Awal November 2007, suatu sore dengan bantuan tetangga tibalah saya di unit gawat darurat sebuah rumah sakit internasional tak jauh dari rumah. Ceritanya, saya alergi asap rokok yang selalu saya hirup di ruang kerja, senin sampai jumat, setengah delapan hingga pukul empat sore. Akibatnya, saya terserang batuk yang ... sangat melelahkan, karena membuat dada saya berguncang-guncang sehingga sangat menguras tenaga. Yang lebih merepotkan lagi, saya terbatuk-batuk sepanjang pagi hingga malam hari sehingga saya pun tak bisa tidur dan terpaksa menahan kantuk sembari terduduk di tempat tidur.
Nah, singkat cerita obat yang saya konsumsi 'sepertinya' mengganggu lambung saya yang sudah menderita maag chronis cukup lama. Akibatnya, sepanjang hari itu pun saya pun muntah-muntah hingga dehidrasi. Ketika saya memutuskan akan 'melarikan diri saya' ke rumah sakit, saya pun bersusah payah berganti pakaian yang lebih pantas dan terhuyung-huyung keluar rumah menuju mobil. Pikiran saya hanya satu, siapapun tetangga yang ada dan saya temui di luar rumah, dialah yang akan saya mintai tolong untuk mengantar saya ke rumah sakit, karena saya sendirian di rumah
Setiba di ruang periksa dokter spesialis yang dimaksud, saya langsung merebahkan kepala saya di atas meja dokter ! Saya tidak kuasa lagi menahan sakit kepala ! Saya tidak tahu lagi apa yang dokter itu bicarakan dengan tetangga saya yang baik hati itu. The last minute, saat sang tetangga bertanya apa yang harus dilakukan, dokter itu menjawab bahwa saya menderita sinusitis acut, penyakit yang tidak pernah saya derita selama ini. Untuk itu perlu tindakan medis, yaitu operasi. Namun sejurus kemudian sang dokter berkomentar, "Namun untuk melakukan tindakan medis itu, ada biayanya, dan biayanya besar !" Alamaaaaaak ... ternyata sang dokter spesialis yang budiman itu meng'under estimate' saya ! Kesimpulannya berarti, wujud saya saat itu pasti, dekil bin kumel sekali ... ! Kebayang dunk, orang meriang pakai baju seada-adanya. Wuakakakak ....
Setelah dirawat selama 3 (tiga) hari, seminggu kemudian saya pun kontrol lagi kepada dokter sombong tersebut. Kali ini saya datang sepulang kantor berpakaian rapi. Saat si dokter membaca medical record saya, dia pun bertanya kepada sang suster, "Ibu ini pasien yang mana ya ?" tanyanya bingung. Kembali, sang perawatlah yang mengingatkan sang dokter, "Ibu ini yang kemarin sakit payah itu lho dok ..." katanya mencoba membantu. Setelah mengingat-ingat, barulah sang dokter berhasil mengumpulkan memorinya. "Oya, ya, ya ..." katanya tertegun menatap saya. Rupanya, sang dokter sombong tidak mengenali saya.
No comments:
Post a Comment