Tuesday 5 May 2009

RAMAH LINGKUNGAN

Sebuah perusahaan manufaktur besar yang cukup ternama menggunakan peti kayu sebagai kemasan hasil akhir produknya. Begitu bersahabatnya perusahaan manufaktur ini, hingga menjadikan pengadaan peti kayu sebagai usaha bagi pengusaha kecil menengah yang menjadi binaannya. Hingga tahap ini, tidak ada yang salah dalam kisah ini.

Persoalannya, pada praktiknya para pengusaha kecil menengah ini semakin hari semakin sulit mendapatkan bahan baku pembuatan peti, yaitu kayu. Apalagi, sang perusahaan manufaktur, semakin hari permintaan akan pesanannya semakin banyak. Artinya, kebutuhan mereka akan peti kayu pun semakin banyak. Akibatnya, para pengusaha peti kayu binaan sang manufaktur pun 'terpaksa' mengeksekusi pohon-pohon yang usianya belum layak tebang, yaitu kurang dari 3 (tiga) tahun, untuk dijadikan bahan baku peti kayu. Pada tahap ini, masalah menjadi sangat serius.

Saya tidak mengerti, mengapa dalih 'binaan' menjadi lebih penting ketimbang mengelola perusahaan secara ramah lingkungan ? Selayaknya, sebagai sebuah perusahaan besar, manufaktur ini berpikir inovatif dalam segala hal, termasuk dalam pengadaan kemasan dan proses pengemasan itu sendiri. Bila perlu, manufaktur ini 'mendidik' pasar agar beralih dari kemasan kayu konvensional ke kemasan lain yang inovatif, lebih ramah lingkungan, awet dan kuat.

Jika sang manufaktur ini berhasil 'mendidik' pasar dalam hal ini pelanggan, maka selain sang manufaktur dapat meminimalkan biaya produksi, apa yang dilakukan sang manufaktur juga sebagai terobosan yang akan membawa efek domino sangat besar bagi semua pihak yang berkaitan dengan produk yang dihasilkan sang manufaktur, bahkan mungkin tidak saja dalam skala regional, tapi juga dalam skala global.

Saya tidak mengerti, mengapa tidak ada yang peduli akan nasib bumi kita yang sudah semakin tua ?

No comments: