pasfoto lugu kami semua 22 tahun lalu yang terpampang besar-besar di sepanjang dinding ballroom hotel. Maka kami pun dibuat takjub dengan tampang culun kami lengkap dengan cap jempol !

Dengan bijaksana, salah seorang guru kami dalam pidatonya menyampaikan kesannya pada hajat reuni ini. Bahwa beliau bisa melihat dan merasakan, ada wajah-wajah sukses di antara kami, tapi juga ada wajah-wajah belum sukses di antara kami. Namun itu semua tidak menjadikan perbedaan sedikitpun di antara kami. Beliau dapat merasakan kebersamaan yang tulus di antara kami. Demikianlah nilai-niali yang beliau-beliau tanamkan pada kami berpuluh-puluh tahun lalu. Inilah buahnya, kebersamaan yang nyata ....

Saya, menjadi satu di antara 4 (empat) orang alumni yang hadir berkerudung. Subhanallah. Bagi saya, itulah indahnya perbedaan. Dalam lingkungan ini, sesungguhnya saya merasakan diri saya sebagai minoritas yang sangat bersyukur & beruntung. Saya memiliki teman-teman yang sangat baik. Mereka semua (yang mayoritas) sangat penuh pengertian terhadap perbedaan yang ada, yang bisa jadi sangat sensitif di antara kami (yang minoritas). Sahabat-sahabat saya ini, rekan-rekan panitia, dalam berbagai kesulitan finansial dalam penyelenggaraan kegiatan reuni ini selalu menekankan "... kan tidak semuanya mampu ..." termasuk saat panitia akhirnya memutuskan membagikan hem rompi alumni yang sangat gaya kepada semua alumni dengan free. Mereka mengutamakan kebersamaan, apapun yang terjadi. Dan pembicaraan itu hanya terjadi di antara mereka, saya pun tidak tahu bila saya tidak bertanya ada masalah apa ?

Sebaliknya, karena saya termasuk kelompok minoritas, maka teman-teman minoritas yang lain, baik yang berbeda suku, keyakinan maupun status ekonomi pun memiliki kesan yang sama serta punya caranya sendiri menyikapi keindahan ini. Intinya, saya dan mereka (yang minoritas) sama-sama mengerti situasi ini. Mereka, secara tulus menyampaikan ucapan terima kasih kepada teman-teman penggagas acara atas undangan dan segala kesempatannya untuk bergabung dalam acara yang luar biasa penuh kenangan dan menyenangkan ini, melalui saya. Mungkin, mereka berpikir saya menjadi panitia dalam hajatan besar ini. Padahal, saya pun hanya tamu. Ternyata, baik mereka yang mayoritas maupun kami yang minoritas sama-sama menyadari apa & bagaimana mereka seharusnya bersikap dan lakukan dalam posisi mereka masing-masing. Subhanallah ... betapa indahnya Allah telah memberikan kedamaian seperti ini di antara kami ...

Masih terbayang dalam ingatan saya, malam itu, saat lagu Hymne Guru dialunkan bersama alumni dan siswa, dalam kegelapan berteman bias lilin-lilin kecil. Saya melihat wajah para guru itu sungguh masgul, tertegun, terkesima, mata mereka nanar, tersentuh, terharu, bahagia, bangga ... dan entah apa lagi. Kami para muridnya tak akan mampu membawa kebersamaan tanpa nilai-nilai yang senantiasa mereka tanamkan 22 tahun lalu itu.


Menjadi minoritas, bila berada dalam lingkungan mayoritas yang sangat penuh toleransi dan pengertian sungguh hanya kebaikan semata yang akan kita tuai. Saya sangat menghargai atas pertemanan yang tulus yang telah dijalin oleh teman-teman semasa kecil saya dulu itu. Bisa jadi, dalam benak mereka tidak pernah terlintas soal minoritas dalam interaksi sosial ini. Bisa jadi ini hanya persaaan saya saja yang terlalu naif. Karena, interaksi ini, hubungan pertemanan ini benar-benar tulus dan nyata. Dan itu, agak sulit diterima oleh nalar, akar pikiran saya, di situasi bangsa belakangan ini. Namun saya percaya, tak ada yang tak mungkin bila Tuhan menghendaki. Dan atas seizin-Nya-lah maka seluruh nikmat ini dapat kami rasakan. Subhanallah, semoga keindahan dan ketulusan ini akan senantiasa terjaga. Amin ....

Tuesday, 25 May 2010

The Most Expensive Groupies in the World

It could be me, become the most expensive groupies in the world. I go for work every single day for doing nothing. At least, without doing something that give me a chance to actualize myself professionally.

I am not working at the right & suitable place with my educational background and experiences. On the contrary, I can not contribute my energy optimumly to the company. Fortunetaly, I am paid for much money, every month includes bonus, incentives, and many more priviledge by the company. The most sadness of the story is, I have spent for years to face this terrible situation. So, that is a very, very, very serious problem. Not only for me but the most important thing is ... for the the company. That's why, I said that me, myself, could be the most expensive groupies (of the company) in the world.
However, as a human being, I take all of this fairly. Actually I am so greatfull with everything I have with my job. I am not tired, I am not doing over time at all, I am paid much money, I get my bonus, incentives & others allowance, I receive priviledges including the pension allowance and I am okay. Not everybody get lucky as I am. So, there is nothing to be worried, isn't it ?

Tuesday, 20 April 2010

SELAMAT HARI KARTINI !!!

Alhamdulillah, wa syukurillah ... Subhanallah. Hari ini, semua rakyat jelata Indonesia tengah merasakan nikmatnya, hasil perjuangan Raden Ajeng Kartini, yaitu memperoleh kesempatan belajar yang pada awalnya hanya menjadi hak kaum bangsawan dan orang-orang kaya. Jadi, RA. Kartini bukan hanya pahlawan emansipasi, namun lebih dari itu, pahlawan pendidikan bagi golongan masyarakat bawah, strata paling rendah seperti kita kebanyakan.

Kartini lahir sebagai putri seorang Bupati Jepara yang menganut poligami. Ironisnya, setelah remaja, Kartini pun dinikahi oleh Bupati Rembang yang juga menganut poligami dan telah memiliki 3 (tiga) orang istri.

Besar dalam keluarga yang ayahnya berpoligami, Kartini merasakan kesengasaraan yang nyata akibat kehidupan keluarga yang berpoligami. Namun hikmahnya, walaupun Kartini menjalani kehidupan poligami, sang suami memberikan keleluasan bagi Kartini untuk mengembangkan kemampuan diri dan berbuat banyak hal. Dan apa yang dilakukan Kartini saat itu telah berbuah manis yang kini dirasakan oleh rakyat kebanyakan saat ini, yaitu kesetaraan dalam status sosial, mendapatkan kesempatan untuk belajar, meraih pendidikan setinggi-tingginya.

Khususnya bagi kaum perempuan Indonesia, Kartini-Kartini masa kini, maka peringatan hari Kartini akan lebih tepat bila didedikasikan kepada kaum pria. Dengan harapan agar kaum pria mempunyai pemahaman dan pandangan yang jauh lebih moderat dan menghargai keberadaan perempuan dengan segala kelebihan dan kodratnya. Jadi, apa yang diperjuangkan oleh Kartini dapat dimanfaatkan oleh kaum perempuan dan bermanfaat bagi semua pihak secara tepat dan optimal.

Bahwa kodrat yang dimiliki oleh semua makhluk bukan berarti sebuah halangan. Begitu pun perempuan. Apakah kodrat yang dimiliki kaum adam sebagai maklhuk yang kuat secara fisik dengan pemikiran yang rasional (katanya) menjadi sebuah kekuatan sementara kodrat yang dimiliki kaum hawa yang lemah lembut dan perasa menjadi sebuah kekurangan ? Tentu sama sekali bukan demikian.

Bahwa Kartini bukanlah kaum feminis. Begitu pun para perempuan Indonesia hari ini, mereka bukan feminis. Namun saat kini para perempuan mempertanyakan haknya, mengapa masyarakat menuduhnya sebagai feminis ? Kartini saat ini adalah perempuan yang berperan ganda, sebagai ibu rumah tangga dan sebagai perempuan bekerja. Namun penghargaan kepada perempuan atas peran gandanya yang tak mudah tidak secara nyata dapat dirasakan.

Kartini Indonesia sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaan rumah tangga bukanlah pekerjaan perempuan. Pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan bersama. Membesarkan anak bukanlah pekerjaan perempuan, membesarkan anak adalah kewajiban bersama, ayah dan ibu. Namun lihatlah, Kartini saat ini, bangun lebih pagi dan tidur paling akhir. Dan kaum pria tetap meminta haknya membabi buta tanpa pengertian sama sekali apalagi penghargaan dan ucapan terima kasih yang disampaikan dengan lembah lembut.

Kartini Indonesia sebagai perempuan bekerja. Perempuan menuntut ilmu hingga tinggi dengan ijasah yang sama dengan kaum adam, dengan nilai yang bisa jadi lebih baik. Namun, perempuan bekerja tidak mendapatkan fasilitas yang sama dengan apa yang diperoleh oleh pekerja pria. Perempuan masih dianggap sebagai lajang. Padahal bila ia seorang single parent, bukankah perempuan itu sebagai tulang punggung keluarga ? Ada apa ini ? Tiba di kantor di jam yang sama, bekerja dalam kurun waktu yang sama lamanya, dan meninggalkan kantor bahkan lembur dengan hitungan waktu boleh jadi lebih lama. Tapi mengapa perempuan tidak mendapatkan hak yang sama ?

Peran ganda perempuan saat ini adalah sebuah realita. Bahwa hidup kini semakin berat. Biaya hidup semakin besar. Kesehatan dan pendidikan anak-anak semakin mahal. Maka, peran ganda perempuan menjadi alternatif untuk membantu mewujudkan sebuah keluarga yang sejahtera sesungguhnya menjadi sebuah solusi yang "win-win solution".

Hal yang paling mendasar dalam hal ini adalah, kaum adam perlu lebih membuka diri dan memberikan pengertian mengenai keberadaan dan peran ganda perempuan secara lebih bijaksana dan legowo. Kemajuan perempuan tidak untuk dihadapkan pada pernyataan "Perempuan (isteri) adalah hak saya (suami), maka perempuan harus mengikuti semua yang saya katakan, boleh dan tidak boleh !" Perempuan menjadi ibu rumah tangga dan bekerja bukanlah sebuah kondisi yang harus dipilih, namun sebaliknya menjadi sebuah strategi sekaligus solusi yang mempunyai resiko yang harus ditanggung bersama.

Kaum adam tidak boleh lagi melakukan bullying baik secara fisik maupun mental terhadap prestasi yang diraih kaum perempuan hanya berbekal priviledge yang dimiliki dan ironisnya hanya diketahui secara terbatas dengan penafsiran yang sangat subyektif. Sesungguhnya kaum adam menjadi hebat kala mereka bisa menghargai kaum perempuan.

Kartini saat dulu dan sekarang tetaplah sama, mereka, kaum perempuan bukanlah subyek. Kartini saat ini adalah pejuang dengan segala resikonya, termasuk hak reproduksinya. Kartini bekerja menjadi demikian lelah secara fisik sehingga besar pengaruhnya terhadap kesehatan resikonya. Ditambah lagi dengan bullying yang kerap diterimanya, maka Kartini saat ini pun menjadi lelah secara fisik dan mental.

Perempuan adalah tulang punggung suatu negara. Karena negara yang kuat berawal dari didikan para ibu. Dan ibu merupakan madrasah, sekolah dasar yang terbaik yang dimiliki oleh anak-anak tanpa pamrih. Dari darah seorang peremupuan pulalah gen intelegensia diturnukan kepada anak-anaknya, bukan dari kaum pria. Namun demikian, adalah orang tua yang menjadikan anaknya seorang kafir, majusi atau seorang muslim. Orang tua artinya tentulah ayah dan ibu.

Jadi, tidak berlebihan rasanya bila Hari Kartini didedikasikan kepada para kaum pria. Dan, berkaca dari realita yang dihadapi saat ini maka sudah selayaknyalah kaum pria lebih menghargai para Kartini Indonesia. Kartini Indonesia bukan ancaman bagi kaum pria. Kartini Indonesia juga sama sekali tidak berambisi untuk merendahkan kaum pria dengan prestasi dan peran ganda yang berhasil dijalaninya selama ini. Para Kartini bisa menjadi partner dalam banyak hal. Selamat Hari Kartini !!!

