Friday 15 May 2009

BUDAYA TIMUR & PRIA TIMUR

Dalam sebuah konferensi internasional yang saya ikuti, yang kebetulan berlangsung di Bandung, Indonesia, saya mengamati sebuah fenomena menarik. Konferensi SEAPAVAA yang merupakan konferensi tingkat regional Asean, namun dihadiri pula oleh beberapa pengurus SEPAVAA internasional. Jadi, selain dihadiri peserta dari sepuluh negara Asean, hadir pula peserta dari Hongkong hingga afrika or something lah yang berkulit hitam. Namun, walaupun konferensi yang saya ikuti adalah konferensi internasional, namun karena berlangsung di Bandung, Indonesia, tentu peserta dari Indonesia cukup mendominasi.

Fenomena yang saya temui adalah mengenai standar perilaku pria-pria melayu atau negara-negara timur yang katanya terkenal sebagai negara yang penuh dengan tata krama dan sopan santun. Ternyata, dalam setiap kesempatan coffee break atau rehat juga makan siang, saya seringkali menjumpai, para pria timur ini sibuk dengan kenyamanannya sendiri. Jadi, para pria ini selalu saja menguasai kursi yang tersedia yang jumlahnya sangat sedikit itu untuk mereka duduk dan meletakan piring kue dan cangkir kopinya. Akibatnya, para peserta konferensi perempuanlah yang terpaksa menikmati rehat sambil berdiri.

Pemandangan ini, sungguh sangat menggganggu pikiran saya.Mengapa para pria timur begitu egois dan justeru tidak tahu sopan santun ? Saya mengira, hal ini berhubungan dengan budaya yang berkembang di dunia belahan timur yang menganut nilai-nilai patrinalistik dalam arti menjadikan pria sebagai kepala keluarga, orang yang harus dilayani. Akibatnya, dalam interaksi sosial, tak peduli itu merupakan interaksi komunitas internasional sekalipun, mereka tetap akan bersikap sebagaimana mereka dibesarkan selama ini. Akibatnya, ya ... para pria pun pada saat tidak ada yang melayani sebagaimana mereka biasa dilayani baik di rumah maupun di kantor, maka mereka akan 'melayani' dan mencari kenyamanan diri sendiri.

Artinya, budaya timur tidak pernah mengajarkan para pria untuk melayani dan mengutamakan, mendahulukan kaum perempuan. Hanya pria barat yang membukan pintu mobil bagi pasangan perempuannya, bukan ? Pemandangan yang saya temui selama konferensi sesungguhnya sering pula kita temui dalam kehidupan sehari-hari, baik di kendaraan umum maupun di area publik di mana kita sering menemui para pria menikmati kursi empuk sementara di dekatnya masih ada perempuan yang lebih layak mendapatkan kursi tersebut.

Bagi saya, fenomena ini menjadi catatan penting mengenai bagaimana mendidik dan membesarkan seorang anak manusia. Saya sangat percaya, bahwa kharakter personal seseorang sangat dipengaruhi oleh cara-cara bagaimana ia dibesarkan termasuk nilai-nilai yang ia temui sejak kecil hingga dewasa. Berkenaan dengan hal itu, maka peran seorang ibu bagi pertumbuhan dan perkembangan seorang anak manusia sangatlah ... besar.

Kadang, rasa cinta menyebabkan para orang tua keliru dalam mendidik dan mengajarkan nilai-nilai terhadap anak-anaknya. Karena rasa sayang, banyak orang tua membelikan segala sesuatu yang diminta sang anak dengan alasan sebagai kompensasi akibat mereka tidak dapat selalu mendampingi anak-anak sepanjang waktu. Ada pula karena rasa sayang, anak-anak hanya diberi tugas belajar tanpa pernah tahu berbagai urusan kegiatan rumah. Akibatnya, setelah dewasa, anak-anak ini tidak punya pengalaman apa-apa tentang hidup kecuali pelajaran sekolah. Belum lagi, orang tua yang konservatif seringkali membedakan kegiatan anak laki-laki dan anak perempuan. Akibatnya, jadilah anak-anak laki-laki ini seorang 'pria timur' sejak usia bermain.

Menjadikan pria sebagai kepala keluarga atau imam yang wajib dipatuhi dan didengar 'petuah'nya adalah sebuah keniscayaan, sebagaimana Islam mengajarkan. Namun, menjadi seorang imam bukan berarti seorang pria kehilangan sensitivitasnya terhadap lingkungan, utamanya bagaimana mereka memperlakukan seorang perempuan yang seharusnya dimuliakan sebagaimana pula Islam mengajarkan.

Dalam sebuah kisah diceritakan bahwa seorang sahabat bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, siapakah makhluk, manusia di muka bumi ini yang wajib kita utamakan ? Dan Nabi pun menjawab, "Yaitu ibumu, ibumu, ibumu, baru bapakmu ..." Subhanallah ... betapa mulia kedudukan seorang perempuan ..."

No comments: