Tuesday 5 May 2009

REZEKI TIDAK SALAH SAMBUNG

Seorang kawan mempunyai seorang anak perempuan yang sangat berbakat, pandai di sekolah dan kerap menjuarai berbagai perlombaan. Sang anak berkeinginan melanjutkan sekolah di program internasional sebuah smp negeri favorit di bilangan mayestik. Sang ayah pun, mencoba mencari tahu segala kemungkinan bagi sang anak bersekolah di sana.

Setelah memperoleh informasi, sang ayah berdiskusi bersama sang anak. Ia menceritakan berapa besar uang sekolah sang anak bila bersekolah di sana, berapa biaya transport setiap hari selama sebulan, berapa uang jajan. Terakhir, sang ayah berterus terang tentang pendapatannya setiap bulan kepada sang anak. Kesimpulannya, sang ayah dengan sangat menyesal tidak dapat memenuhi permintaan hebat sang anak. Sang anak pun menerima dengan penuh pengertian.

Singkat cerita, pada suatu kesempatan, sang ayah berkesempatan pulang kampung ke tanah kelahiran. Tanpa sengaja dalam sebuah silaturahmi, sang ayah bertemu kerabat tentang sebuah sekolah internasional di salah satu kota kecil di jawa tengah yang menyediakan beasiswa. Dengan penuh semangat, sang ayah pun membawa sang anak pergi mendaftar.

Di sana, dengan berbagai persyaratan yang ketat, nilai rata-rata di atas 7 (tujuh), melampirkan berbagai prestasi dan kejuaraan hingga wawancara, sang anak unjuk kemampuan. Saat wawancara berlangsung, hampir setiap kandidat didampingi oleh ayahnya yang pengusaha, kakaknya yang alumni perguruan tinggi terkenal, dst. Namun sang anak, dibiarkan menjalani wawancara sendiri. Sang ayah yang sederhana dan berpendidikan biasa berdalih, "Nak, berani sendiri 'kan ? Nanti kalau ada hal yang kamu tidak tahu, baru tanya sama Bapak," ujar sang ayah sembari memotivasi sang anak. Sementara kami saat mendengarkan sang ayah bercerita tentang kejadian tersebut, tertawa terpingkal-pingkal, menyadari bahwa sesungguhnya sang ayahlah yang tidak percaya diri.

Hasilnya, sang anak berhasil mendapatkan beasiswa tersebut. Tahun ajaran mendatang, sang anak pun inssya Allah akan berhijrah, meninggalkan kedua orang tuanya untuk melanjutkan sekolah sesuai cita-citanya, program internasional. Bagi yang tidak lulus mendapatkan beasiswa, seorang siswa minimal harus membayar Rp. 9 juta per bulan. Sementara kawan saya, hanya diminta membayar Rp. 250.000,- per bulan untuk membayar asrama. Padahal, di sana sang anak akan memperoleh tempat tinggal, makan, cuci pakaian, buku pelajaran dan segala fasilitasnya hingga program pertukaran pelajar ke negara asal penyelenggara beasiswa, Turki.

Demikianlah Allah mengatur rezeki setiap umatnya. Setiap manusia telah ditentukan jalan hidupnya dalam kitabnya sebelum ia dilahirkan. Namun, manusia tetap berkesempatan mengubah nasibnya, karena Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum bila kaum tersebut tidak berusaha untuk memperbaiki nasibnya. Subhanallah ....

No comments: