Tuesday, 30 June 2009

CITA-CITA 2009

Cita-citaku sepanjang 2009 kok sepertinya belum ada tanda-tanda yang terlalu menyenangkan ya ? Padahal ini udah separuh jalan, alias udah memasuki bulan ketujuh.
  1. Shalat lebih rajin, on time, udah belum ya ... ?
  2. Punya rumah baru yang lebih besar, alhamdulillah ... tapi kapan bisa pindah ya ... ?
  3. Dapat kerjaan baru, udah dipanggil interview 4 (empat) perusahaan tapi kok belum ada yang gol ya ... ?
  4. Pengen punya baby, gimana caranya ya ... ?

Astaghfirullahalazim ... mudah-mudahan aku semakin banyak bersyukur ....

BINTARO SEKTOR IX - BLOK M, 35 MENIT

Masa-masa liburan begini, berangkat dan pulang kantor jadi agak sedikit menyenangkan. Pagi ini, berangkat dari rumah pukul 06.33 wib, tiba di palatehan lapangan mabak pukul 07.18 wib. Itu pun lantaran macet persis di depan kantor gara-gara jalanan terhalang metromini naik-turunin penumpang persis di tingkungan plus parkiran kendaraan dinas polri yang lagi upacara yang menghabiskan persis separuh jalan alias 2 (dua) jalur.

Tapi yang paling seru kemarin, berangkat dari rumah pukul 06.56 wib, tiba di kantor 07.31 wib ! Wuekekek ... ! Asli pembalap ! Pemuda berbadan gelaaaaaap ... !

Wednesday, 17 June 2009

LEGA RASANYA ....

Jadwal mengajar semalam sesuai rencana di awal dimanfaatkan untuk ice-breaking, simple survey & evaluasi. Menarik sekali, dan rasanya bisul pecah dengan keakraban suasana semalam. Bila 2 (dua) pertemuan terakhir berturut-turut saya selalu nyasar setiap kali pulang ngajar lantaran selalu nyupir sambil mikirin kondisi kelas, semalam Alhamdulillah ... saya bisa pulang dengan hati yang legaaaa ... rasanya.

Walaupun agak terlambat dan baru dilakukan di pertemuan ke-sembilan setelah UTS, tapi ice-breaking semalam cukup efektif untuk menyadarkan kita semua yang ada di sana (kelas). Akhirnya, masing-masing siswa pernah mendengar nama, kegiatan atau pekerjaan bahkan usia teman-teman satu kelasnya selain kuliah malam.

Diskusi kedua, adalah mini survey menyoal seberapa banyak teman satu kelas yang masing-masing siswa kenal atau miliki. Berdasarkan survey, sampling n = 12 (50%) dari N= 24 siswa, terbukti bahwa ternyata sebanyak 33% responden atau 4 orang siswa hanya mengenal kurang dari 5 (lima) orang teman sekelasnya. Sementara sebanyak 3 (tiga) siswa atau 25% mempunyai teman 6 & 7 (atau masing-masing 25%). Sebanyak 1 (satu) orang siswa mempunyai teman 8 & >10 (masing-masing 8,3%). Berdasarkan data yang ada artinya, siswa yang punya teman lebih banyak dari 5 orang (6, 7, 8, atau > 10) jumlahnya jauh lebih sedikit. Tentu, kondisi ini memprihatinkan sekaligus membuktikan kepada para siswa betapa lemahnya pertemanan (jaringan) yang berhasil mereka bangun selama 8 kali pertemuan (hampir dua bulan) dalam sebuah komunitas yang hanya terdiri dari 54 orang saja. Hal inilah yang diduga mempengaruhi buruknya perolehan nilai ujian karena antarsiswa jarang melakukan interaksi secara intim. Artinya, kenal secara personal saja tidak, bagaimana antar siswa akan melakukan kegitan-kegiatan lain yang lebih menyenangkan dan berkualitas sehubungan dengan aktivitas belajar mengajar seperti berbagi berbagai informasi dan belajar bersama ya ?

Terakhir, adalah evaluasi bersama, tidak saja bagi siswa tapi juga bagi saya. Saya berusaha banyak memotivasi para siswa dengan mengungkapkan kelemahan mereka selama ini dalam proses belajar dan mengerjakan tugas maupun ujian. Sebaliknya, para siswa pun saya beri kesempatan untuk mengkritik saya secara bebas dan rahasia dalam selembar kertas. Hasilnya pun, langsung saya respon saat itu.

Kritikan para siswa tampaknya tidak lebih dari komentar yang menurut saya lebih pas disebut sebagai pujian ya ? Seperti komentar mereka bahwa saya terlalu perfeksionis, tegas, cukup menguasai materi, smart dsb. Nah, kritikannyalah yang sangat menarik. Menurut para siswa ... saya terlalu cepat dalam berbicara, saya menggunakan metode yang tidak lazim seperti pemanfaatan internet dalam tugas dan berkomunikasi dengan siswa, saya juga terlalu banyak memberikan tugas (padahal cuma 3), oya saya juga dianggap lebai karena suka show off dengan kemampuan saya, selain itu para siswa mengklaim bahwa selama ini mereka sudah berupaya semaksimal mungkin dan melaksanakan tugas sebaik-baiknya tapi mengapa hasilnya masih buruk juga, saya pun dinilai sering melampaui waktu mengajar, dan terakhir ... ini dia yang menarik ... saya tidak sedap dipandang karena pucat alias tidak berdandan ... !!! Wuakakak ....

Asli ... diskusi semalam sungguh sangat menarik. Persoalannya, kalau sudah soal berdandan saya sungguh mati gaya karena saya tidak suka dan tidak bisa berdandan seperti kebanyakan perempuan yang lain. Saya harus banyak berterima kasih kepada semua siswa-siswa saya yang sudah mengingatkan banyak hal yang mungkin selama ini hal-hal tersebut saya anggap tidak penting. Semoga, saya dan juga para siswa dapat bersama-sama memperbaiki kekurangan kami masing-masing sehingga dapat berprestasi lebih baik lagi sesuai porsi kami masing-masing. Amiiin ....

Friday, 12 June 2009

BANG JAMIL, LAGEEE ... !

Lama ga' silaturahmi sama Bang Jamil, rasanya ada yang kurang. Jadi, pagi-pagi sekali saya langsung menghubungi beliau melalui telpon. Saat sudah on line, sapaan pertama beliau adalah "Siapa ini ? Kok suaranya lain ?" Segitunya udah saya jawab, "Ini Firlly" beliau masih saja "Kok suaranya beda ?" Jadilah, akhirnya kami berdua ngerumpi pagi-pagi di tengah-tengah perjalanan beliau menuju kampus untuk mengajar.

Pertanyaan saya yang pertama adalah "Abang sehat ?" yang langsung dijawab "Saya sehat, alhamdulillah". Waktu saya protes beliau tidak pernah menghubungi saya dan selalu saya yang menghubungi dia, beliau pun ngeles, "Iya nanti ditelpon ..." Wuakakak. Topik obrolan kami pun akhirnya membahas "cape deh" ... Wuekekek.

Syukur alhamdulillah, saya sungguh merasa sangat senang, pagi-pagi bisa memulai hari dengan tertawa-tawa dengan salah seorang sosok yang sangat saya hormati, yaitu dosen saya. Saking penasarannya karena sudah lebih dari sebulan tidak mendengar kabarnya lantaran saya yang sakit dan diopname, saya jadi tanya terus-terusan sama beliau apakah beliau sehat. Setengah sebal akhirnya Bang Jamil pun menegaskan, "Lha kau dengar suara saya sepertinya bagaimana ? Sehat 'kan ?" saya pun kembali tertawa.

Bang Jamil, rumah di depok mengajar di kebon jeruk, kalau bukan karena panggilan hati, tak mungkin seorang guru mau mengajar sejauh itu. Saya saja berpikir puluhan kali saat memutuskan untuk mengajar, segitunya rumah dan kampus hanya 30 menit ditempuh.

Wuih ... pokoknya, inssya Allah kami janjian ketemuan minggu depan, setelah Bang Jamil kembali dari pertemuan Bakohumas di Bali. Maka seperti biasa saya pun lagi-lagi menggodanya, "Bang, kerja dunk ... jangan jalan-jalan aja. Disuruh kerja kok malah jalan-jalan terus ?" Rupanya Bang Jamil sedang senang berkomentar "cape deh". Makanya ledekan saya pun cuman ditimpalin "Cape deh ..." katanya sambil tertawa. Hingga akhirnya obrolan berakhir, "Sampe ketemu minggu depan bang ya, assalamualaikum ..." Bang Jamil pun naik bis menuju kampus ....

Wednesday, 10 June 2009

MENYESAL

Menyesal biasanya datang belakangan. Maksud hati ga' mau marah, apa daya ga' tahan juga. Alhasil, marah juga. Akhirnya, menyesal ....

Saya hanya mengenal diri saya sendiri saja, bahwa seingat saya saya tidak pernah bersikap seperti itu. Saya selalu menghormati dan mencintai guru-guru saya. Saya selalu bersahabat dengan mereka. Sejak saya sekolah dasar saya punya banyak kisah dengan guru-guru saya, baik guru menari, guru musik, guru drum band, guru olah raga, guru IPS (hingga ulangan saya skornya 100!), dan banyak lagi.

Berlanjut di SMP, saya pun bersahabat baik dengan guru-guru saya, mulai dari guru bahasa inggris; tak peduli nilai rapot saya 4, guru matematika, guru olah raga, guru PKK, guru biologi. Namun akibatnya, saya mampu belajar dengan baik, termotivasi dan memperoleh nilai yang jauh lebih baik di akhir masa studi, lantaran saya mempunyai hubungan yang baik dengan guru-guru saya, lantaran saya selalu menghormati guru-guru saya.

Bagi saya masa SMA, adalah masa belajar yang paling sulit. Namun betapa pun sulitnya masa itu, tidak juga membuat saya tidak menghargai guru-guru saya. Saya tetap bersahabat dengan guru matematika yang killer sekalipun, guru olah raga, guru fisika yang guanteng, guru kimia yang aneh, guru biologi yang ... begitu deh, guru bahasa inggris yang wierd. Tapi tetap ... saya selalu menghargai mereka.

Kuliah, jangan ditanya lagi. Bang Jamil, dosen MPK paling disegani di kampus, dan saya belajar melebihi orang tirakat kejawen ! Saya uber-uber beliau ke mana pun perginya. Saya tidak peduli harus mengejar beliau ke mana, yang penting saya bisa belajar. Dan beliau tidak pernah keberatan, beliau selalu meluangkan waktunya untuk saya. Pak Lubis, dosen SEI yang sudah sangat sepuh, saya beradu pendapat soal nilai ujian saya, dan beliau mengakui saya layak mendapatkan nilai lebih baik.

Saya pun sangat bersyukur menjadi murid kesayangan Prof. Alwi Dahlan. Mungkin beliau tidak pernah merasa memperlakuan saya secara istimewa, tapi saya merasa beliau begitu baik terhadap saya. Padahal memperoleh nilai A beliau sungguh sangat sulit, tapi beliau begitu ... apa ya ..., memperhatikan setiap kemajuan studi dan tesis saya. Ada lagi Prof. Harsono, beliaulah yang menyelamatkan saya, beliau dengan tulus meminjamkan uang pribadinya untuk membayar uang sekolah saya yang terancam DO ! Saya tidak pernah membayangkan, apalagi terpikirkan ada dosen, guru sebaik hati itu terhadap siswanya. Dan saya sungguh sangat bersyukur saya memperoleh itu. Prof. Sasa Djuarsa Sandjaja, beliau yang aktif mengejar-ngejar saya agar merampungkan tesis saya.

Saya selalu terkesan kepada semua guru dan dosen saya. Walaupun, saya pun melihat begitu banyak kawan-kawan saya yang tidak menghargai mereka sebagaimana saya sangat menghormati mereka. Bagi saya, guru adalah sejajar dengan orang tua. Bahkan, pada periode atau kurun waktu penting di masa pertumbuhan, seorang anak lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah bersama guru-guru mereka. Guru-lah yang mengajarkan mereka berpikir.

Itulah sebabnya, saya tidak akan pernah lupa jasa-jasa Pak Thamrin dan Bu Fodhli. Merekalah yang mengajari saya sholat, ngaji, menulis arab, menghafal doa mau tidur, naik kendaraan, keluar pintu rumah, mau makan, keluar kamar mandi, dll. sejak saya kelas 1 SD ! Massya Allah ... apa jadinya saya kalau tidak ada mereka ....

Sekarang, saat saya berada di posisi mereka, saya tidak ingin anak didik saya merasa segan atau menghormati saya seperti ... apa ya ... kaku dan ortodok. Saya hanya ingin mereka menghargai diri mereka sendiri dan tidak melakukan kegiatan yang sia-sia yang tidak mengajarkan dan memberikan manfaat apa-apa bagi hidup mereka di masa depan. Saya hanya ingin, mereka punya kehidupan lebih baik dari saya, jauh lebih baik dari saya. Inssya Allah, amin ....

Sunday, 7 June 2009

MUKTAMAD "GA' ADA ?"

Pagi-pagi sekali saat saya ngerumpi by phone sama detya di bandung, tiba-tiba dia cerita kalau saat ini tengah beredar informasi, rumor, bahwa Pak Muktamad meninggal dunia. Pak Muktamad adalah guru matematika killer kami saat kelas 3 di SMA dulu. Selain berprofesi sebagai guru, beliau juga guru bela diri yang sangat rajin shalat dan tirakat, puasa, dll. Jadi, muktamad bukan sosok guru yang biasa-biasa saja. Dengan perawakan yang besar dan profesi di luar pengajar akademis, muktamad adalah sosok yang religius.

Namun, begitu sangarnya muktamad saat mengajar kami dulu, sampai-sampai suami saya selalu muntah-muntah setiap kali akan berangkat sekolah, khususnya bila hari itu ada pelajaran matematika yang diajarkan beliau. Selain sangar, beliau juga mengajar super cepat alias kilat khusus. Jadi metode dalam mengajar adalah memberikan penjelasan 30 menit, sisanya yang 15 menit langsung ulangan ! Celakanya, bila kita tidak menggunakan kertas ulangan khusus yang memang biasa digunakan khusus dengan kepala surat identitas sekolah kami, SMA Negeri 1 Tegal, kami bisa dapat masalah besar. Jadi, bila kami memperoleh pelajaran matematika 6 hingga 8 pelajaran matematika selama seminggu (kebetulan saya jurusan IPA saat SMA), maka terbayangkan 'kan betapa jiper dan stressnya kami menghadapi beliau ?

Tidak hanya itu, beliau juga sangat memperhatikan disiplin khsususnya kerapian siswa, dari kuku, kaos kaki, bedge identitas sekolah hingga nama siswa ! Jadi, bila seragam kami tidak sesuai aturan, rok atau blus terlalu pendek, tidak berkaos kaki, lengan dilipat seperti preman, pasti beliau akan mencubit kami dan tidak mengijinkan kami mengikuti pelajarannya ! Wuakakak ... ! Galaknya ngelebihan guru ke anak SD ya perhatiannya ?

Lucunya, saya sudah bersahabat dengan beliau sejak kelas 1. Jadi, saya juga pernah menggunakan seragam tidak sesuai aturan, terpaksalah beliau suruh saya keluar kelas. Tak lama beliau menghampiri saya di koridor kelas, lalu ujarnya, "Kowen aja kaya kuwe ... o. Angger aku ora marahi kowen 'kan berarti aku ora adil karo sing liya. Aja dibaleni maning ya, nganggo klambi seragame sing bener !" Artinya kurang lebih, "Kamu jangan begitu donk. Kalau saya tidak marahi kamu, berarti saya tidak adil terhadap yang lain. Jangan diulangi lagi ya, pakai sragam yang bener !" Tapi akhirnya, saya diijinkan masuk kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran beliau hingga akhir.

Jujur saja, saya bisa begitu akrab dengan beliau karena beliau adalah juga guru paman-paman dan tante-tante saya sebelumnya. Jadi kami sudah saling kenal begitu. Maka, bila teman-teman yang lain agak takut bertemu beliau, saya justru sering ditraktir makan sate kambing beliau bersama detya sore-sore.

Makanya, beliau pun, termasuk orang yang selalu saya cari-cari setiap saya pulang kampung. Sekarang beliau mengajar di SMA Negeri 1 Pemalang. Saat saya ada keperluan di kantor imigrasi pemalang, seperti biasa, maka saya telpon saja beliau di sekolah. Intinya cuma satu, saya mau ajak beliau madol. Saat itu beliau berkomentar, "Aku lagi ngajar sih wing" (nama kecil saya)" ujarnya sedikit bernada keberatan. Tapi karena saya memaksa, "Tinggal baen pak, sepisan-pisan" pinta saya merajuk. Akhirnya, sejurus kemudian saya pun sudah mendapati beliau di dalam mobil bersama saya dan ibu, main-main muter-muter pemalang, ke imigrasi dan makan siang di wts (warung tengah sawah) ! Wuakakak .... !

Saat saya putus pacar, saya curhat, ngadu, nangis-nangis juga sama beliau ! Begitu pun saat saya dilamar, yang saya cari dan prioritas undang adalah beliau. Sayangnya, saat saya ijab kabul, saya kesulitan menghubungi beliau. Alhasil saat saya telepon dengan beliau kemarin, beliau marah-marah dan menyebut saya kurang ajar. Katanya, "Eh ... bocah ente dalban ya, kawin ora ngundang-ngundang" komentarnya kesal. Setelah saya jelaskan bahwa saya sudah berusaha menghubungi beliau tapi tidak bisa, yang terjadi kemudian justru sebaliknya. Katanya, "Eh ya wis berarti aku njaluk pangapura ya, aku sing salah sing ora bisa dihubungi, telpone ilang" jelasnya sportif. Wuekekek. Begitulah muktamad, sportif.

Begitulah, sosok guru bagi saya tidak terkecuali dengan guru sekiller Muktamad. Tak sedikit kawan yang masih menaruh dendam lantaran merasa sakit hati akhibat cara mengajar beliau yang keras semasa SMA. Maka, tak jarang kami sesama siswa seringkali beradu argumentasi dan berbeda pendapat dengan begitu hebohnya dan emosional di mailinglist kalau sudah membahas sosok yang satu ini .

Tapi banyak juga yang mengakui, bahwa mereka seumur hidupnya belajar matematika hingga cemantel di kepala ya hanya mengandalkan ilmu yang diajarkan muktamad semasa SMA. Maka tak heran beberapa teman berhasil mencetak nilai NEM sempurna alias 100 di ujian nasionalnya ! Tak peduli mereka kuliah di institut atau universitas sehebat apapun setelah lulus SMA, teman-teman mengaku tidak pernah lagi belajar setiap kali menghadapi tes karena apa yang diajarkan muktamad begitu dasyat nancep ke isi kepala mereka. Busyet ... !
Sementara bagi saya yang kemampuan intelektualnya tidak secemerlang mereka, tidak sedikit pun membuat saya membenci muktamad. Bagi saya tidak ada alasan untuk membenci guru, apapun bidangnya, bahkan guru olah raga sekalipun yang menurut saya tidak kreatif dalam mengajar karena hanya membiarkan siswanya lari keliling sekolah atau stadion 3-5 kali putaran, setelah itu kami dibiarkan begitu saja. Sementara selama sekolah di sekolah swasta semasa SD dan SMP setiap kali pelajaran olah raga saya biasa melakukan kegiatan olah raga yang sebenarnya, dari volley, basket, lompat jauh, lompat galah, sprinter, kasti, dll.

Gara-gara bosan berolah raga lari setiap minggu tanpa melakukan aktivitas yang lain, saya bersama seorang teman perempuan yang lain pernah membelot aturan putaran lari hingg ketahuan dan dihukum scotjump dll. hingga 30 - 50 kali. Tapi itu pun tidak membuat saya marah, saya justru merasa senang karena pelajaran olah raga jadi berbeda.

Bagi saya, guru adalah orang yang wajib dihormati, dihargai, didoakan. Apapun dalihnya, saya bisa seperti ini karena mereka. Sementara saya bisa hidup meninggalkan kota kelahiran saya, mendapatkan pekerjaa, mendapatkan bayaran yang baik, itu semua karena rezeki Allah diturnkan melalui pertolongan mereka, guru-guru saya. Sekali lagi saya merasa sangat bersyukur telah dilahirkan, tumbuh dan dibesarkan di kampung, di kota kecil yang masih menjunjung nilai-nilai tradisional seperti ini.

Bagi saya, ikatan emosional antara murid dan guru adalah sesuatu yang alamiah, yang menarik yang kadang tidak dapat dijelaskan, yang kadang lebih berpengaruh dalam membentuk atau mengembalikan anak ke kondisi yang seharusnya, berjalan di tracknya. Tidak percaya ? Coba tarik mundur kembali perjalanan hidup kita semasa sekolah dan ingat-ingat bagaimana kita berinteraksi dengan guru-guru kita dulu. Pasti menarik !




Thursday, 4 June 2009

NGUMPETIN OBAT

Lantaran udah kelewat bosen nenggakin obat selama diopname di rumah sakit, alhasil suatu malam saat suster datang nganterin satu kantong berisi 3-4 macam obat, saya bilang nanti akan saya minum sendiri. Tapi, begitu susternya pergi, kantong obatnya saya umpetin di bawah bantal sampe pagiiiiii ... ! Wuakakak ... !

Ga' penting 'kan ? Nakal ? Umur bentar lagi empat puluh, tapi kelakuan masih kaya anak kecil. Tapi asli lo ... minum obat mulu, pegel beneeeer ... ! Mual tau ... Jadi ya ... terpaksa deh, ngumpetin obat. Jangan ditiru ya ... !

GILA SEPATU

Ini adalah kebiasaan buruk saya, penggila sepatu. Parahnya, menurut akal logika saya juga, saya cenderung membeli sepatu branded yang tergolong mahal untuk ukuran saya, ketimbang sepatu non branded kebanyakan. Tapi sisi positifnya, saya tidak pernah membeli sepatu branded itu dalam keadaan normal, jadi saya hanya membeli pada saat obral saja. Itu pun kalau obralnya cuma 50% biasanya masih tidak saya beli. Jadi kalau sudah special price, artinya diskon lebih dari 50%, baru deh ... saya beli, maklum saya cewe "modis" alias cewe modal diskon ! Wuakakak ....

Dulu, saya kerap beli sepatu branded yang seringkali promosi buy one get one alias beli satu gratis satu. Tapi ternyata, brand sepatu yang satu ini seringkali sakit kulit, alias kulit sepatunya jadi pecah-pecah dan cepat rusak. Jadilah, saya tidak pernah membeli brand itu lagi. Walaupun beli sepatu modal diskonan, saya tetep ga' mau rugi, tetap harus dapat sepatu yang berkualitas baik. Itulah sebabnya saya termasuk jarang beli sepatu. Tapi sekali waktu ada obral, maka saya bisa beli 2, 3 atau 4 pasang sepatu sekaligus ! Tapi itu kejadian setahun sekali juga ga' mesti ....

Saking gilanya sama sepatu, saya sering membeli 2 (dua) sepatu sekaligus dengan model yang sama, tapi beda warna. Seingat saya, sejak saya bekerja saya sering tuh beli sepatu dengan cara begitu, sekali ada model yang cocok dan harganya obral, saya akan langsung beli dua pasang dengan warna yang berbeda. Kalau dihitung-hitung, sepertinya saya sudah 4 kali beli dua pasang sepatu sekaligus dengan model yang sama lantaran obral ! Bukan hanya itu, kadang saya nekat tetap membeli sepatu dua pasang sekaligus walaupun ukuran yang biasa saya kenakan tidak ada. Jadi, karena ukuran kaki saya 37, maka toleransi nomor sepatu saya bisa 36 dan 38. Wuakakak, nekat ya ... !

Tapi asli, kebiasaan ini kebiasaan ga' baik. Walaupun tetap saja saya sering berkilah kalau sepatu itu 'kan barang yang relatif tetap ukurannya, tidak seperti baju yang bisa berubah-ubah karena kita bertambah gendut atau bertambah kurus. Artinya, investasi sepatu jauh lebih hemat dan awet ketimbang beli baju. Makanya, kadang saya tidak terlalu milih model sepatu, sepanjang itu elegan dan klasik, saya embat saja. Tidak hanya itu, saya juga menggunakan cara yang sama bila terpaksa harus beli baju resmi untuk ke kantor. Mungkin kebanyakan perempuan akan tahu deh, harga blazer kerja perempuan harganya amit-amit. Makanya saya pun membelinya kalau obral saja.

Pendek kata, saya anti beli apapun dengan harga normal. Wuakakak ... Walhasil suami pun berkomentar, "Kalau begitu mendingan kalau mau belanja kita nunggu obralan aja ya, mih ?" tanyanya penasaran. Dan saya, hanya senyum-senyum deh menyimaknya, asik nih ... berarti kalau ada obral boleh donk saya cari-cari barang, kali-kali ada yang mur-mer alias murah meriah ... BTW, jangan ditiru ya, kebiasaan buruk saya ... ga' baik !