Wednesday, 31 March 2010

BAD HABBIT

Hampir sepuluh tahun lalu, saat baru diterima bekerja di perusahaan baru, saya menempati sebuah ruang kerja atau kantor yang posisinya sangat strategis dibandingkan ruang-ruang kerja yang lain.

Seperti halnya rumah, posisi ruang kerja saya berada di pojokan (hook). Dengan posisi yang strategis dan kondisi ruang kerja yang sisi depan dan sampingnya berjendela besar-besar maka kami berenam yang berada di dalam ruangan selalu memiliki pemandangan yang menarik setiap harinya. Akibatnya ... tanpa saya sadari (mungkin juga oleh rekan sekerja yang lain), kami seringkali mengomentari siapapun yang lalu lalang di depan ruang kerja kami itu.

Nah lho ... jadi bad habbit (kebiasaan buruk) 'kan ? Karena kalau manusia sudah berkomentar ... sudah menjadi fitrahnya ... manusia itu penuh dengan kedengkian, maka seringkali lebih banyak komentar buruk ketimbang komentar baik yang meluncur dari mulut-mulut kami. Tak jarang kami pun mengolok-ngolok siapa pun orang yang lewat, kenal atau pun tidak kenal. Setelah itu kami tertawa terbahak-bahak. Buruk sekali ya ... ?

Setelah berkantor di sana hampir 3 (tiga) tahun ... saya pindah bagian dan menempati ruangan baru yang letaknya terisolir. Ruang kantor saya berada di lantai dua dengan kondisi yang sedikit lembab dan panas karena pendingin ruangan yang kurang optimal. Walaupun hanya sementara, namun yang pasti ruangan tersebut hanya dikelilingi tembok tanpa satu pun jendela untuk memandang ke luar. Wuakakakak ... !

Saat itulah saya baru menyadari kebaikan dari kondisi yang saya terima saat itu. Saya pun seraya bergurau menghubungi salah seorang mantan atasan dan mengatakan bahwa saya bersyukur sudah pindah bagian, karena dengan dengan demikian dosa saya berkurang karena saya tidak bisa ikut mengomentari atau mentertawai orang-orang yang lalu lalang di depan ruang kantor yang lama lagi. Dan sang mantan bos pun setengah mengumpat berkomentar "Sialan lu ... iya juga ya ... ?" katanya. Wuakakakak ... Alhamdulillah, untuk satu perkara saya terselamatkan ....

Saat ruangan yang tengah dipersiapkan sudah jadi, saya pun menempati ruangan kerja baru yang ... tetap ... dengan peluang yang sangat sedikit memiliki akses pemandangan ke luar. Namun ... ruangan saya kini bisa dibilang adalah ruangan dengan fasilitas terbaik yang dimiliki ruang kerja di antara ruang-ruang kerja yang lain. Maka muncullah persoalan yang lain lagi.

Ruang kerja itu memiliki fasilitas komunikasi yang nyaris sempurna. Akibatnya, siapapun dapat berkomunikasi dengan fasilitas kantor untuk alasan yang rancu, antara kantor dan urusan pribadi. Bad habbit lagi donk neeeh ... ?

Setelah hampir 3 (tiga) tahun saya pindah bagian lagi. Kali ini ... saya terhindar dari keduanya. Senangnya ... ! Saat saya masih mendapati beberapa rekan masih melakukan hal buruk yang pernah saya lakukan sebelumnya, saya pun tersenyum, mungkin dia butuh kondisi serupa saya agar terbebas dari kebiasaan buruknya.
Berbilang tahun kini, saya bersyukur telah melewati ujian yang mungkin bagi banyak orang sangat sepele dan tidak berarti apa-apa. Kadang kita lupa ya ... betapa kita harus pandai-pandai memanfaatkan apapun yang datang dalam hidup kita agar semuanya berlangsung sesuai ketentuan dan kebenaran. Kalau kita tidak mampu 'membaca dan berpikir' maka kita akan tergolong ke dalam orang-orang yang merugi ...

Monday, 29 March 2010

If there is no one like me ....

If ... there is no body so bad like me in the world, hence there is no people will tell you that you're such a good person, a good teacher, a good father, a good daughter, a good mother in law, a good neighbour, a good boss, a good student, a good husband, even a good employee ... ! No one can tell !

If ... there is no one so wierd like me in the world, do you think that you will be meaningful to others ? How can you see it, without knowing somebody so bad like me ? You don't even can convince people that every thing you do is the right thing, if you do not have any bad evidence to compare ! And ... you only can do that if you find a bad person like me !

Allah SWT create a bad person like me as example. Allah SWT create a bad girl like me to show all the people how holly Allah SWT is ! A bad person like me ... help other people to perform their goodness ! Damn ! By a bad person, you are able to be compared and you are able to see the differences ! By looking at the darkness side of bad person, you are able to learn and find that actually there are good persons in the world ! And one of them it could be you ! Without a bad person, you can't compare it. It means, a bad person is not useless at all.

No one want to be born as a bad person. Can you ask to have wonderful parents ? Nop, it was given. Can you ask to be born (sorry to say ... ) blind ? Nop, it was given. Whatever you have in the world 'till you death, it was created by Allah SWT in your own holly book before you are born ....

Sunday, 28 February 2010

NEVER NEVER NEVER

I'd like to run away from you, but if you never found me, I would die
I'd like to break the chains you put around me and I know I never will

You stay away and all I do is wonder why the hell I wait for you
But when did common sense prevail for lovers when you know it never will

Impossible to live with you but I know I could never live without you
For whatever you do I never never never want to be in love with anyone but you

You never treat me like you should, so what's th egood of loving as I do ?
Although you always laught at love, nothing else would be good enough for you

Impossible to live with you but I know I could never live without you
For whatever you do I never never never want to be in love with anyone but you

You make me laugh, you make me cry, you make me live, you make me die, for you
You make me sing, you make me sad, you make me glad, you make me cry, for you

I love you, hate you, love you, hate you
But I'll want you till the world stops turning
For whatever you do
I never never never want to be in love with anyone but you ....

Wednesday, 24 February 2010

KASIH SAYANG PEMBANTU

Kisah berikut ini adalah salah satu fenomena yang mungkin tidak pernah kita sadari keberadaannya, namun sungguh terjadi pada diri kita. Ada banyak hikmah yang dapat dipetik dari realita ini. Semoga, kita sebagai orang tua dapat memperbaiki diri dan mengembalikan apa yang menjadi hak anak-anak kita ....

Dalam sebuah halaman jejaring virtual, tampak komentar/status seorang pemilik account menampilkan hasil ulangan/ujian pelajaran IPS seorang siswa kelas 1. Secara keseluruhan nilai hasil ulangan tersebut sangat bagus, di atas 8, namun ... kebetulan ada sebuah pertanyaan yang dijawab salah dan ... kesalahan itu sungguh akan menggelitik siapapun yang membacanya ....

Pertanyaannya ... "Gambar di samping (seorang perempuan tengah menggendong bayi) mewujudkan kasih sayang seorang ... "
  1. pembantu

  2. ibu

  3. ayah

Ternyata ... jawaban si anak adalah ... pembantu !!!


Tak pelak lagi, maka komentar pun bererot panjang ....

Sekali lagi, kisah ini bukan bermaksud mendeskriditkan pihak manapun. Namun ... hal ini bisa jadi merupakan salah satu bukti, fenomena, realita yang terjadi di sekitar kehidupan kita selama ini. Itulah potret sesungguhnya yang dimiliki seorang anak kecil tentang lingkungannya, terutama tentang keluarganya.

Bahwa, yang ditemui oleh seorang anak di tengah keluarga yang kedua orang tuanya bekerja adalah ... mereka, anak-anak itu, adik-adiknya, selalu diasuh oleh pembantunya, bukan oleh orangtuanya. Jadi apa yang mereka lihat dalam keseharian kehidupan mereka adalah sejak bangun tidur, dimandikan oleh pembantu, berpakaian dibantu oleh pembantu, sarapan disuap oleh pembantu, sekolah diantar pembantu, pulang dijemput pembantu, tidur siang ditemani pembantu, belajar didiajari pembantu, les diurusi pembantu, ke mall digendong pembantu, tidur malam, kembali ditemani oleh pembantu. Orang tua, hanya mendampingi secara "seremonial" saat di pintu mobil hendak berangkat sekolah, cium tangan, pipi kanan kiri, dah-dah dan ambil rapot ....

Akibatnya, hasilnya, ya ... wajarlah bila mereka menganggap bahwa yang memiliki kasih sayang adalah pembantu. Karena pembantulah yang selalu mengasuh mereka.

Bayangkanlah bila jawaban seperti itu ternyata merupakan jawaban sebagian besar siswa ? Bukankah realita tersebut akan sangat menyedihkan ? Semoga ... peristiwa ini dapat menjadi hikmah bagi kita semua, terutama sebagai orang tua. Anak-anak berhak atas kasih sayang kedua orang tuanya. Demikianlah fitrah menjadi orang tua, wajib menyayangi anak-anaknya, dan demikian pula fitrah bagi anak-anak ... berhak dicintai dan disayangi oleh orang tuanya ....


Tuesday, 23 February 2010

MUI TOLAK ALAT PEMINDAI TEMBUS PANDANG

Dalam salah satu pemberitaan surat kabar harian nasional pagi ini termuat sebuah gambar yang memperlihatkan seorang gadis tengah menjadi model bagi peragaan sebuah alat pemindai canggih di salah satu bandara internasional di Amerika Serikat. Di sekeliling sang gadis semampai tersebut puluhan kuli disket dan fotografi berebut mengambil gambar dan tampak memperhatikan bagaimana alat pemindai tersebut bekerja. Mengapa mereka tampak begitu antusias ? Pasalnya, alat pemindai itu, konon kabarnya mampu mendeteksi obyek, dalah hal ini manusia secara tembus pandang. Nah lho !!!

Hebatnya, MUI segera merespon hal itu secara tegas dalam pemberitaan radio yang disiarkan siang ini. Alasannya :
  1. Melanggar hak azasi manusia

  2. Melanggar norma agama, dalam hal ini khususnya kaidah Islam

Persoalannya, di Indonesia mungkin saja ... pemerintah tidak menggunakan alat pemindai tersebut, secara gitu ... harga alat itu bisa jadi sangat mahal. Tapiiiiii ... pi ... pi ... pi ... belum tentu negara lain memiliki pemahaman yang sama tentang hal ini 'kan ? Lagian kan mereka lebih kaya gitu ... Jadi membeli alat itu bisa jadi gak masalah gitu lho ... Jadi, kalau warga negara Indonesia (khususnya yang muslim) bepergian ke luar negeri dan dideteksi dengan alat pemindai tersebut, tentu tetap akan terampas hak azasi dan hak beragamanya bukan ?

Sesungguhnya hal ini bukan persoalan sara, khususnya menyangkut soal agama. Hanya saja, kebetulan Agama Islam mengatur secara tegas mengenai aurat seluruh umatnya, dan itu bukan hanya bagi kaum perempuan saja, termasuk pula kaum laki-laki. Bahwa keduanya tidak diperkenankan mempertontonkan aurat kepada mereka yang bukan muhrimnya. Namun, batasan aurat bagi perempuan dan laki-laki berbeda ukurannya ....

Jadi ,bagaimana bagusnya mengatasi persoalan ini ? Apakah anda keberatan bila tubuh anda dilihat dengan sengaja oleh orang lain yang bukan siapa-siapa anda, untuk kepentingan yang ... mungkin agak lebai dipaksakan bila anda termasuk orang yang pantas dicurigai sebagai teroris ... ? Karena alat pemindai itu bisa jadi digunakan karena salah satu alasannya adalah untuk mencegah masuknya teroris dan narkoba ... Bagaimana menurut anda ?


Sunday, 21 February 2010

WHAT'S A DIFFICULT TO BE A PROFFESSIONAL !

Kau boleh acuhkan diriku, dan anggapku tak ada ...
Namun tak kan merubah perasaanku, kepadamu ....

Ku yakin pasti suatu saat, semua kan terjadi,
Kau kan mencintaiku, dan tak akan pernah melepasku ... !!!