Sunday, 31 May 2009

KEAJAIBAN AIR ZAM-ZAM

Dari berbagai hasil lab pemeriksaan darah dan obeservasi lain selama sakit kemarin yang paling sangat mengganggu saya rasakan adalah sakit kepala yang berdenyut-denyut di sisi kiri atas dengan jeda kontraksi yang sangat intens. Dan, sakit kepala ini ternyata tidak ada hubungannya dengan sakit typus, DB atau maag yang saya derita sehingga menyebabkan saya diopname. Malam terakhir menginap di rumah sakit, saya tidur dengan mematikan ac, berkaos kaki, berkaos tangan plus alat pemanas tubuh dengan selang belalai gajah berdiameter sepuluh senti yang dialirkan ke dalam selimut, hingga pagi karena meriang ! Saat typus dan DB sudah berkurang, saat maag chronis dan mual sudah mulai pulih, tapi sakit kepala tak kunjung reda walau panas beranjak normal.


Menurut spesial neurolog, berdasarkan hasil pemeriksaan EEG ternyata di kepala saya ada sesuatu yang tidak wajar khususnya di otak sebelah kanan. Itulah sebabnya saya sering merasa tegang di sekujur tubuh sebelah kanan, terutama punggung, leher dan belikat sebelah kanan, hingga betis. Persoalannya, sakit kepala sebelah kiri atas yang berdenyut-denyut intens ini, dokter belum menemukan jawabannya. Untuk itu saya perlu MRI di rumah sakit yang letaknya jauh dari rumah. Waduh, pergi ke RS Pondok Indah atau Seloam terlalu jauh, saya bakal kecapean di jalan. Apalagi naik ambulans dengan posisi tidur semakin pusing deh saya. Jadi penumpang aja saya tukang mabok, ditambah ini sakitnya memang sakit kepala, bisa dobel deh sakitnya. Jadi, untuk sementara, saya belum MRI.


Dokter menduga, saya pernah mengalamai benturan hebat sebelumnya. Hal itulah yang dokter diskusikan bersama ibu, dan ibu memastikan bahwa sejak lahir saya langsung menangis, normal dan tidak pernah jatuh hingga dewasa. Tapi saya ingat, saat mengikuti pendidikan kesamaptaan pendidikan polri di lido, sukabumi maret 2002, saya pernah dibanting dengan sengaja dengan dalih berlatih atau bercanda oleh lawan latihan taekwondo yang seorang pria. Saya ingat, saya komplen berat saat itu karena saya benar-benar merasakan sakit. Bukannya cengeng, toh saya sejak kelas 3 SD sudah latihan karate dan selalu menjadi yang terbaik setiap ujian kenaikan tingkat, hingga SMA, tidak pernah cedera saat berlatih. Intinya, ada kode etik dalam berlatih bela diri. Mungkin benturan itulah penyebab trauma, memar di kepala sehingga menimbulkan sakit kepala yang saya rasakan selama ini.

Tiba di rumah pasca dirawat di rumah sakit, malam pertama (seperti malam-malam sebelumnya di rumah sakit) saya seperti biasa tidak bisa tidur karena sakit kepala. Ga' terasa air mata menetes karena menahan sakit. Suami lalu telepon ibunda (ibu mertua, memberi kabar bahwa air zam-zam pemberiannya yang sudah didoakan mertua saat berhaji akan diminumkan kepada saya). Jadilah, suami menuangkan sedikit ... sekali air zam-zam ke dalam cangkir kecil. Kembali dia mendoakan air zam-zam itu dengan khusuk. Sementara saya terus saja mewek. Biasa, cengeng. Tak lama, suami pun memberikan air zam-zam itu untuk saya minum. Juga dengan doa, saya minum penuh rasa nikmat. Alhamdulillah, nikmat betul .... Suami pun bertanya, "Lagi ?" tawarnya. Kontan saya jawab, "Lagi." Begitu hingga yang ketiga kali. Terakhir, suami menuangkannya sekali lagi ke gelas, mendoakannya, lalu mengusapkannya ke kepala saya yang sakit itu. Tak lama saya pun tertidur, pulas....


Keesokan harinya, subhanallah ... sakit kepala itu sudah jauh berkurang. Intensitasnya tidak lagi seperti selama ini yang saya rasa. Biasanya, sakit kepala berdenyut-denyut ini selalu muncul, berkontraksi secara intens hampir setiap lima detik sekali, bahkan kurang. Saking nyerinya, saya mpe' merem-merem menahan napas karena sakit. Jadi, kebayang 'kan betapa tersiksa dan sakitnya, karena sepanjang waktu dari bangun tidur hingga mo' tidur lagi harus merasakan sakit kepala itu yang selalu muncul dengan intensitas cukup sering dengan rasa sakit yang hebat. Namun dengan air zam-zam, sekarang rasa sakit itu sudah mulai menghilang, sesekali muncul kalau saya kecapean saja, itu pun tidak sehebat yang dulu saya rasa.


Subhanallah ... keajaiban air zam-zam memang tidak perlu dipertanyakan lagi, ditambah doa orang tua, mertua, ditambah doa suami, sungguh kombinasi doa dan obat yang paling mujarab. Bagi perempuan, ridho Allah adalah ridho suami. Begitulah kebesaran Allah SWT dan keajaiban air zam-zam bekerja ... Jadi ujian sakit ini sungguh sangat tidak ada artinya bila dibandingkan dengan kebesaran dan kemurahan Allah SWT dengan segala ciptaannya. Subhanallah ....

HAMPIR KENA TIPU !

Pagi ini, saat mata udah nyaris nutup lantaran masih pemulihan dari sakit tiba2 telpon rumah bunyi. Ternyata telepon dari PT. Megatama Informatika yang beralamat di Gedung Sampoerna Strategic Square, Tower 2 Lt. 21, Jl. Sudirman Kav. 45 - 46, Jakarta. Intinya, aku dipanggil interview kerja dan besok harus bertemu Ibu Maharani di Departemen 3 jam 08.30 pagi !

Terpaksa deh, buka laptop, cek status jobstreet, jobsDB dan experd apakah aku pernah ngelamar ke perusahaan ini. Hasilnya nihil. Waktu aku cek ini perusahaan apa, si penelepon bilang perusahaan penyalur tenaga kerja. Bayanganku langsung TKI, wauakakakak !

Langsung deh, browsing di gogle dan dapet deh black track record perusahaan ini. Kebanyakan orang korban yang pernah dipanggil interview berkomentar negatif. Kesimpulannya, perusahaan ini memanggil calon korbannya dalam jumlah bukan lagi kolektif tapi sangat banyak. Dan, tawarannya ternyata untuk ikut pelatihan 3 hari dengan fee Rp. 3 juta setahun, dan bla, bla, bla. Aku ga' terlalu baca semua komentar orang. Langsung saja aku putuskan tidak usah datang.

Pertama, aku tidak pernah melamar ke perusahaan yang banyak dijuluki korbannya sebagai perusahaan "penipu" di dunia maya itu. Kedua, aku juga ga' tahu dari mana dia bisa dapat nomer telepon rumahku. Ketiga, berdasarkan hasil observasi di "lapangan" virtual muncul gejala bahwa PT. Megatama Informatika telah banyak menimbulkan ketidakpuasan. Selain itu, banyak di anatara korban yang menyebutkan perusahaan ini tidak profesional serta tidak jelas juntrungnya. Keempat, biasanya perusahaan profesional akan memanggil dengan jeda waktu tertentu dari saat mereka menghubungi calon pegawai, tidak sekarang ditelepon besok suruh datang. Jadi, lebih hati-hati ke depan.

Alhamdulillah wasukurillah ... Allah masih melindungi ... semoga aku semakin waspada.

Friday, 29 May 2009

SAKIT

Yang namanya sakit, apapun penyakitnya, rasanya ... tetap ... subhanallah ... betapa nikmatnya ternyata tubuh kala sehat. Kesabaran diuji luar biasa. Dan saya, bukan tergolong orang yang pandai belajar sabar, astaghfirullahaladzim ....

Saat seorang hamba Allah SWT diberi sakit, Allah SWT menaikkan derajatnya. Saat seorang hamba Allah SWT diberi sakit, Allah SWT menghapuskan dosa2nya, dari pucat wajahnya, dari pahit rasa lidahnya, dari lemah tubuhnya. Inssya Allah ....

Namun terlepas dari ketentuan Allah itu, ada pula ketentuan Allah yang lain. Bahwa manusia wajib menjaga kebersihan, bahwa manusia wajib hidup sehat dan manusia wajib berobat kala sakit. Jadi, sakit bukan sesuatu yang "given" begitu saja. Sakit juga merupakan cermin bagaimana kita hidup selama ini, bersihkah, sehatkah, dan mau berobatkah ?

Jadi, hikmah sakit adalah agar manusia senantiasa menjaga kebersihan, menjaga pola hidup sehat dan menjalankan kewajiban untuk berobat agar tidak sakit. Itulah sebabnya, islam mengajarkan bahwa kebersihan merupakan sebagian dari iman. Karenanya, untuk menghadap sang khalik dalam keadaan hidup maupun mati, manusia harus bersih lahir dan batinnya, dengan bersuci dan berwudhu. Subhanalah ....

Monday, 25 May 2009

CAPE ....

Kadang-kadang, atau bahkan sering ya ... rasanya cape sekali memaknai hidup yang berat ini. Sepertinya isi kepala ini sudah tidak mampu lagi mencerna segala hal yang terjadi menimpa diri (wuaduh ! seakan-akan gitu lho ... !). Lelah rasanya, tapi tidak tahu lagi harus berbuat apa.

Betapa sulitnya menjadi umat yang ikhlas, tawadhu, pasrah. Sudah tahu, apa yang harus dikerjakan pada saat ditimpa kesusahan :
  1. "Dan mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat; dan sesungguhnya shalat itu berat, kecuali atas orang-orang yang khusu' " (Surat Al Baqarah, ayat 45)
  2. "Hai sekalian orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada ALlah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar" (Surat Al Baqarah, ayat 153)

  3. "Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, 'Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kepadaNya kami kembali" (Surat Al Baqarah, ayat 156)

  4. "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana orang-orang terdahulu sebelum kamu ? Mereka ditimpa kengsaraan, kemelaratan, dan mereka digoncangkan (dengan berbagai cobaan), sehingga rasul dan orang-orang yang bersamanya berkata, 'Kapankah datang pertolongan Allah ?' Ketahuilah sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." (Surat Al Baqarah, ayat 214)

Subhanallah, dalam satu surat saja begitu banyak ayat yang menunjukkan kepada kita umat manusia agar menjalani hidup dengan penuh keimananan, tidak terkecuali dalam menghadapi kesusahan.

Betapa kerdilnya, betapa bodohnya, betapa tidak mampunya manusia ? Sudah diberitahu caranya pun masih tidak bisa mengatasi persoalan yang dihdapinya setelah begitu banyak nikmat dan kesenangan diperoleh atas seizin-Nya ?

Astaghfirullahalazim, astaghfirullahalazim, astaghfirullahalazim ....

Saturday, 23 May 2009

"DITOLAK" BEROBAT


Awal November 2007, suatu sore dengan bantuan tetangga tibalah saya di unit gawat darurat sebuah rumah sakit internasional tak jauh dari rumah. Ceritanya, saya alergi asap rokok yang selalu saya hirup di ruang kerja, senin sampai jumat, setengah delapan hingga pukul empat sore. Akibatnya, saya terserang batuk yang ... sangat melelahkan, karena membuat dada saya berguncang-guncang sehingga sangat menguras tenaga. Yang lebih merepotkan lagi, saya terbatuk-batuk sepanjang pagi hingga malam hari sehingga saya pun tak bisa tidur dan terpaksa menahan kantuk sembari terduduk di tempat tidur.

Nah, singkat cerita obat yang saya konsumsi 'sepertinya' mengganggu lambung saya yang sudah menderita maag chronis cukup lama. Akibatnya, sepanjang hari itu pun saya pun muntah-muntah hingga dehidrasi. Ketika saya memutuskan akan 'melarikan diri saya' ke rumah sakit, saya pun bersusah payah berganti pakaian yang lebih pantas dan terhuyung-huyung keluar rumah menuju mobil. Pikiran saya hanya satu, siapapun tetangga yang ada dan saya temui di luar rumah, dialah yang akan saya mintai tolong untuk mengantar saya ke rumah sakit, karena saya sendirian di rumah

Jadilah, saya diantar seorang bapak yang tinggalnya persis di depan rumah. Dia terburu-buru mengunci rumah dan segera mengantar saya ke rumah sakit internasional tersebut. Saat itulah baru saya tahu bila ternyata tetangga saya itu, istrinya bekerja sebagai HR di rumah sakit tersebut. Alhasil, setibanya di UGD tak lama sang bapak tetangga sudah berkoordinasi dengan sang istri sehingga segera membantu saya.

Di sinilah kisah lucu dimulai, kebetulan sore itu memang jadwal saya bertemu dengan dokter spesialis yang telah memberikan saya obat untuk kontrol lagi. Begitu payahnya saya, sehingga sejak di UGD saya terus saja minta obat sakit kepala. Satu tablet obat tidak juga menghilangkan rasa pusing yang saya derita. Akibatnya, saat tiba giliran saya kontrol saya pun menggunakan kursi roda dari UGD hingga ke ruang dokter.