Aku mau mendampingi dirimu,
Aku mau cintai kekuranganmu,
Slalu bersedia bahagiakanmu, apapun terjadi ....
Kupastikan aku ... ada !

Sunday, 14 February 2010

Sunday, 7 February 2010

I'LL DIE WITHOUT EMAIL

Oh my God, it seems that I will die without email & internet. Why does internet become so important for human being ?

Today, I think it's more than my 14 days live without email & internet, and it feel really wierd. Hence I have tried so many ways to deal with.

Once again, a prove that nowadays even virtual media can not replace kind of concervative methodes of communications, but in fact, people can not live without email & internet. Moreover, people will suffer and get so many problems without it.

Any doubt about it ? Tell me ....

Monday, 1 February 2010

NIK NOK NIK NOK

Tik ... tok ... tik ... tok ... serasa dunia ini mati ? Ga' juga sih. Hanya takjub saja dengan apa yang bisa terjadi di dunia ini. Betapa sulitnya untuk dipahami hidup ini. Manusia memaknai setiap kesulitan seolah hidup ini sudah mati. Begitu pendeknya, begitu putus asanya.

Padahal, nikmat yang mana lagi yang akan engkau dustakan ? Begitu banyak nikmat yang kita miliki dalam hidup ini. Betapa beruntungnya diri kita ini. Sejak lahir diciptakan begitu sempurna, tanmpa cela. Seluruh organ berfungsi sempurna tak ada kekurangan sedikitpun, dengan wajah yang sangat elok, cantik, tampan, sama sekali tidak jelek.

Beranjak dewasa hingga kecil selalu makan dengan cukup, pagi, siang, sore, malam, selalu bisa makan apa saja yang kita mau. Pertolongan selalu ada dengan kehadiran pembantu yang lebih dari satu, dua, bahkan tiga ! Sekolah, selalu sekolah di tempat terbaik, tanpa pernah kesulitan membayar uang sekolah. Kegiatan, seluruh kegiatan diikuti, kesenian, olah raga, organisasi, karang taruna hingga organisasi pemuda politik. Les menyanyi, menggambar, bermain musik, tenis, karate, voli, basket, kasti, pramuka hingga berkecimpung di organisasi pemuda underbow partai politik. Apa lagi ? Begitu banyak kegiatan yang bisa dilakukan. Les piano, walaupun terseok-seok, tetap bisa juga akhirnya merasakan, les bahasa inggris yang tadinya hanya mimpi, sekarang kesampean juga, bahkan beli piano dan memiliki kendaraan sendiri !

Kuliah, selalu mendapatkan nilai di atas rata-rata dan beruntung melanjutkan kuliah hingga lebih tinggi lagi. Bekerja ? Berapa banyak perusahaan besar yang sudah disambangi dengan pendapatan yang cukup baik. Sekarang ? Berangkat setengah tujuh pagi, dan pukul lima sore sudah kembali di atas tempat tidur kamar berpendingin udara sambil memegang remote AC. Ya Allah ... begitu mulianya hidup dan rezeki yang telah aku terima selama ini ?

Maka sekarang, ke mana-mana pun bisa dilakukan sendiri. Berkendara sendiri, melakukan segala sesuatu yang kita inginkan sendiri. Plus bonus untuk berbagi sedikit ilmu dengan para penerus bangsa yang juga ingin maju. Subhanallah ... begitu sempurnanya hidup ini.

Melalui setiap perjalanan hidup dengan penuh kemuliaan, penuh kemudahan, siang dan malam tak pernah kehujanan dan kepanasan. Begitupun masih bisa 'menawar' untuk memperoleh tempat yang dirasa lebih nyaman lagi. Dan itu pun masih bisa dilakukan ... subhanallah ....

Sekarang, kalau hanya dengan sekelumit persoalan sudah berasa mati ... betapa tidak bersyukurnya kita ini sebagai makhluk ? Makhluk yang tidak mampu melakukan segala sesuatunya sendiri tanpa ketentuan Maha Kuasa atas segala sesuatu ....

Ya Allah ... semoga aku tergolong ke dalam orang-orang yang bersyukur ....

Tik ... tok ... tik ... tok ...