Setiba di ruang periksa dokter spesialis yang dimaksud, saya langsung merebahkan kepala saya di atas meja dokter ! Saya tidak kuasa lagi menahan sakit kepala ! Saya tidak tahu lagi apa yang dokter itu bicarakan dengan tetangga saya yang baik hati itu. The last minute, saat sang tetangga bertanya apa yang harus dilakukan, dokter itu menjawab bahwa saya menderita sinusitis acut, penyakit yang tidak pernah saya derita selama ini. Untuk itu perlu tindakan medis, yaitu operasi. Namun sejurus kemudian sang dokter berkomentar, "Namun untuk melakukan tindakan medis itu, ada biayanya, dan biayanya besar !" Alamaaaaaak ... ternyata sang dokter spesialis yang budiman itu meng'under estimate' saya ! Kesimpulannya berarti, wujud saya saat itu pasti, dekil bin kumel sekali ... ! Kebayang dunk, orang meriang pakai baju seada-adanya. Wuakakakak ....

Alhasil, ibu tetangga saya yang baik hati itulah yang meyakinkan sang dokter bahwa saya bekerja di pabrik uang ! Bahwa saya punya cukup uang untuk membayar biaya berobat ! Jadi, saya sanggup membayar biaya pengobatan saya ! Oalaaaah ... dokter, kok gitu amat sih jadi orang ? Dia pikir yang kaya raya hanya dokter spesialis saja ya di dunia ini ... ? Massya Allah ....

Yang menarik, justru para medisnyalah yang punya sikap jauh lebih manusiawi dibanding dokternya. Dia menyarankan kepada sang dokter agar saya segera dibawa ke ruang kamar untuk observasi dulu saja atau istirahat. Akhirnya saya pun dibawa ke sebuah kamar, di sana, untuk kesekian kalinya saya minta lagi obat sakit kepala ! Hingga akhirnya saya benar-benar dipindahkan ke kamar perawatan yang baru, saya kembali minta diberikan obat sakit kepala hingga akhirnya saya bisa beristirahat dan tertidur.

Setelah dirawat selama 3 (tiga) hari, seminggu kemudian saya pun kontrol lagi kepada dokter sombong tersebut. Kali ini saya datang sepulang kantor berpakaian rapi. Saat si dokter membaca medical record saya, dia pun bertanya kepada sang suster, "Ibu ini pasien yang mana ya ?" tanyanya bingung. Kembali, sang perawatlah yang mengingatkan sang dokter, "Ibu ini yang kemarin sakit payah itu lho dok ..." katanya mencoba membantu. Setelah mengingat-ingat, barulah sang dokter berhasil mengumpulkan memorinya. "Oya, ya, ya ..." katanya tertegun menatap saya. Rupanya, sang dokter sombong tidak mengenali saya.

Saya, bukan orang kaya. Saya juga bukan Dian Sastro yang sangat cantik dan menarik sehingga membuat dokter tidak mengenali saya. Namun, apa yang saya alami ini sungguh sebuah pengalaman dan realita yang menarik. Sebagai seorang tenaga medis, bukankah seorang dokter punya kode etik profesional yang harus berlaku sopan dan mengutamakan keselamatan pasien ? Setidaknya, tidak to the point seperti pernyataannya yang meragukan kemampuan finansial pasiennya.

Ingat dunk ya, pepatah don't judge the book from its cover. Jadi jangan menilai seseorang dari penampilannya dunk, dok. Tapi kenyataanya, sukar sekali ya melakukannya. Faktanya, orang yang cantik dan tampan seringkali memang lebih banyak mendapatakan priviledge dalam hidup ketimbang orang yang biasa-biasa saja. Tapi memang begitulah hidup. Hidup itu memang tidak adil, adil hanya milik Allah ....

Friday, 22 May 2009

MENGAJAR

Pada sebuah lokakarya mengenai PR di Jakarta hampir lima tahun lalu, saya bertemu Prof. Alwi Dahlan, dosen saya. Dalam sebuah pembicaraan yang cukup seru, beliau pun menyarankan agar saya sebaiknya mengajar saja. Beliau menyarankan hal demikian, karena beliau menilai saya 'sangat' terobsesi mungkin dengan hal-hal ideal kehumasan di dalam dunia kerja. Menurutnya, bila saya terus-menerus berorientasi dengan hal itu, akan sulit karena dalam dunia kerja akan banyak sekali hal yang mempengaruhi optimalisasi kinerja humas. Maka sebagai jalan keluarnya, beliau menyarankan kepada saya sebaiknya saya mengajar saja. Ha3x ... !

Di sisi yang lain, seorang kawan di kantor begitu "trauma" belajar kepada saya, karena saya sangat galak saat mengajari dan membantunya menyusun skripsi kehumasannya. Teman yang lain bahkan me'wanti-wanti' dirinya agar jangan sampai anaknya kelak kuliah di mana saya yang menjadi dosennya. Padahal, saat itu hingga saat ini anaknya belum genap lima tahun, dan saya pun baru mulai mengajar bulan ini belum juga genap satu bulan ! Jadi, betapa buruknya anggapan teman-teman saya membayangkan bilamana saya menjadi seorang guru ! Wuakakakak ... !

Saat tawaran mengajar itu datang, saya pun sempat dibuat gamang. Tapi kali ini bukan soal hal yang dikhawatirkan teman-teman tentang kegalakan saya. Persoalannya, saya merasa lebih sebagai orang rumahan yang pulang kantor lebih suka berdiam di rumah beristirahat di atas kasur sambil megangin remote control tv hingga tertidur ....

Namun, akhirnya pertengahan bulan ini pun saya memulai petualangan saya sebagai seorang pengajar. Tanpa harapan apa-apa yang muluk-muluk, hanya ingin tahu dan menjajal kemampuan diri sendiri saja. Apakah saya sanggup bekerja lagi di malam hari setelah seharian sudah bekerja kantoran ? Hasilnya, sampai sejauh ini alhamdulillah masih bisa teratasi walau tetap saja ... lelahnya bukan main.
Tapi, bukan berarti saya tidak serius dengan kesibukan baru sebagai pengajar. Bagi saya, mengajar adalah pekerjaan yang harus dilakukan sepenuh hati, (bukankah semua pekerjaan juga seharusnya begitu ?). Entahlah, tapi saya merasa profesi seorang guru adalah profesi yang berbeda dengan ratusan profesi lainnya yang ada di muka bumi.
"Guru" dalam bahasa jawa merupakan akronim "digugu lan ditiru" artinya didengarkan dan diikuti. Artinya, konsekuensi logisnya seorang guru ibarat makhluk yang tidak boleh ada cela alias sempurna, karena polah tingkahnya akan ditiru oleh anak didiknya. ITulah sebabnya pepatah mengatakan "Guru kencing berdiri, murid kencing berlari." Jadi, bila gurunya tidak mempunyai integritas yang baik, maka anak didiknya akan berpeluang bertingkah laku lebih buruk lagi.
Saya sangat terkesan dengan budi baik salah seorang guru semasa SMP yang memotivasi saya agar mampu berbahasa inggris dengan baik dan meraih nilai yang memuaskan dalam ujian, karena saat pra semester nilai saya 4 ! Seorang guru matematika pun mati-matian memotivasi saya agar mampu mengalahkan matematika bak seroang jagoan. Hasilnya di kedua pelajaran itu, saya meraih nilai delapan lebih dalam ujian nasional !
Karena itulah, hingga saat ini saya masih teringat nama dan menghormati guru-guru saya, termasuk guru-guru dan kepala sekolah semasa taman kanak-kanak. Kini, saat saya berkesempatan melakukan hal yang juga dilakukan oleh guru-guru saya yaitu mengajar, saya ingin belajar bersama anak didik saya, bukan mengajari karena saya merasa masih jauh dari layak untuk menjadi guru yang sebenarnya ....

Friday, 15 May 2009

BUDAYA TIMUR & PRIA TIMUR

Dalam sebuah konferensi internasional yang saya ikuti, yang kebetulan berlangsung di Bandung, Indonesia, saya mengamati sebuah fenomena menarik. Konferensi SEAPAVAA yang merupakan konferensi tingkat regional Asean, namun dihadiri pula oleh beberapa pengurus SEPAVAA internasional. Jadi, selain dihadiri peserta dari sepuluh negara Asean, hadir pula peserta dari Hongkong hingga afrika or something lah yang berkulit hitam. Namun, walaupun konferensi yang saya ikuti adalah konferensi internasional, namun karena berlangsung di Bandung, Indonesia, tentu peserta dari Indonesia cukup mendominasi.

Fenomena yang saya temui adalah mengenai standar perilaku pria-pria melayu atau negara-negara timur yang katanya terkenal sebagai negara yang penuh dengan tata krama dan sopan santun. Ternyata, dalam setiap kesempatan coffee break atau rehat juga makan siang, saya seringkali menjumpai, para pria timur ini sibuk dengan kenyamanannya sendiri. Jadi, para pria ini selalu saja menguasai kursi yang tersedia yang jumlahnya sangat sedikit itu untuk mereka duduk dan meletakan piring kue dan cangkir kopinya. Akibatnya, para peserta konferensi perempuanlah yang terpaksa menikmati rehat sambil berdiri.

Pemandangan ini, sungguh sangat menggganggu pikiran saya.Mengapa para pria timur begitu egois dan justeru tidak tahu sopan santun ? Saya mengira, hal ini berhubungan dengan budaya yang berkembang di dunia belahan timur yang menganut nilai-nilai patrinalistik dalam arti menjadikan pria sebagai kepala keluarga, orang yang harus dilayani. Akibatnya, dalam interaksi sosial, tak peduli itu merupakan interaksi komunitas internasional sekalipun, mereka tetap akan bersikap sebagaimana mereka dibesarkan selama ini. Akibatnya, ya ... para pria pun pada saat tidak ada yang melayani sebagaimana mereka biasa dilayani baik di rumah maupun di kantor, maka mereka akan 'melayani' dan mencari kenyamanan diri sendiri.

Artinya, budaya timur tidak pernah mengajarkan para pria untuk melayani dan mengutamakan, mendahulukan kaum perempuan. Hanya pria barat yang membukan pintu mobil bagi pasangan perempuannya, bukan ? Pemandangan yang saya temui selama konferensi sesungguhnya sering pula kita temui dalam kehidupan sehari-hari, baik di kendaraan umum maupun di area publik di mana kita sering menemui para pria menikmati kursi empuk sementara di dekatnya masih ada perempuan yang lebih layak mendapatkan kursi tersebut.

Bagi saya, fenomena ini menjadi catatan penting mengenai bagaimana mendidik dan membesarkan seorang anak manusia. Saya sangat percaya, bahwa kharakter personal seseorang sangat dipengaruhi oleh cara-cara bagaimana ia dibesarkan termasuk nilai-nilai yang ia temui sejak kecil hingga dewasa. Berkenaan dengan hal itu, maka peran seorang ibu bagi pertumbuhan dan perkembangan seorang anak manusia sangatlah ... besar.

Kadang, rasa cinta menyebabkan para orang tua keliru dalam mendidik dan mengajarkan nilai-nilai terhadap anak-anaknya. Karena rasa sayang, banyak orang tua membelikan segala sesuatu yang diminta sang anak dengan alasan sebagai kompensasi akibat mereka tidak dapat selalu mendampingi anak-anak sepanjang waktu. Ada pula karena rasa sayang, anak-anak hanya diberi tugas belajar tanpa pernah tahu berbagai urusan kegiatan rumah. Akibatnya, setelah dewasa, anak-anak ini tidak punya pengalaman apa-apa tentang hidup kecuali pelajaran sekolah. Belum lagi, orang tua yang konservatif seringkali membedakan kegiatan anak laki-laki dan anak perempuan. Akibatnya, jadilah anak-anak laki-laki ini seorang 'pria timur' sejak usia bermain.

Menjadikan pria sebagai kepala keluarga atau imam yang wajib dipatuhi dan didengar 'petuah'nya adalah sebuah keniscayaan, sebagaimana Islam mengajarkan. Namun, menjadi seorang imam bukan berarti seorang pria kehilangan sensitivitasnya terhadap lingkungan, utamanya bagaimana mereka memperlakukan seorang perempuan yang seharusnya dimuliakan sebagaimana pula Islam mengajarkan.

Dalam sebuah kisah diceritakan bahwa seorang sahabat bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, siapakah makhluk, manusia di muka bumi ini yang wajib kita utamakan ? Dan Nabi pun menjawab, "Yaitu ibumu, ibumu, ibumu, baru bapakmu ..." Subhanallah ... betapa mulia kedudukan seorang perempuan ..."